"Sejak malam itu, semua terasa berbeda."
-The Middle Of Zenneth-
.
.
."Gue juga udah nggak betah buat lama-lama di sini." Kata Feylie dengan menyuapkan sepotong cake ke dalam mulutnya.
Sembari menunggu acara selesai, mereka kembali berkumpul. Kali ini Feylie memilih untuk diam mendengarkan obrolan yang menurutnya tidak bermutu. Ia sudah kehilangan selera berinteraksi setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan Nino. Wajahnya hanya memasang ekspresi dingin sejak tadi.
Hingga pukul 8 malam mereka sudah bisa pulang ke rumah masing-masing. Selama perjalanan pulang Feylie sibuk mengoceh. Melampiaskan seluruh amarah dan rasa kesalnya ke Raka. Raka hanya meringis mendengar segala umpatan yang Feylie keluarkan untuk Nino.
"Gimana perasaanya setelah ketemu Zion lagi? Bahagia ya? Atau jatuh cinta lagi mungkin?" Tanya Raka dengan tertawa.
Feylie yang mendengar tawa Raka bergidik ngeri. "Hufh ... semoga aja ya, habis ini gue nggak perlu ketemu sama manusia modelan dia." Jawabnya dengan emosi yang mengebu-ngebu. "Songong banget mukanyaaa," teriaknya sekali lagi.
Raka hanya geleng-geleng melihat kelakuan sahabatnya. Jika orang melihat Feylie sebagai sosok yang dingin dan keras kepala. Maka Raka akan melihat sebaliknya. Feylie akan terlihat lebih kekanak-kanakan saat bersamanya. Perempuan jutek itu akan jadi cerewet dan menyebalkan saat sedang bersamanya.
Raka justru bersyukur dengan hal itu. Setidaknya dia bisa membantu meringankan sedikit beban sahabatnya. Ia bisa menjadi tempat berpulang yang tidak bisa Feylie dapatkan dari keluarganya."Siapa tau kalian ternyata jodoh." Kata Raka menggoda Feylie kembali.
"Dih ... siapa juga yang mau jadi jodoh cowok nggak berperasaan kayak dia."
"Lo lah, gila."
Walaupun beribu kali Feylie mengelak, Raka tetap tau isi hati Feylie. Perempuan itu secara tidak sadar masih selalu memikirkan Zion. Bahkan menurut Raka perasaan Feylie pada Zion juga masih, hanya saja tidak sebesar dulu.
Suara tawa mengisi perjalanan pulang mereka. Hingga tibalah mereka di depan bangunan megah berwarna putih, yakni kediaman Zenneth. Pintu gerbang terbuka, terlihat satpam dan Damar yang menyambut kedatangan mereka.
"Malam, Om. Ini anaknya sudah Raka pulangin dengan selamat ya. Enggak ada kurang satu pun, utuh Om." Kata Raka sambil menyalami Damar.
Mendengar kelakuan sahabat putrinya Damar hanya tersenyum tipis.
"Kalau gitu, Raka pamit pulang ya, Om. Permisi," pamit Raka sambil berjalan memasuki mobilnya.
Damar menganggukkan kepala, "Hati-hati kamu!"
"Makasih buat hari ini, hati-hati!" kata Feylie menundukkan kepala untuk melihat Raka dari jendela mobil.
Setelah mobil Raka melaju meninggalkan kediaman Zenneth. Damar dan Feylie berjalan beriringan memasuki rumah. Di ikuti dengan satpam rumah yang kembali ke pos tempatnya berjaga.
🍪🍪🍪
Keesokan paginya seluruh anggota Zenneth berkumpul di ruang keluarga. Tidak terlalu banyak obrolan. Namun, keluarga itu terlihat sangat harmonis pagi ini. Hari ini weekend, jadi Damar dan Lio tidak pergi ke kantor. Laki-laki beda usia tersebut sibuk bermain catur. Sedangkan Feylie dan Kanaya sibuk memperhatikan televisi.
Sesekali terdengar suara tawa dari Kendra yang berlarian. Diikuti Naina yang mengejar bocah 5 tahun itu."Kendra, jangan lari-lari!" Peringat Naina sambil berusaha menggapai tangan bocah kecil itu.
"Kendla mau ke onty, Mama." Rengeknya sambil berlari ke arah Feylie.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Middle of Zenneth (ON GOING)
Fiksi Umum- Jika ada kebohongan dan kegelisahan yang terwujud, itu aku - Ini kisah tentang Daendlyna Feylie Zennetha. Perempuan muda yang mendapat julukan sang singa Zenneth. Hidupnya yang di impikan seluruh perempuan, justru seperti benang yang mengikat selu...