"Rasa itu kini terlalu asing bagiku."
-The Middle Of Zenneth-
.
.
."Tiga hari lagi, Kami mau pindah. Kami sepakat mau hidup mandiri. Jadi, kita berdua memutuskan buat pindah ke rumah yang sudah Zion beli dulu."
Memang Feylie dan Zion telah sepakat untuk keluar dari rumah Mahendra. Mereka berdua memilih untuk tinggal sendiri. Mungkin memang rumah yang akan ditempati tidak sebesar kediaman Mahendra maupun Zenneth. Namun, di sanalah mereka akan mengarungi bahtera rumah tangga sendiri, tanpa gangguan dari orang tua.
Selain itu, ini memang sudah menjadi kesepakatan yang mereka rencanakan sejak awal perjodohan. Zion telah berjanji untuk memberikan kebebasan bagi Feylie. Disisi lain kehidupan pernikahan mereka juga tidak akan berjalan dengan normal. Jadi, memisahkan diri dari keluarga akan sangat menguntungkan bagi sepasang pengantin yang tidak saling mencintai itu.
"Kalian yakin? Enggak mau tinggal di sini dulu saja?" Tanya Martha.
Sebenarnya perempuan itu sangat amat khawatir terhadap kehidupan pernikahan putranya. Di dalam kediaman keluarga Mahendra saja Zion tidur terpisah dengan Feylie. Apalagi jika mereka tinggal sendiri. Dapat dipastikan pernikahan itu tidak akan mengalami perkembangan karena ego masing-masing.
Feylie merasakan keraguan dari nada bicara Martha. "Feylie rasa ini keputusan yang terbaik, Bun. Kami sudah sama-sama dewasa, sudah seharusnya kami belajar untuk hidup mandiri. Lagi pula nanti Bunda juga bisa berkunjung ke rumah kita. Kalau enggak gitu... kita yang kesini."
"Benar kata Feylie. Mereka ini sepasang suami-istri. Beri mereka ruang untuk saling mengenal. Biarkan mereka memulai kehidupan baru, Mar." Sahut Oma Sarah dengan mengelus kepala Feylie.
Mendengar penuturan ibu mertuanya membuat Martha menganggukkan kepalanya. Lagi pula Feylie dan Zion sudah dewasa. Mungkin, ia terlalu berlebihan menghawatirkan kehidupan keduanya.
Setelah itu mereka semua berpamitan untuk berangkat kerja. Begitu pula dengan Feylie yang akan berangkat bersama Zion pagi ini.
🍪🍪🍪
Setibanya di depan butik Feylie segera turun dari mobil, "Makasih."
"Nanti pulang gue jemput," jawab Zion. Tanpa menunggu jawaban dari Feylie laki-laki itu menjalankan mobilnya meninggalkan pelataran butik milik Feylie.
Hampir 1 Minggu tinggal di kediaman Mahendra membuat Feylie merasa lelah. Perempuan itu tidak biasa beramah-taman jika di rumahnya. Ia juga jarang bersosialisasi dengan orang. Bahkan, Feylie kerap memilih menyendiri di kamarnya.
Berbeda dengan keluarga Zion yang sering mengobrol. Suasana di keluarga Mahendra juga terlihat lebih hangat. Persis seperti keluarga yang Feylie harapkan sejak kecil. Melihat kedekatan antara Alex dengan Reynand, membuat Feylie merasa tertegun.
Ia kira semua para pengusaha hanya akan membahas mengenai saham dan pekerjaan. Setiap harinya ia terbiasa mendengar pembahasan mengenai pekerjaan di rumah. Namun, di sini mereka lebih sering saling bercanda tawa dan menceritakan kesehariannya.
Namun, entah mengapa kehangatan yang selalu Feylie dambakan itu kini justru terasa begitu asing.
"Dia benar-benar berbeda," gumam Feylie menatap kepergian mobil Zion.
Memasuki butik Feylie disambut dengan para karyawannya yang berjejer di depan pintu.
"Happy wedding Mbak Fey..." Teriak para karyawan Feylie.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Middle of Zenneth (ON GOING)
General Fiction- Jika ada kebohongan dan kegelisahan yang terwujud, itu aku - Ini kisah tentang Daendlyna Feylie Zennetha. Perempuan muda yang mendapat julukan sang singa Zenneth. Hidupnya yang di impikan seluruh perempuan, justru seperti benang yang mengikat selu...