Chapter 9 | wedding jokes

21 5 0
                                    

"Waktuku terasa sia-sia, jika pada akhirnya lelucon ini terus berlanjut."

-The Middle Of Zenneth-
.
.
.

"Yasudah! Kita berdua enggak bisa nolak kan. Mau gimana lagi coba?! Selama pernikahan nanti gue enggak akan membatasi segala gerak lo. Lo boleh lanjut kuliah, ngejar karir, enggak masak, atau apapun itu. Terserah. Tapi satu hal yang pasti. Pernikahan kita enggak akan berjalan selayaknya pernikahan normal pada umumnya." Jelas Zion.

Zion menatap Feylie murka, ia merasa perempuan di depannya itu masih sama. Masih perempuan naif yang terobsesi dengannya.

"Oke!" Tantang Feylie.

Di tengah perdebatan mereka, Reynand datang untuk memanggil keduanya. Reynand menatap Kakak dan calon Kakak iparnya yang terlihat serius. Mereka terlihat seperti memperdebatkan sesuatu.

"Kak ... kalian ditunggu Papa." Kata Reynand canggung.

Mendengar perkataan adiknya, Zion hanya menganggukkan kepalanya. "5 menit lagi," jawabnya tanpa melihat ke arah Reynand.

Sedangkan Feylie bergegas mengikuti Reynand. Ia hanya mengikuti ke mana Reynand pergi. Pandangan matanya kosong. Feylie hanya diam memikirkan seluruh kejadian dalam hidupnya. Ia merasa usahanya selama ini telah berakhir sia-sia.

"Kak Fey ... are you okay?" Tanya Reynand dengan menoleh sebentar ke arah Feylie.

"Hmm"

Reynand hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu hanya keheningan yang menyelimuti perjalanan mereka berdua.

🍪🍪🍪

Sesampainya di ruang tamu, Martha mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Zion.

"Lho ... Zionnya mana, Rey?" Tanya Alex.

"Ada di belakang, Pa."

Feylie memutuskan untuk kembali duduk di samping Mamanya. Ia merasa tidak nyaman. Apalagi ketika mendengar percakapan antara Papanya dan Mr. Alex yang membahas pernikahan. Ia jadi merasa gugup.

Mendengar langkah kaki seseorang membuat semua mata menatap ke arah laki-laki yang tengah berjalan dengan santai. Siapa lagi jika bukan Zion? Laki-laki yang berjalan dengan gagah itu hanya memandang datar sekumpulan manusia.

"Papa sama Mr. Damar sudah membuat keputusan. Minggu depan kalian tunangan, lalu dua bulan ke depannya kita adakan pernikahan." Kata Alex dengan tegas.

Feylie tersentak ketika mendengar penuturan Mr. Alex. Ia tidak menyangka bahwa kedua pria tua di depannya ini tidak main-main dengan rencana pernikahan. Ia merasa semua orang ingin segera mengikat dirinya dengan Zion secepat mungkin.

Dan apa tadi? Dua bulan? Waktu dua bulan untuk mempersiapkan pernikahan itu terbilang cukup singkat. Apa lagi mereka tidak diberi waktu untuk menjalani pendekatan.

"Apa tidak terlalu cepat?" Tanya Feylie dengan hati-hati.

Feylie tidak berani menoleh ke arah Damar. Lagi pula, Feylie hanya akan mendapatkan tatapan tajam dari lelaki yang menyandang status sebagai ayahnya itu.

"Bukankah lebih cepat lebih baik?" Jawab Damar.

Mendengar jawaban yang dilontarkan Papanya, Feylie hanya terdiam. Bibirnya terkunci dengan pandangan kosong. Feylie hanya mengabaikan setiap ucapan yang keluar dari bibir Papanya. Ia bahkan tidak mendengarkan pembahasan mengenai tanggal pernikahan maupun konsep pernikahannya nanti.

Sesekali ia hanya menganggukkan kepalanya ketika ditanya. Untuk sesaat pandangannya bertemu dengan netra hitam milik Zion. Laki-laki itu lebih banyak berbicara dari pada Feylie. Zion mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Damar.

The Middle of Zenneth (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang