Kini Habba fokus memandang deretan angka pada keybroand handphone-nya. Dia mencoba mengurutkan angka-angka tersebut dengan deretan huruf abjad yang ada di bawahnya. Angka tiga tepat berada di atas huruf “E”, angka empat berada di atas huruf “R”, sedangkan angka lima berada di atas huruf “T” dan angka tujuh berada di atas huruf “U”.
“Hah, kata ERTU?” tanya Habba sendiri.
“Tanda baca dan tanda sama dengan itu maknanya angka 4,8,1,” sambung Nigella yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Habba.
“Oh, ya?” tanya Habba penasaran.
“Iya. Sama urutannya angka itu berada di atas tanda baca dan tanda sama dengan di keybroand handphone,” jawab Nigella.
Belum percaya seutuhnya dengan Nigella, Habba mengecek ulang dengan handphone-nya. Setelah selesai, Habba mengangguk.
“Benar, Nigella. Jadi kode itu adalah ERTU481,” tebak Habba.
“Iya. Namun, aku nggak tahu kode apa itu,” sahut Nigella.
“Mirip kata sandi, ya?” tanya Habba.
“Iya. Kamu sudah beritahu Profesor Nafsin?” tanya Nigella.
“Belum. Nanti saja. Aku mau menyelesaikan ini dulu. Laptopmu sudah beres?” tanya Habba.
Pertanyaan Habba membuat Nigella menghela napas. Dia pun menarik kursi untuk beralih duduk di samping Habba.
“Belum. Rusak parah laptopnya, Habba.” Nigella pun menunduk akan hal itu.
“Kamu mengulanginya dari awal lagi, dong?” jawab Habba.
“Tentu. Padahal butuh waktu sebulan untuk menyelesaikannya. Terpaksa juga, aku harus libur dulu dalam proyek ini,” gerutu Nigella.
“Kenapa?” tanya Habba heran.
“Menunggu laptop baru untukku,” sambung Nigella.
“Kok, menunggu laptop baru?” tanya Habba. Kedua tangannya pun kembali lagi mengutak-atik keybroand laptopnya untuk memulihkan sistem.
“Karena, hanya PT Sahabat Tekno Indonesia yang bisa membuat laptop itu. Khusus untuk menaungi proyek ini,” kata Nigella.
“Oh, begitu. Namun, kenapa bisa diblokir, ya?” tanya Habba. “Padahal, cuma kita yang punya.”
“Itu nggak menjamin, Habba,” ujar Nigella.
“Iya, sih. Secanggih apa pun teknologi. Dia pasti ada kelemahannya. Apalagi, jika teknologi itu dipegang oleh orang yang lebih pakar,” sahut Habba.
“Iya. Itu betul, Habba," ucap Nigella.
"Apa, sih, yang membuat mereka begitu?" gerutu Habba.
"Sebenarnya, orang yang berhasil memblokir dan meretas sistem sekaligus data itu lebih jenius dari kita. Hanya saja, mereka salah menyalurkan kejeniusannya, Habba. Semua karya, nggak ada yang sempurna juga,” sambung Nigella.
“Aku mengerti, Nigella, di posisi mereka. Pasti karena tugas juga ‘kan?” ujar Habba mengangguk. “Akhirnya, selesai. Tinggal lanjut lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Ini Milik Kita
General FictionSesampainya di gedung. Mereka langsung saja masuk dan menuju laboratorium Andala Muda. Sebenarnya, tadi mereka heran. Mengapa pintu lab terbuka? Padahal, biasanya ada orang di dalam pun pintu itu tetap tertutup dan mereka yang ingin masuk harus menj...