"Mencoba untuk buka hati? Seharusnya itu pertanyaan untuk dia, bukan untukku."
-The Middle Of Zenneth-
.
.
."Nah itu, nak Zion." Sambung Sella dengan menghampiri Zion.
Zion yang melihat kedatangan ibu mertuanya langsung menyelami tangan Sella. "Maaf jika saya telat," jawab Zion dengan sopan.
"Tidak masalah, nak. Kami semua juga mengerti betapa sibuknya pekerjaan kamu." Balas Sella dengan mengajak Zion menghampiri seluruh anggota keluarga yang telah menanti kedatangannya.
Sedangkan Feylie sudah sangat muak mendengar segala pujian yang dilontarkan kerabatnya. Entah tentang paras tampan Zion, maupun tentang kesuksesan pria itu.
Feylie mulai muak mendengar ocehan dari kerabatnya mengenai Zion. Perempuan itu hendak berdiri berniat meninggalkan sekumpulan manusia ini. Namun, lagi-lagi langkahnya di hentikan oleh perkataan dengan nada sinis seseorang.
"Lho Feylie mau ke mana?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Tante Mala itu membuat seluruh anggota keluarga menoleh ke arah Feylie.
"Itu suami kamu datang. Sambut sana! Dibawakan tasnya, tawari minum gitu loh. Kok malah mau ditinggal," lanjut Tante Mala sambil tersenyum.
Sedangkan Damar segera mengode ke arah putrinya. Laki-laki itu mengisyaratkan agar putrinya segera menghampiri Zion.
Dengan malas Feylie berjalan gontai menghampiri suaminya. Pintar sekali laki-laki itu bersandiwara. Zion ternyata membawa sekeranjang buah dan beberapa tas yang berisi roti.
"Lo harusnya enggak usah bawa-bawa gini. Ngerepotin," kata Feylie dengan mengambil alih keranjang buah dari tangan Zion.
Sella mengerutkan dahinya mendengar panggilan Feylie untuk Zion. Ibu tiga anak itu menepis tangan putrinya kesal. "Kamu ini sama suami kok manggilnya enggak sopan. Panggilnya yang benar!"
Feylie hanya menghembuskan napas lelah mendengar segala ocehan dari semua orang. Ayolah pernikahannya dengan Zion baru seumur jagung. Keduanya bahkan masih seperti orang asing.
"Kami memang sepakat seperti itu, Ma. Lagi pula dulu kita berdua berteman," Balas Zion.
"Lihat siapa ini yang datang. Menantu lelakiku, Lazion." Kata Damar dengan berjalan menghampiri Zion. Ia sangat bahagia setelah berhasil menikahkan Zion dengan putrinya. Selain kehidupan putrinya yang akan terjamin, masa depan keluarganya juga aman.
Damar selalu memperingati Feylie untuk tidak bertingkah di kediaman Mahendra. Damar merasa putrinya itu begitu keras kepala, dan cenderung memberontak. Namun, ternyata Feylie masih memiliki rasa takut kepadanya.
Damar menyerahkan bingkisan yang Zion bawa ke istrinya. Kemudian, ia mengajak Zion untuk berkumpul bersama para lelaki keluarga Zenneth.
"Kalau di rumah kalian juga seperti itu?" Tanya Sella.
Feylie berdehem pelan sebagai jawaban. Setelah itu ia bergegas mendahului ibunya untuk menaruh keranjang buah ke ruang makan.
Berbeda dengan Feylie yang memilih untuk menyendiri. Zion justru terlihat menikmati acara kumpul keluarga yang diadakan oleh keluarga Zenneth. Laki-laki itu dengan nyaman membahas bisnis dengan para kerabat laki-laki.
"Zi, bisnis kamu yang baru bagaimana? Om dengar kalian lagi mau buka usaha baru," tanya Om Tio.
"Sejauh ini masih lancar." Jawab Zion.
Melihat suaminya yang mengobrol dengan pewaris Mahendra Group, membuat Tante Mala merasa tertarik. Perempuan itu berjalan menghampiri suaminya.
"Om Tio juga lagi mau buka usaha baru. Sekalian saja kalian berdua kerja sama, Zi." Sahut Tante Mala dengan memberikan segelas kopi untuk Zion.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Middle of Zenneth (ON GOING)
General Fiction- Jika ada kebohongan dan kegelisahan yang terwujud, itu aku - Ini kisah tentang Daendlyna Feylie Zennetha. Perempuan muda yang mendapat julukan sang singa Zenneth. Hidupnya yang di impikan seluruh perempuan, justru seperti benang yang mengikat selu...