22

2.6K 79 10
                                        

Keadaan sudah darurat paman Yusuf memanggil rekannya untuk membawa Zavian ke ruang ICU. Kondisi tubuhnya semakin menurun, masker oksigen ia pasangkan karena napas Zavian terlihat menipis.

Dokter melakukan beberapa pemeriksaan, mulut dan hidung Zavian sudah terpasang oksigen berbagai alat ditempelkan di dada juga lengannya. Zavian sesak napas, kesadaran semakin menurun.

Setelah hasil tes selesai dan keluar ternyata Zavian mengalami pendarahan pada paru-paru nya. Inilah menyebabkan kenapa kondisi yang tadi baik-baik saja sampai drop seperti ini.

"Paman kondisi Zavian bagaimana? Dia baik-baik saja, kan?" guratan raut wajah khawatir begitu terlihat pada Yusuf.

Dari semula duduk saat melihat paman keluar langsung buru-buru bangkit dan menanyakan keadaan Zavian.

"Tidak, keadaannya memburuk. Kemoterapi yang baru saja dilakukan ternyata gagal, sel kanker menyebar dengan cepat. Kondisi ini tidak bisa dibilang baik-baik saja, Yusuf."

Seperti ada belati menusuknya Yusuf langsung menangis menumpahkan air mata seketika.

Sesak sekali, kenapa harus seperti ini. Kenapa terasa begitu menyakitkan untuknya, kalau ternyata hal buruk pada Zavian dia akan merasa kehilangan kedua kalinya.

"Zavian koma, pendarahan itu sudah terlalu banyak menyebar ke tubuhnya. Kalau tidak segera ditangani saat itu juga bisa mengambil nyawa Zavian,"

"Paman akan berusaha keras agar keadaan Zavian bisa pulih kembali. Untuk sekarang kita hanya bisa melakukan trombosit aperesis 1-3 kantong perharinya. Kemungkinan juga bisa lebih kalau pendarahan itu semakin menyebar. Seperti nya kita harus melakukan kemoterapi suntikan pada otot lengan dan perut."

Hati Yusuf semakin teriris mendengar penjelasan panjang tentang apa yang harus di lakukan pada tubuh Zavian. Dia melirik sebentar ke dalam, tubuh anak itu sudah banyak berbagai alat menempel. Harus sebanyak apalagi? Itu pasti akan sangat menyakitkan.

Tanpa masker oksigen juga Zavian tidak mungkin bisa bernapas dengan baik. Semua ternyata memilukan dapat menyayat hati siapapun.

Baru beberapa jam Yusuf melihat Zavian masih tersenyum dan berharap untuk sembuh. Tetapi kenyataannya malah berkata lain, dia malah seperti ini.

'000'

"Ada yang tahu bang Yusuf dimana? Gua cari kerumah nya kaga ada," tanya Sean pada teman-teman nya. Mereka lagi ada di cafe ingin berkumpul setelah pada sibuk dengan urusan masing-masing.

"Di cafe nya udah lo cari belum. Kalo ngga dirumah pasti dia disitu," sahut Raden

Sean mengangguk "Udah, tetap kaga ada. Semua karyawan dia bilang Yusuf kaga kesana beberapa hari ini,"

"Padahal gua mau balikin barang yang gua pinjem. Pake ngilang orangnya ," tambah Sean merasa bete ketika dia sudah berniat membalikan barangnya sang pemilik malah ngilang kaga tahu kemana.

"Nanya ortunya udah?"

"Udah, jawabannya dia ngga pulang kerumah. Katanya dia nginep di rumah pamannya, tapi gua kan kaga tahu alamat nya dimana."

Sean merebahkan kepalanya di meja cafe pusing sekali. Matanya menatap Askara yang hanya diam bengong, keliatan anak itu sedang banyak pikiran.

"Lo lagi ada masalah?" Masih dengan merebahkan kepalanya dimeja tersebut namun pandangan tak lepas dari sosok Askara.

Helaan napas dalam Askara terlihat begitu lelah. Kantong mata nya sedikit menghitam apa dia kurang tidur. Sebegitu banyak kah pikirannya sampe mengganggu waktu istirahatnya.

Kisah Si Bungsu [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang