Epilog

2.9K 89 2
                                        

Semua keluarga Zavian sudah berada disana berkumpul tanpa tahu harus berbuat apa. Mereka kesini karena Askara dia bilang Zavian selama ini berada dirumah sakit ini. Semua diam, tak berbicara dalam waktu lama.

Yusuf tak sanggup menatap wajah mereka takut emosi didalam dirinya akan menggelegar begitu saja. Apalagi melihat wajah si brengsek Zen dan Rafka itu.

"Saya ada disini untuk menjelaskan kondisi Zavian selama dua bulan ini. Dia tidak terlihat baik-baik saja, kalau kalian melihat nya sangat terlihat sehat itu hanya kebohongan belaka yang anak itu sembunyikan," Paman Yusuf berusaha menjelaskan kepada keluarga bersangkutan agar mereka paham dan mengerti atas ucapannya.

"Apa maksud anda?"

"Saya Yendra dokter spesialis yang telah menangani anak kalian selama dua bulan terakhir,"

"Zavian telah menderita penyakit Chronic lymphocytic leukemia (CLL) atau leukemia kronik, sudah ada dari satu tahun lalu. Apakah kalian mengetahui ini?"

Jihan tak bisa mengontrol rasa kagetnya. Apa-apaan ini kenapa bisa dia tidak mengetahui hal sebesar ini, dan kenapa juga putra bungsunya tidak bilang padanya.

Bughh

Pukulan kencang Askara berikan kepada dokter dihadapannya. Dia merasa tak terima dia berani bicara sembarangan atas Zavian, tidak mungkin itu terjadi pada adiknya.

"Jangan sembarang kalo ngomong. Adek selama ini sehat, gua tahu itu. Lo bisa gua tuntut karena omong kosong lo itu!!" Marah Askara

Yendra tersenyum tipis, pukulan bocah ini boleh juga. Pipi nya terasa kebas sebentar dia harus bisa lebih sedikit sabar.

"Baiklah, seperti nya saya harus menjelaskan lebih detail lagi sama kalian. Saya membawa hasil pemeriksaan Zavian dua bulan lalu, kalian bisa baca sendiri."

"Bima, seorang ayah dari enam putra tetapi anda tidak bisa menjadi pemimpin yang baik pada keluarga anda sendiri. Anda juga ikut menyalahkan putra bungsu anda atas kesalahan yang tak ia perbuat,"

Bima merasa sedikit tertampar atas ucapan Yendra barusan. Dia mengingat bahwa sampai saat ini masih ada rasa tak terima atas meninggalnya kedua putranya, masih menyalahkan Zavian atas ini semua.

"Jihan, seorang ibu yang harus nya bisa mendidik putra dengan baik. Kasih sayang seorang ibu itu sepanjang masa bukan? Kau memang ibu yang baik, tetapi kau telah salah ikut membenci anak tak berdosa itu,"

"Dia menyayangi tapi kekecewaan besar kau berikan padanya."

Jihan menggigit bibirnya tangisnya sudah meluap sejak awal. Kini liputan rasa bersalah hinggap pada nya. Membenci Zavian adalah kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan.

"Zen dan Rafka sosok kakak yang seharusnya bisa menjaga dan melindungi, justru sebaliknya. Kalian luka paling besar untuk Zavian, kata-kata tak pantas slalu keluar dari mulut sampah kalian." Tekan Yendra sudah mulai merasa emosi.

"Kalian semua salah menilai anak itu, dia anak baik, penurut rela melakukan apapun untuk kebahagian kalian. Bahkan dia rela bertaruh nyawa untuk menyelamatkan nyawa kalian,"

"Cih. Omong kosong, kalo iya kenapa ngga dia aja yang mati waktu itu? Malah saudara gua yang harus mati, bukan dia!"

Bughh

Plakk

Pukulan serta tamparan keras diberikan Yusuf kepada Rafka. Sudah cukup dia tak tahan, mereka terlalu brengsek untuk di perlakukan lemah lembut. Tidak bisa dia sudah terlanjur emosi dengan ucapan tak bermutu Rafka.

"LO YANG HARUS MATI, BANJINGAN!!"

"LO PIKIR LO BISA HIDUP SAMPE SEKARANG KARENA SIAPA?? KALAU BUKAN ADEK YANG GAK LO HARAPIN ITU!!"

Kisah Si Bungsu [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang