Asli, hukuman itu di luar dugaan. Habba mending dihukum berdiri hormat di depan tiang bendera daripada harus menjadi guru dadakan seperti ini.
“Bu Dasih nggak ada negoisasi?” mohon Habba.
“Ini pelajaran, Habba, bukan mau perang. Minta negoisasi segala,” jawab Bu Dasih.
“Nanti saya nggak mencatat, dong, Bu,” elak Habba.
“Ngeyel terus, ya, kamu,” cerca Bu Dasih lalu menjewer telinga kanan Habba. “Kamu ini memang lain, Habba. Biasanya murid jenius itu anti pelanggaran. Lha ini? Bikin ulah lagi.”
“Tadi nggak sengaja, Ibu,” ucap Habba sesekali meringis menahan sakit di telingannya.
“Nggak ada penolakan! Jelaskan materi bab satu ini,” titah Bu Dasih setelah melepas jewerannya.
Mau tak mau daripada Habba harus debat berkepanjangan dengan Bu Dasih. Dia mengalah saja untuk menuruti kemauan beliau, Logari yang melihat tingkah Habba hanya tersenyum mengejek penuh kemenangan.
Habba pun kini sudah di depan kelas, dia menerangkan bab pelajaran PKN tentang harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektif pancasila. Harmonisasi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu harmonia yang artinya terikat secara serasi dan sesuai. Menurut ahli filsafat harmonisasi diartikan kerjasama antara berbagai faktor yang sedemikian rupa, hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur.
“Jadi bisa disimpulkan bahwa harmonisasi adalah---“
“Keselarasan, kesesuaian, kecocokan, dan keseimbangan berbagai faktor yang saling berhubungan,” sambung Nigella memotong perkataan Habba.
Interaksi antara Habba dan Nigella yang saling melengkapi membuat Bu Dasih tersenyum. Ternyata hukumannya bisa dijadikan sesi berdiskusi.
Sambungan Nigella memunculkan senyuman manis di bibir Habba lalu dia memandang Nigella dengan tatapan yang sulit diartikan. Senyum Habba direspons helaan napas berat oleh Nigella.
“Ada apa, Habba? Senyummu selalu mencurigakan,” cerca Nigella.
“Jawabanmu sangat betul, Nigella. Namun, bolehkan aku meminta sesuatu?” tanya Habba.
“Apa, Habba?” tanya Nigella tersenyum. Senyuman itu tanda takjubnya dengan perubahan warna mata Habba yang beberapa jam lalu berwarna hitam, kini berubah lagi menjadi cokelat. Mata biru mudanya, sudah ada sebelum berganti warna menjadi hitam.
“Jelaskan, apakah itu harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektif pancasila, Nigella?” tanya Habba.
“Hah?” kaget Nigella.
“Sini! Maju denganku, Nigella. Boleh ‘kan, Bu?” tanya Habba menoleh ke Bu Dasih yang duduk di bangku gurunya.
Bu Dasih hanya mengangguk saja.
“Yah! Bu Dasih. Itu ‘kan hukumannya Habba,” protes Nigella tidak terima.
“Ini bukan masalah hukuman, Nigella. Namun, kamu tadi menyambung penjelasan Habba. Ayo! Lanjutkan saja. Ibu izinkan, kok,” ujar Bu Dasih.
“Oke, deh, Nigella ikut,” kata Nigella. Akhirnya, beranjak dari bangkunya lalu berdiri di depan kelas bersama Habba.
“Oke. Sudah siap, Nigella?” tanya Habba.
Nigella hanya mengangguk. Kini dia yang menjelaskan materi tadi. Jadi harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektif pancasila berarti, hak dan kewajiban asasi manusia itu harus dilakukan dan dimiliki oleh setiap manusia tanpa membeda-bedakan suku bangsa, agama, ras, maupun golongan.
Setelah Nigella selesai menjelaskan pengertiannya, Habba berlanjut ke beberapa contoh yang bersangkutan dengan hal tersebut yaitu:berhak mendapatkan keadilan di mata hukum, berhak mendapat kehidupan yang layak dan diperlakukan secara adil di masyarakat, wajib bersikap adil dan membela kebenaran, wajib menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan tenggang rasa.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Ini Milik Kita
General FictionSesampainya di gedung. Mereka langsung saja masuk dan menuju laboratorium Andala Muda. Sebenarnya, tadi mereka heran. Mengapa pintu lab terbuka? Padahal, biasanya ada orang di dalam pun pintu itu tetap tertutup dan mereka yang ingin masuk harus menj...