"Bukan aku yang berubah, tapi sudut pandang mu yang sudah berbeda."
-The Middle Of Zenneth-
.
.
.Saat sedang berjalan di parkiran kantor, Feylie dikejutkan dengan seseorang yang menarik tangannya. Tubuhnya terhuyung ke belakang dan menabrak dada seorang pria.
"Kamu ternyata tidak berubah, tetap angkuh dan penuh ego."
Feylie yang semula memejamkan kedua matanya kemudian, mendongak dan membuka matanya ketika mendengarkan suara seorang pria yang ia kenal. Netra Hazel itu bertatapan dengan netra hitam pekat milik Zion dalam beberapa detik.
"Apa maksudmu?" kata Feylie dengan melepaskan genggaman tangan Zion di pergelangan tangannya.
"Tidak ada," jawab Zion dengan tenang.
"Zion!!"
"Makan siang bersama sepertinya tidak terlalu buruk."
"Kita tidak sedekat itu," ujar Feylie dengan membenarkan penampilannya.
Pemuda dengan setelah suit hitam itu hanya terkekeh, "Apakah menurutmu makan bersama hanya untuk orang yang saling dekat? Lagi pula kita ini teman, Lilie."
"Sayangnya saya tidak punya cukup waktu untuk itu, permisi," jawab Feylie dengan melangkah menjauhi Zion.
🍪🍪🍪
Sepulang dari kantor Feylie menyempatkan waktu untuk mampir ke butiknya. Awalnya ia ingin segera pulang ke rumah. Namun, setelah mempertimbangkan waktu ia memutuskan untuk mampir ke butik sebentar untuk sekedar melihat kondisi butik.
"Mbak Fey, ini tadi ada undangan reuni sekolah. Tadi Mas Raka mampir ke sini buat ngasih undangan ke Mbak Fey, tapi Mbaknya lagi enggak ada," kata Laras dengan memberikan undangan ke Feylie.
Raka Zernant Abraham, sahabatnya sedari SMP. Laki-laki yang berprofesi sebagai Fotografer itu kerap sekali mengunjungi butiknya. Jadi, tidak heran jika para karyawan Feylie cukup mengenal Raka.
Feylie mengangguk paham dan membuka undangannya, "Terus Mas Rakanya langsung pulang, Ras?"
"Iya kan enggak ada Mbak Fey," jawab Laras sambil tertawa pelan.
"Ya kan bisa sama kamu," jawab Feylie sambil tersenyum.
"Yang dicari kan Mbak Fey, bukan Laras."
"Mas Raka tadi ada bilang sesuatu enggak, Ras?"
"Enggak kok Mbak, cuman ngasih undangan sama nanyain Mbak Feylie."
"Kalau gitu, Mbak masuk ke dalam dulu ya, Ras."
"Iya Mbak."
Memasuki ruangan pribadinya, Feylie telah disambut dengan tumpukan kertas-kertas desain baju pelanggannya. Ia melepaskan jas yang tersampir di kedua bahunya. Rambut yang semula tergerai dengan indah itu kini telah diikat asal ke atas. Bersandar di kursi dengan sesekali menghela nafas. Matanya terpejam mengingat pertemuannya dengan Zion.
Drtt...
Drtt...Lamunannya terbuyar ketika mendengar dering telepon dari dalam tas hitamnya. Tangannya merogoh mencari telepon, dan mengangkat panggilan tersebut.
-via telephone-
"Hallo,Raka?"
"Hallo, Li. Sudah dapat undangannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Middle of Zenneth (ON GOING)
General Fiction- Jika ada kebohongan dan kegelisahan yang terwujud, itu aku - Ini kisah tentang Daendlyna Feylie Zennetha. Perempuan muda yang mendapat julukan sang singa Zenneth. Hidupnya yang di impikan seluruh perempuan, justru seperti benang yang mengikat selu...