Di sisi lain, Habba belum beranjak tidur juga. Setelah puas mengecek smartwatch-nya, dia beralih mengambil buku note untuk menuliskan ide perihal sandi yang akan digunakan buat pintu laboratorium yang baru. Namun, saat Habba sedang asyik akan hal itu tiba-tiba handphone-nya berdering. Ternyata chat dari Cencen.
Cencen
Habba, aku merancang desain pintu lab yang baru dengan gambar gunungan wayang dan burung elang jawa. Dulu yang lama, cuma elang jawa saja. Gunungan wayang itu, aku dapat idenya dari pedangmu. Nggak apa ‘kan?
Chat tersebut membuat Habba tersenyum dan langsung saja membalasnya.
Habba
Silakan, Cen. Aku senang. Mereka malah berdampingan. Nggak kebayang, pasti keren banget itu.
Cencen
Hahaha. Bisa saja kamu. Belum jadi soalnya, izin kamu dulu aku.
Habba
Hahaha, nggak apa. Buat semangat kamu. Oh, ya, Cen. Aku boleh bertanya?
Cencen
Makasih. Boleh, tanya apa?
Habba
Pintu gedung sandinya apakah juga rusak, Cen? Daripada besok aku harus tanya pada Profesor Nafsin mending tanya kamu saja. Kamu tahu?
Cencen
Pintu gedung aman, sih. Namun, tetap diganti. Khawatir, pelaku yang sama balik lagi dengan mudah. Wong petugas keamanan kecolongan waktu itu. Mereka dibuat sibuk dengan robohnya supermarket secara tiba-tiba yang berada di dekat gedung. Terus, bkin herannya lagi, supermarket itu ternyata sengaja dirobohkan dengan merusak bagian fatal bangunan itu.
Habba
Pantas, Cen laboratorium kita kebobol.
Cencen
Ya, terduga pelaku perobohan adalah orang yang sama.
Habba
Sama dengan pelaku pembobolan laboratorium kita?
Cencen
Iya.
Habba
Oke, terima kasih infonya, Cencen.
Cencen
Sama-sama. Sudah, ya? Aku mau ngedesain lagi.
Habba
Oke. Semangat buat kamu.
Selesai dengan urusan chat Whatsapp, Habba keluar dari aplikasinya dan beralih ke aplikasi g-mail guna mengecek nontifikasi pesan dari organisasi Bima Araga yaitu organisasi silat yang ingin dia ikuti. Iya, Habba memang sesekali dilatih sang papa silat untuk mengasah kemampuannya. Namun, dia juga butuh organisasi resmi yang dinaungi langsung oleh lembaga pendidikan buat memperdalam pengetahuan bela dirinya.
Saat membaca, Habba tersenyum senang. Ternyata dia keterima di organisasi tersebut dan tiga ke depan Habba sudah boleh mengikuti latihan sekalian mengambil seragamnya.
“Akhirnya, aku lega. Tinggal cari kerja paruh waktu,” gumam Habba. “Di mana, ya? Toko, kafe atau barista lagi?” Perlu diketahui, Habba juga mempunyai hobi tersendiri yaitu menjadi barista. Dia mengambil kesempatan itu dengan baik menjadikannya sebuah pekerjaan untuk menambah uang saku sekolah.
Habba bisa dibilang cowok yang tidak suka dengan berdiam diri, dia selalu rutin dengan kegiatan positif yang dilakukannya. Meski begitu, Habba mempunyai taktik membagi waktu dengan baik. Maka dari itu, dia juga tidak bisa disebut sibuk.
Akhirnya, Habba balik lagi dengan buku note-nya setelah mengembalikan handphone itu ke atas meja belajar. Cukup satu jam dia mengabiskan waktu untuk mengutak-atik angka dan aksara di atas kertas putih tersebut. Selesai! Beres sudah tentang kata sandi yang ada unsurnya pantun jenis nasihat yang menjadi pilihan Habba.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Ini Milik Kita
General FictionSesampainya di gedung. Mereka langsung saja masuk dan menuju laboratorium Andala Muda. Sebenarnya, tadi mereka heran. Mengapa pintu lab terbuka? Padahal, biasanya ada orang di dalam pun pintu itu tetap tertutup dan mereka yang ingin masuk harus menj...