21

800 29 0
                                    

Zavian duduk di kursi rodanya sembari melihat langit cerah hari ini. Siang nanti dia akan kemoterapi sebelum melakukan dia ingin keluar sebentar setelah hampir tiga hari di dalam rumah sakit.

"Kamu ngga ingin memberitahu mereka?" Mereka yang Yusuf pasti adalah keluarganya sendiri. Sepanik apa mereka saat dirinya sudah menghilang tanpa kabar lagi, atau justru merasa tidak peduli.

"Kak, boleh aku minta sesuatu?" Tak peduli atas pertanyaan Yusuf dia berbicara hal lain. Yusuf tentu sudah menyiapkan segala pikiran negatif nya, tatapan mata itu tatapan penuh dengan kelelahan seolah dia begitu lelah sudah bertahan di segala kesakitan nya.

"Minta apa?" Perasaan Yusuf tiba-tiba saja merasa tidak enak. Dari pandangan sayu keputusasaan itu membuat dia merasa cemas.

"Kalau kemo aku tidak berhasil, misalkan kondisi tubuh aku semakin menurun atau memburuk nanti. Tolong jangan beritahu mereka, aku tak ingin menyusahkan siapapun."

"Beritahu saja kalau aku sudah tiada," perkataan terakhir membuat Yusuf terbungkam. Tak tahu harus berekspresi seperti apa.

"Jangan berbicara seperti itu, kamu pasti bisa. Kenapa jadi pesimis begini. Bukannya kamu ingin sembuh?"

Helaan napas dalam Zavian keluarkan. Dia sendiri bingung pada diri sendiri, baru kemarin semangat untuk sembuh tapi entah kenapa hari ini pikiran buruk slalu menghantui nya.

Mati, mati dan mati. Slalu ada di kepalanya, dalam alam bawah sadar kemarin saja dia menemui kedua kakaknya yang sudah lama meninggal.

***

Tempat dengan nuansa putih bersinar ada di penglihatan nya. Tempat asing, dia tak tahu ada dimana.

Apa dia sudah mati? Mengapa ada tempat seperti ini, berjalan berusaha mencari jalan keluar namun semua sama hanya tembok putih yang ia temukan.

Dari kejauhan tampak dua orang tersenyum ke arahnya sembari melambaikan tangan mereka.

"Kak Melvin, Kak Yohan!" Zavian berlari kecil merentangkan kedua tangannya lantas masuk ke dalam pelukan keduanya.

"Kakak, adek kangen kalian..." Memandangi wajah berseri kedua kakaknya adalah hal paling menyenangkan yang ia lakukan.

"Kami berdua lebih kangen kamu. Kenapa bisa sampai kesini? Kamu harus segera pulang,"

Yohan merasa adiknya sudah terlalu jauh untuk pergi. Bukan ini saatnya dia pergi bersama dia dan Melvin, akan ada waktunya nanti.

"Aku mau pergi bersama kalian. Aku tidak mau kembali, tolong bawa aku!"

"Tidak. Tidak sekarang waktunya, kamu bisa ikut kami tapi bukan sekarang. Kamu harus kembali," Melvin menggeleng tidak setuju dengan ucapan memohon adiknya.

"Aku ingin ikut kalian ... Apa kalian tidak mau membawa ku?" Zavian sudah begitu lelah kenapa mereka malah melarangnya.

"Sebentar lagi, kamu bersabar ya. Sebentar lagi kami akan menjemput mu, untuk sekarang kamu harus kembali. Kami tidak bisa membawa mu untuk ikut!"

Lalu terlihat sebuah pintu keluar yang di carinya Melvin dan Yohan tersenyum tipis lalu menyuruhnya masuk kesana.

Zavian enggan untuk bergerak dirinya masih ingin bersama kedua kakaknya. Dia masih ingin disini, kembali kesana hanya membuat dia semakin tersiksa.

Dengan langkah begitu pelan sambil terus menatap kedua mata kakaknya dia berjalan. Perlahan namun pasti dia mulai masuk ke dalam pintu tersebut, lalu gelap lah yang menyambutnya hingga tanpa sadar dia mulai kembali menatap dunia kembali.

Kisah Si Bungsu [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang