Hari - hari telah Feylie lalui dengan melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Berkat aksi peduli sosial yang ia lakukan beberapa hari yang lalu, membuat perempuan berusia 27 tahun itu semakin dikenal oleh masyarakat.
Setelah kabar pertunangannya tersebar, Feylie memilih untuk mengabaikan segala bentuk pemberitaan. Bahkan ia juga belum bertemu dengan Zion secara pribadi. Ia memang sengaja untuk menghindari tunangannya tersebut.
Lama berkutat dengan coretan kertas miliknya membuat Feylie merasa bosan. Kepalanya menoleh melihat jam tangan yang menunjukkan pukul 3 sore. Perempuan itu bangkit dari kursi miliknya. Mengambil ponsel yang tergeletak di meja, dan membereskan buku-buku yang tergeletak. Ia berjalan keluar dari ruangan pribadinya. Sepertinya hari ini ia butuh pulang lebih awal.
🍪🍪🍪
Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan. Akhirnya Feylie tiba di rumah. Saat memasuki ruang keluarga Feylie tidak melihat siapa pun. Tanpa berpikir panjang ia bergegas masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Ditengah-tengah menaiki anak tangga ia bertemu dengan Bik Inem yang menuruni anak tangga.
"Bik, semuanya pergi ke mana?" Tanya Feylie dengan memperhatikan sekeliling.
Bik Inem terheran mendengar pertanyaan nona mudanya. Setahunya kedua majikannya itu tengah berkunjung ke rumah calon suami nonanya. "Lho, Non Feylie enggak ikut Bapak sama Ibu?" Tanya Bik Inem dengan kebingungan.
Feylie hanya menggelengkan kepala pelan. "Ke mana?"
"Tadi Ibu bilang kalau mau ke rumah Den Zion. Enggak tahu juga mau apa. Bibik kira Non Feylie juga ikut. Jadi, Bibik belum masak, Non. Non Feylie mau makan?"
"Enggak dulu, Bik. Nanti saja kalau semua sudah pulang."
Setelah mengatakan hal itu, Feylie bergegas melanjutkan perjalanannya. Ia merasa lelah setelah beberapa hari selalu pulang larut malam. Sepertinya dia akan menghabiskan waktu dikamar saja malam ini.
🍪🍪🍪
Undangan pernikahan keduanya pun telah disebar luaskan. Sekitar seribu orang akan datang menghadiri acara pernikahan Feylie dan Zion. Kebanyakan yang hadir adalah rekan kerja Alex dan Damar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari itu, membuat banyak wartawan menggila. Entah dari mana kebocoran berita-berita tersebut. Padahal dari acara pertunangan kedua belah pihak keluarga hanya mengundang orang-orang terdekat mereka.
Hari ini Feylie memiliki janji untuk fitting baju bersama Zion. Mereka berdua juga akan pergi bersama Martha dan Sella. Sedangkan Lio ditugaskan untuk mengurus dekorasi dan gedung pernikahan. Seluruh keluarga mulai mengosongkan jadwal masing-masing dari sekarang. Hal ini dikarenakan mereka semua memiliki tugas masing-masing dalam pernikahan Feylie.
Sambil menunggu jemputan Zion, Feylie memutuskan untuk bersantai di balkon kamarnya. Ia duduk di kursi ayunan gantung sambil memainkan ponselnya. Sesekali matanya melihat ke arah halaman rumah. Memastikan apakah mobil Zion telah datang atau belum.
Saat melihat mobil hitam asing yang terparkir di halaman rumahnya, Feylie memutuskan untuk keluar menuju ke ruang keluarga. Ia pikir mungkin itu mobil milik Zion. Dari atas ia bisa melihat Papanya yang sedang berbicara dengan seorang pria diruang tamu.
Mendengar suara ketukan heels yang beradu dengan lantai membuat Damar menoleh ke arah anak tangga. Ia melihat putrinya dengan setelan blazer mocca yang dipadukan dengan kemeja putih. Rambutnya di ikat half ponytail dan poni panjang yang ia belah tengah. Tangannya menenteng tas berwarna putih. Harus Damar akui Feylie memang sangat pantas menyandang marga Zenneth di belakang namanya. Penampilan perempuan itu selalu mampu menunjukkan seberapa kuat dirinya dalam dunia bisnis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Middle of Zenneth (ON GOING)
General Fiction- Jika ada kebohongan dan kegelisahan yang terwujud, itu aku - Ini kisah tentang Daendlyna Feylie Zennetha. Perempuan muda yang mendapat julukan sang singa Zenneth. Hidupnya yang di impikan seluruh perempuan, justru seperti benang yang mengikat selu...