Chapter 22 | Lilie, Raka, and Baldy

8 2 0
                                    

"Setiap serpihan memori kala itu, selalu memiliki tempat tersendiri dalam bagian hidupku."

-The Middle Of Zenneth-
.
.
.

“Gue bilang bareng gue.” Bentak Zion. “Sebenarnya sedekat apa kalian? Apa-apa Raka, memangnya lo siapanya Raka?” tanya Zion dengan napas yang memburu.

Feylie menatap tak percaya ke arah Zion. Matanya menajam ketika mendengar bentakan dari Zion. Dengan penuh percaya diri ia berjalan menghampiri Zion. “Memangnya lo siapa?” tanya Feylie pelan.

Tersirat nada penuh kelelahan dari suara Feylie. Namun, pasangan suami-istri itu enggan mengalah.

“Menurut lo apa?” gertak Zion.

Zion kini mulai mengerti, jika kehadirannya begitu asing dalam hidup Feylie. Lagi pula selama menjalin hubungan pernikahan, Zion merasakan perubahan dalam diri Feylie. Ia tidak pernah lagi melihat tatapan memuja dari mata hazel perempuan itu. Ia tidak pernah lagi mendengar suara lembut penuh perhatian dari perempuan itu.

“Lo yang masuk. Lo yang minta, Fey. Lo juga yang maksa tapi, kenapa orang-orang selalu menghakimi gue? Lo selalu bertingkah seperti korban,” kata Zion.

Zion merasa seperti menemukan sosok baru dalam diri Feylie. Kakinya mulai melangkah meninggalkan Feylie yang termenung. Zion memilih untuk langsung memasuki kamarnya.

🍪🍪🍪

Di dalam kamarnya, Feylie termenung. Perempuan itu terduduk di lantai sambil menyandarkan punggungnya di ranjang. Matanya terpejam dengan kepala yang menunduk. Di sekelilingnya tersebar beberapa lembar foto dan kertas. Tangannya menggenggam selembar foto.

Selembar foto yang berisi gambar tiga anak remaja berseragam biru putih. Dua anak laki-laki dan satu anak perempuan yang tengah memegang sebuah piala.

Mata hazel perempuan itu mulai terbuka. Dengan menghela napas ia memandangi kembali foto yang berada di tangan kanannya.

Samar-samar ingatan Feylie mulai terlempar kembali ke masa dalam foto itu. 

Kala itu, Feylie berhasil menyabet juara dalam perlombaan cerdas cermat. Perempuan itu berhasil meraih juara kedua setelah mengalahkan lawannya yang berasal dari SMP Nusa Pelita.

Seluruh warga SMP Bina Gemilang menyambut keberhasilan Feylie. Anak perempuan dengan style half-up hair itu, terkenal ramah di kalangan teman-temannya. Ia selalu tersenyum dan terlihat ceria di antara teman-temannya yang lain.

Baik, ramah, dikenal banyak orang, ceria. Mungkin akan ada terlalu banyak kata yang akan di gunakan untuk mendeskripsikan anak perempuan itu. Feylie berjalan menghampiri temannya dengan menunjukkan piala yang ia bawa.

“Look at this!” teriak Feylie dengan tersenyum lebar.

Teman-teman sekelas Feylie tersenyum melihat keberhasilan teman mereka. Raka sebagai sahabat terdekat Feylie maju menghampiri Feylie. Laki-laki itu berteriak melihat keberhasilan sahabat jahilnya.

“In our last year and you still shine, congrats!” kata Raka.

Congrats, Lie.” kata Zion dengan menjabat tangan Feylie.

Setelah itu Feylie berfoto dengan seluruh teman sekelasnya. Anak perempuan itu juga berfoto-foto dengan para sahabatnya.

Feylie juga berfoto dengan Raka dan Zion. Ketiganya bersahabat semenjak sering menjadi partner dalam perlombaan. Ketiga sahabat itu memiliki sifat yang berbeda. Jika Feylie dan Raka cenderung ceria dan mudah berbaur, maka berbeda dengan Zion yang terkesan lebih tertutup.

The Middle of Zenneth (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang