-47

1.2K 109 21
                                    

hari ini adalah hari bahagia bagi agung, dengan resmi ia melepas masa lajangnya. lembaran pada bukunya yang baru telah dimulai.

“dek kamu gak seharusnya diem diruang inii” protes agung

“gak mau, adek harus pastiin mas agung tampil rapih. nanti kalo udah didepan mbak rania gak usah pecicilan harus wibawa sedikit” balas niskala

“bang kenapa malah ngebolehin niskala kesini sih” ucap agung sedikit frustasi

“kalo niskala yang maksa, saya bisa apa gung” lirih teddy

“padahal cuman bang teddy yang saya percaya buat nemenin diruangan ini” ucap agung

“ini adek sendiri loh mas, bukan mas rajif atau temen mas yang lain” balas niskala

“justru kamu yang mas hindarin” jawab agung

“aduh” pekik agung karena dadanya ditinju niskala pelan

“jangan sampe penyebutan diakad nanti salah”

“gak usah buru-buru jugaa”

“kalo udah serumah sama mbak rania, dijagain mbak rania nya, jangan dibuat susah, harus inget sama tanggung jawab nya”

“dan….jangan lupain adek” lirih niskala lalu tertunduk setelah cerocosnya dari awal

agung memegang dagu niskala untuk menatap kearahnya

niskala mendongkakan wajah nya dihadapan kakak sepupunya.

“gausah nangis gitu…. riasan nya mahal tau dek” canda agung

niskala yang sudah mengeluarkan air mata terkekeh seketika, kakak sepupunya ini memang pandai mengubah moodnya sejak kecil

“kita nunggu diluar ya bareng sama yang lain” ajak teddy

niskala menganggukkan kepalanya

agung berjalan menuju meja akad ditemani kedua orang tuanya

agung berjalan menuju meja akad ditemani kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



“mas agung kenapa jadi ganteng begitu deh” ucap marsela

“pesona suami orang sel “ balas rara

agung mulai menjabat tangan ayah dari pengantin perempuan

niskala langsung menutup kedua matanya lalu menggenggam kedua tangannya dan menempelkannya didepan bibirnya

“mas agung cuman mau akad bukan mau pergi perang, kenapa lo berdoanya gitu banget” celetuk rehan

teddy merangkul pundak niskala, perempuan itu tak kalah gugup dengan agung disana.

“qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan” dengan satu tarikan nafas dan ucapan yang lantang agung benar-benar melakukan hafalannya dengan sangat baik

heartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang