Chapter 7 | pressure

22 4 0
                                    

"Pada kenyataannya melupakan itu lebih sulit dari pada menciptakan."

-The Middle Of Zenneth-
.
.
.

"Panggil Feylie keruangan Papa!" Damar bergegas pergi ke ruangannya.

Mendengar perintah ayahnya, Lio segera berjalan ke arah kamar Feylie. Ia mengetuk pintu, tidak lama kemudian terlihat Feylie dengan mengenakan baju tidurnya.

"Ditunggu Papa di ruang kerja," kata Lio dengan khawatir.

Feylie yang mendengar perkataan Kakaknya hanya menganggukkan kepala, ia tidak heran lagi. Pasti Damar akan membahas mengenai perjodohan tadi. Ia segera menutup pintu kamarnya dan berjalan mendahului Lio.

"Fey..." gumam Lio yang tertangkap oleh pendengaran Feylie. Hal itu membuat Feylie menghentikan langkahnya.

"Are you okay?" Tanya Lio dengan sendu.

Ia merasa bahwa Adiknya terlihat aneh hati ini. Feylie yang biasa menampilkan tatapan mata tajam itu, kini terlihat berbeda. Pandangan matanya terlihat penuh kekhawatiran.

Mendengar pertanyaan Kakaknya, Feylie hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.

🍪🍪🍪

TOK

TOK

"Masuk!" jawab Damar dari dalam.

Melihat kedatangan putrinya Damar mempersilahkan Feylie untuk duduk di sofa ruang kerjanya. Ia melanjutkan membaca dokumen yang harus di tanda tangani.

"Kamu ... Tidak berniat mengacaukan perjodohan itu kan?"

"Aku tidak bisa," tolak Feylie dengan menatap ke arah Papanya.

Mendengar jawaban putrinya, Damar meletakkan dokumen yang ia bawa sembari melepas kacamatanya. "Apa bagimu ini terdengar seperti sebuah penawaran?" Tanya Damar dengan terkekeh pelan.

"Kamu Putriku. Papa tahu apa yang terbaik untukmu." Lanjut Damar tajam.

"Terbaik untuk Feylie? Atau terbaik untuk perusahaan Papa?" tanya Feylie dengan berdiri. Ia sungguh muak dengan Damar. Sedari kecil banyak sekali tekanan yang Damar berikan kepadanya.

Damar menatap tajam putrinya yang juga sedang menatapnya tajam. Melihat keberanian Feylie ia tersenyum tipis. Feylie benar-benar duplikat dirinya. Dibanding Kakak dan Adiknya, Feylie cenderung lebih sering memberontak sedari remaja.

"Kamu tidak punya hak untuk menolak!" geram Damar.

Mendengar perkataan Papanya, Feylie tertawa miris. "Papa pikir aku ini boneka Papa?" gumam Feylie pelan.

"Selama ini kamu selalu meminta kepada Papa, sekarang giliran Papa yang meminta sesuatu kepadamu." Kata Damar menghiraukan pertanyaan Feylie.

"Feylie tidak bisa, kenapa tidak Kanaya saja? Dia juga putri Papa." Kata Feylie.

"JANGAN LANCANG KAMU!!" Teriak Damar. Lelaki paruh baya itu berdiri menatap putrinya lebih tajam.

Mendengar teriakan Damar, tubuh Feylie bergetar pelan. Tanpa ia sadari jemari tangganya bertaut dan kuku tangannya saling bergesekan.

"Persiapkan dirimu, besok kita setujui perjodohan kalian!"

Setelah itu Feylie bergegas keluar dari ruangan Damar. Saat akan membuka pintu ruangan Ayahnya. Ia termenung mendengar perkataan Ayahnya.

"Jangan coba untuk membangkang kali ini!!"

🍪🍪🍪

Keesokan harinya terlihat dua perempuan yang berbeda usia sedang berbicara di sebuah ruangan. Kedua perempuan tersebut terlihat sangat serius, sesekali tersengar isak tangis dari sang perempuan muda.

The Middle of Zenneth (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang