Pagi berbeda dari pagi sebelumnya rumah terlihat lebih ceria dan hangat. Setelah sekian lama terlihat sunyi, seperti tak ada kehidupan dirumah ini.
Zavian sudah rapih dengan seragam sekolahnya, dia berkaca sebentar menatap wajahnya masih terlihat pucat.
"Setidaknya tidak sepucat semalam. Aku harus buru-buru keluar," Zavian gegas mengambil tas lalu keluar untuk pergi sarapan pagi.
Zavian duduk di samping Askara, Mama masih sibuk berkutat dengan masakannya. Ayah masih belum terlihat, mungkin sedang bersiap-siap.
"Adek udah bangun?" Ayah yang baru datang langsung menanyakan hal tersebut pada anak bungsunya.
"Udah dong. Kalau belum mana mungkin adek udah di sini." Balas Zavian
Bima terkekeh kecil lalu mengelus kepala Zavian membuat anak itu cemberut. Dia sudah merapikan tapi ayah malah merusaknya.
"Ayah, adek udah sisir rambut loh! Berantakan lagi kan,"
"Tinggal sisir lagi, kok repot sih dek."
"Adek males buat ke kamar nya. Udah males gerak,"
"Nih pake sisir Ayah,"
Zavian menatap sisir rambut berwarna hitam itu lalu melihat sang ayah.
"Ayah, bawa sisir kemana-mana?"
"Loh emang kenapa? Buat jaga aja, aneh emang?"
Zavian menggeleng "Ngga sih. Cuma heran aja,"
Pada akhirnya dia tetap memakai sisir milik sang ayah untuk merapikan kembali rambut nya.
"Wah udah kumpul semua nih. Makanan juga udah siap," makanan disusun begitu rapih dan terlihat sangat bikin selera makan meningkat.
"Keliatannya enak semua," Zavian berbinar saat melihat berbagai macam makanan di meja makan. Dia menelan ludah sendiri, semakin lapar pula dirinya.
"Iya dong. Masakan Bunda kan slalu enak,"
"Adek mau apa?" Tanya Jihan
"Ayam goreng sama udang saus tiram,"
Acara sakral makan terlihat khidmat dan sunyi tak ada percakapan didalamnya. Mereka membiasakan kalau makan tidak bicara, jadi kalau mau mengobrol bisa setelah makan.
*
*"Makasih Ayah, udah anterin adek ke sekolah. Adek jadi seneng deh!"
Bima tersenyum hangat melihat putranya begitu bahagia karena hal kecil seperti ini.
"Sama-sama. Sudah sana masuk, belajar yang rajin jangan lupa pas istirahat harus makan. Biar ada tenaga,"
"Siap!" Zavian melambaikan tangan lalu memasuki gerbang sekolah bersama murid lain.
Zavian tidak langsung menuju kelas dia harus ke kelas lain, ada urusan sama anak jurusan IPS sedangkan dia dengan jurusan MIPA jadi kelasnya ada diseberang.
"Thanks, gua lupa kalo ngga bawa uang tadi."
Zavian menepuk bahu pemuda itu "Santai kak. Lagian Mama Kakak, nitip sama aku yang satu sekolah. Jadi gak apa-apa!"
"Yaudah aku mau pergi ke kelas. Bye!"
Sebelum sekolah tadi ada tetangga nya ingin menitipkan uang untuk anaknya. Ya anak jurusan berbeda dengannya ini adalah anak tetangga nya, jadi dia iya in saja hitung-hitung membantu, bukan?
Gubrak
Zavian lagi berjalan ditabrak seseorang. Dia meringis sebab merasa sakit pada bagian pinggang, mana jatuh ngga elit banget lagi, dia kejengkang kebelakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Si Bungsu [END]
Teen Fiction______________ "Adek minta maaf, Kak!" Sebuah kesalahpahaman membuat ia kehilangan kepercayaan dan kasih sayang kedua kakaknya. Zavian hanya ingin mendapat kan kata maaf itu, sebelum semuanya benar-benar semakin berantakan. ______________ Publish...