56. Dalang Dibalik Teror
Cinta itu bagaikan air laut, pasti akan ada pasang dan surutnya.
Tapi ingat, air laut tidak pernah berubah rasanya.—Nona Zefaa—
Pagi ini. Natha sudah siap dengan outfit sederhana yaitu kaos putih polos, kemeja kotak-kotak berwarna biru tua dan celana jeans hitam. Tak lupa dengan sepatu sneakers berwarna putih. Selepas Ayahnya berangkat kekantor, adiknya aman bersama Bik Narsih, Natha menjadi tenang meninggalkan rumah untuk hati ini—menemui gadis yang semalam sempat membuat naik pitam.
"Bi, Natha berangkat ya."
"Iya, Den. Hati-hati"
Natha mengangguk, lalu melenggang keluar meninggalkan rumah dan menaiki motor yang sudah terparkir didepan rumah.
"Oke, berangkat" gumam Natha sebelum menyalakan mesin motornya.
Dengan kecepatan rendah, Natha menikmati setiap hembusan angin di pagi hari yang cerah. Sesekali menyapa pengguna jalan yang lain terutama anak-anak jalanan. Memberikan senyum manis meskipun tertutup oleh helm fullface yang ia pakai.
Cowok itu tidak langsung kerumah Queena. Melainkan mampir ketempat seblak dan martabak sesuai pesanan Queena semalam. Dengan sabar Natha mengantre panjang diwarung seblak, lalu berlanjut mengantre lagi ditempat martabak manis yang sangat panjang. Butuh waktu satu jam sampai ia mendapatkan semuanya. Tak lupa jamu kiranti juga Limon tea dan escream Vanilla coklat kesukaan Queena.
Limabelas menit Natha melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya sampai didepan rumah Queena yang pintunya terbuka lebar.
Citttt
Satu yang Natha lihat. Queena sibuk menyiram tanaman didepan rumahnya. Tak mempedulikan Natha yang sudah sampai dan memarkirkan motornya dengan aman didepan garasi yang juga terbuka—tidak ada mobil didalamnya.
"Cocok banget jadi ibu rumah tangga kalo bentuknya kaya gini" ujar Natha mengalihkan antensi Queena.
"Lah, Tha? Udah dari tadi?" tanya Queena dengan polos.
"Dari jaman kamu masih cupu, sampai sekarang berubah jadi suhu, aku udah disini" sungut Natha.
Queena memutar bola matanya jengah. "Alay"
Queena. Gadis itu segera mematikan keran dan menghampiri Natha yang tetap berdiri disamping motornya. Membawa satu kantung kresek, dan satu totabeg ditangan kanan dan kirinya.
"Ih, itu apa?" tanya Queena antusias. Nada bicaranya pun jadi melembut. Beda dengan semalam.
"Ini, pesenan nona Zefa. Seblak, martabak, tak lupa escream dan limon tea."
"Berapa total semuanya, Tuan?"
"100k, Nona. Benar dengan Nona Zefanya Vegas?"
"Iya, saya sendiri. Bisa diganti yang lain gak bayarnya? Saya lagi gak ada uang, Tuan" ujar Queena seolah sedang bersedih.
"Bisa Nona" Natha mengangguk, lalu tersenyum. "Cukup melihat senyum Nona setiap hari sudah bisa membayar semua yang sudah saya berikan untuk Nona, termasuk hidup saya yang sudah berpusat pada Nona"
Entah kenapa, Queena merasa terjebak dengan permainannya sendiri. Ia tersipu malu, sekaligus salting. Sederhana saja ucapan Natha, tapi mampu menembus relung hati yang paling dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA PERGI?!
RandomDIA PERGI?! ~~~~~~ Sakit rasanya ditinggalkan oleh seseorang. Terlebih orang yang sangat amat dicintainya. Selamanya! "Jika takdir sudah berkehendak, maka mau bagaimanapun aku bertahan, tetap akan pergi." ucap Natha menatap gadis didepannya dengan...