______________
"Adek minta maaf, Kak!"
Sebuah kesalahpahaman membuat ia kehilangan kepercayaan dan kasih sayang kedua kakaknya.
Zavian hanya ingin mendapat kan kata maaf itu, sebelum semuanya benar-benar semakin berantakan.
______________
Publish...
Zavian berdiri di tengah lapangan cuaca panas hari ini terasa sangat membakar kulitnya. Dia terkena hukuman, dia telat masuk. Hari ini dia bangun kesiangan sebab semalam badannya merasa panas, berakhir tak bisa tidur.
Bukan hanya dirinya tetapi beberapa murid juga terlihat dihukum bersama nya. Hukuman ini masih ada beberapa menit lagi, kepala sudah begitu pusing wajah semakin memucat keringat sudah bercucuran sejak tadi.
"Kalian berlima cepat kesini. Hukuman kalian sudah selesai," teriak seorang guru memanggil anak muridnya.
Zavian ikut bersama yang lain, jalannya sudah sempoyongan sebenarnya sudah tak kuat menahan pusingnya.
"Kalian kembali ke kelas, awas saja ada dari kalian mencoba bolos. Saya akan berikan hukuman lebih berat dari ini,"
Mereka semua mengangguk terkecuali Zavian anak itu memegangi kepala sejak awal, tak mendengar jelas apa dikatakan guru tersebut.
Guru tersebut merasa tidak beres pada salah seorang muridnya, dia pun mendekati lalu bertanya.
"Zavian kamu baik-baik saja?" Tanya guru itu.
Zavian hanya diam tenaga tiba-tiba hilang, dia pun jatuh limbung ke di aspal lapangan.
Guru dan murid disana panik lalu menepuk pipi Zavian berharap masih ada kesadaran dari anak ini.
"Cepat kita bawa dia ke UKS!" Perintah guru kepada muridnya, mereka mengangkat tubuh Zavian membawa ke UKS untuk diperiksa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cahaya terang berasal dari lampu membuat netra gelap itu berusaha menyesuaikan. Zavian membuka matanya setelah hampir satu jam dia pingsan. Disana tidak ada siapapun kecuali salah seorang murid menunggu di bangku tepat samping ranjang dia terbaring.
"Udah sadar? Gila lo hampir satu jam pingsan, udah baikan belum?" Rentetan pertanyaan dia lontarkan sebab anak ini sudah menunggu lama sekali.
Zavian memijat pelipis agak nyeri, pusing masih ada belum sepenuhnya hilang. "Agak mendingan. Kamu nungguin aku dari tadi?" Tanya Zavian
"Iya, lo pingsan apa tidur sih. Kelupaan bangun ya!"
"Aku ngga tahu. Tapi makasih udah nemenin aku disini,"
"Sama-sama,"
Kemudian keadaan hening lagi. Keduanya terlalu bingung apa yang ingin dibicarakan. Mereka saling natap satu sama lain, keadaan menjadi canggung sekali.
"Lo anak yang semalam ada di jembatan kan. Muka lo mirip soalnya,"
Zavian meneliti wajah pemuda itu dengan teliti. Semalam dia memang habis dari jembatan kebetulan juga dia disangka mau bunuh diri, dia tidak melihat terlalu jelas wajah orang itu tetapi sedikit mengingat nya.
"Masa lupa. Gua yang udah ngira kalau lo mau bunuh diri itu,"
Ingatan Zavian kembali pada waktu malam kemarin. Benar, memang ada seorang pemuda yang memarahi nya karena di kira mau melakukan bunuh diri di sebuah jembatan. Lalu dengan mata berbinar Zavian melihat pemuda ini.