18

1.2K 44 3
                                    

Zavian kelelahan terlalu memaksa dirinya untuk tetap bekerja sehabis pulang sekolah. Napas nya memburu dia masih berada dijalan untuk pulang, mau menunggu bis sudah tak ada yang lewat disana.

Berhenti sejenak untuk menetralkan napasnya, Zavian meremat dadanya setiap napas yang dihembuskan terasa sulit sekali.

"Hahhh. Kenapa sesak sekali," disela napas memburu mata Zavian berkeliaran berharap ada seseorang bisa dia minta bantuan.

"Nih diminum dulu, biar lebih enakan!" Tepat di keputusasaan nya ada seseorang datang membawakan dia sebotol air mineral tanpa menunggu lama Zavian segera mengambilnya.

Setelah meminum hingga kandas dia merasa lebih enakan. Napas nya juga sudah kembali normal, dia harus berterimakasih pada orang itu.

"Terimakasih,"

"Galih, Jadi kamu?"

Galih terkekeh kecil sebagai respon. "Tadi gua gak sengaja lewat, lihat lo kesulitan napas jadi inisiatif beli air putih. Lagian ngapain malem-malem gini masih berkeliaran?"

"Udara malam tuh ngga bagus buat kesehatan. Masih pake seragam lagi," Galih punya pikiran kalau teman nya ini belum pulang kerumah.

"Ada tugas yang harus aku kerjain. Tadi aku abis dari perpustakaan kota," bohong Zavian dia merasa harus menutupi semua ini. Walaupun ada sedikit penyesalan kembali dia harus berbohong pada orang lain.

"Mau bohong kan lo! Ngga mempan buat gua, keliatan muka lo kalau lagi bohong. Lain kali belajar akting biar lebih bagus," ucap Galih di akhiri bercanda sedikit agar tidak terlalu tegang.

Zavian meringis sudah ketahuan berbohong. Ternyata Galih bukan orang yang gampang dibodohi, gagal sudah.

"Masih kuat buat jalan? Mau gua antar sampe rumah?" Tanya Galih mengalihkan pembicaraan, dia tahu memang ada sesuatu disembunyikan Zavian tapi dia tak memaksa untuk temannya jujur kalau tak dia sendiri yang menceritakan.

"Ngga perlu. Kamu mending pulang aja, aku udah agak mendingan." Balas Zavian dia berdiri, namun malah limbung kalau tidak ditangkap oleh Galih mungkin dia akan terjatuh.

"Ngeyel banget sih lo! Udah gua bilang gua antar sampe rumah," cerocos Galih merasa kesal dengan sifat keras kepala bocah disampingnya.

Zavian tidak mampu menjawab lagi, pusing di kepala mengalihkan semua. Lagi-lagi merasakan seperti ini, tubuhnya kurang fit sebab terlalu banyak melakukan aktivitas.

"Jangan terlalu over sama tubuh lo. Ingat, lo cuma manusia biasa bisa ngerasain capek. Maksa begini sama aja nyari penyakit," ceramah Galih sepanjang jalan kedua tangannya menahan tubuh Zavian agar tetap bisa berdiri tegak.

"Iya, iya. Udah dong malah tambah pusing kepala aku, kamu tuh kaya ibu-ibu aja ngomel terus!"

"Dih dibilangin juga. Emang dasar kepala batu, susah buat dinasehati."

Zavian hanya bisa sabar mendengar Galih terus berbicara dengan dalih menasehati, bukan terlihat seperti itu malah keliatan kaya orang marah-marah. Soalnya setiap kata diucapkan dengan nada ketus, diam-diam Zavian mengambil napas lelah.

Sudah pusing kepala, ditambah ocehan tak bermutu dari teman baru beberapa hari ini.

"Sudah sampe. Kamu bisa pulang,"

"Masa gitu, ngga ditawari masuk dulu. Minimal kasih minum kek, haus ini!"

"Rumah aku lagi ngga nerima tamu. Silahkan pergi, jalan kesana!"

Galih membola mata malas lantas pergi kaki dihentakan lantasan kesal. Udah susah dinasehati, malah dia diusir aduh sakit hati sekali.

Dia berjalan gontai menuju rumah, badannya kembali merasa lemah. Akhir-akhir ini dia sering merasa capek, bahkan disaat tak melakukan apapun dia sudah kelelahan.

Kisah Si Bungsu [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang