2

2.9K 106 0
                                        

Diruang tamu berisikan delapan pemuda tampakan begitu ramai berisikan bacotan mereka semua. Saling gaduh satu sama lainnya, membuat kesan ruangan ini seperti tempat untuk beradu bacotan siapa yang paling besar.

"Bawa apa tuh!" Tanya Dafa si lelaki dikenal dengan sebutan buaya Amazon karena suka menggoda para betina.

"Bawa bom!" Jawab Raden dengan ketus.

"Mana bom nya? kaga ada tuh," Dafa malah mencari padahal sudah jelas yang Raden bawa adalah makanan.

"Lo terlalu bego apa gimana sih! Udah, jelas gua bawa makanan," Raden menaruh makanan dimeja kecil miliknya. Mereka memang sedang berkumpul dirumahnya, mumpung sepi jadi dia mengajak temannya untuk bermain disini.

"Lo kali yang bego!"

"Udahlah sesama bego, jangan ribut!" Nimbrung Haedar tapi matanya tetap fokus pada sebuah TV besar didepannya. Dia asik menonton sebuah kartun Dora, kata Haedar biar bisa memancing emosi.

"Si Dora goblok anjir. Udah tahu rubah ada didepan, masih nanya." Kesal Haedar akhirnya emosi kepancing hanya menonton kartun ini.

"Anak emosian kaya lo kaga bagus nonton ginian. Darah tinggi ntar!" Ucap Sean mengganti channel lalu menyiarkan Drakor.

"Dih kok diganti,"

"Lebih seru ini. Dibanding Dora, cuma bikin emosi aja. Udahlah tinggal nonton doang,"

Haedar menurut lalu ikut nimbrung dan fokus akan tontonan nya.

"Heh, bang Yusuf anak sape lo culik!" Teriakkan Raden menggemparkan semua orang.

"Anjir tiba-tiba banget bawa orang baru kesini. Anak mana?" Haedar ikut bertanya dia melihat anak bawaan Yusuf dari atas ke bawah.

Masih asing belum pernah sekalipun dia melihatnya.

"Kenalan sana!" Suruh Yusuf pada pemuda disampingnya. Dia nampak grogi sekali, dilihat banyak mata.

"Halo semua, kenalin nama saya Zavian Bumi Narendra. Semoga kita bisa berteman," ucap Zavian dengan gugup.

"Kaku amat kek kanebo kering,"

"Santai-santai kita ngga gigit kok. Anak baik kita mah!"

"Salam kenal, gua Raden Mahesa Antasena,"

Semua menghampiri Zavian dan menyambut anak itu begitu baik. Yusuf hanya bisa tersenyum tipis, untung semua temannya mampu menyambut kedatangan Zavian dengan baik.

Hanya tiga orang yang terlihat diam dipojok sofa.

"Jangan sungkan untuk minta bantuan atau minta tolong sama kita. Kalau bisa kita bakal bantu," Yusuf memberi tahu supaya Zavian tidak merasa canggung lagi.

"Namanya kek bang Aska ada bumi nya? Ga sekalian pakai tata surya yang lain."

"Jangan-jangan kalian saudara an ya?" Dafa mengangkat alis lalu tersenyum jahil ingin menggoda manusia yang masih malu-malu.

"Terus, kalo iya kenapa? Urusan sama lo, apa?" Bukan Zavian menjawab melainkan Askara sendiri.

"Niatnya kan mau ngeledek doang, kok beneran sih. Lagian punya adik kok ga pernah dikenalin sama kita,"

"Lo punya saudara lagi? Sejak kapan, bukannya cuma Bang Rafka sama Bang Zen aja?" Haedar bingung selama dia mengenal mereka bertiga. Hanya merekalah yang ia kenal sebagai sosok saudara, tak pernah ada yang lain.

"Kenapa cuma bang Yusuf yang dikenalin,"

Yusuf merasa bingung sendiri "Apaan gua aja kenal sendiri. Lagian gua juga kaga tahu kalau dia saudara Askara,"

Kisah Si Bungsu [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang