"Dilihat dari ekspresimu, sepertinya kamu sudah mengetahui alasan kenapa kamu dipanggil ke sini, Hengkara." sambutan Profesor Ramon membuat Abian yang baru saja tiba di ruang privasi 106 menaikkan alisnya sembari terus menelisik ke seisi tempat misterius itu. Meski telah beberapa kali bertandang ke sana, ruangan itu tidak pernah terasa bersahabat buatnya, selain karena alasannya dibangun tidak pernah terungkap, lokasinya juga ditata terpencil dan bahkan untuk masuk ke dalamnya pun seseorang harus menyebutkan kata sandi yang bisa berubah secara berkala.
Terdengar merepotkan untuk digunakan sebagai ruangan kerja, kan?
"Sepertinya, re-hire tugas saya sudah tiba. Am I right?"
Profesor Ramon mengangguk samar. Hari semakin berangsur senja, dan setelah sepanjang hari yang lelah ini dipenuhi dengan agenda ujian murid Debu, laki-laki paruh baya itu tak kunjung bersilih dari pakaian maupun dari wajahnya yang kusut. Jika Abian boleh menerka, sudah pasti salah satu faktor di antara semua penyebab yang ada adalah karena Laudy.
"Musuh mulai mengitari gadis itu. Setelah apa yang terjadi padanya hari ini membuat saya sadar membiarkan dirinya di sini tanpa pembimbing adalah keputusan yang salah." Profesor Ramon memberi jeda sebelum dia melanjutkan. "Saya tidak perlu menjelaskan lebih banyak lagi untuk meyakinkan kamu kembali menjadi mentor gadis itu lagi, kan?"
"Tadinya, saya berpikir seperti itu."
"Lantas sekarang?"
"Melihat wujud kemampuan yang dimiliki Laudy dengan kedua mata saya sendiri dan bagaimana penguasaannya yang begitu lemah membuat saya bertanya-tanya. Sebenarnya, apa yang membuat saya terlihat memenuhi kriteria untuk membimbing Laudy? Jika boleh saya ingatkan kembali, penguasaan elemen saya saja sudah cukup memalukan untuk dipertontonkan padanya."
Di kursi kerjanya dengan sandaran tinggi yang dilapisi ornamen emas, Profesor Ramon melirik Abian seakan tidak suka dengan sikap kritisnya. "Menjadi mentor bukan hanya tentang memiliki kemampuan yang lebih tinggi, tapi juga tentang memahami, mendukung, dan membantu kadet untuk tumbuh. Saya memilih kamu karena kamu pernah menjadi mentor Laudy sebelumnya, dan kamu mengenalnya lebih baik daripada siapa pun yang ada di sini. Besides, bukannya ini yang kamu inginkan? Kamu semestinya tidak meragukan keputusan saya lagi setelah saya menuruti kemauan kamu, Hengkara."
Sepertinya, Abian sudah salah bicara. "Saya akan menjaganya dengan nyawa saya, Prof."
Beberapa pekan yang lalu, di tempat ini, Abian pernah menduga bahwa penyihir yang akan dia jemput di dunia utama adalah seorang calon Prameswari negaranya, seseorang yang kuat, dan cukup berdaya untuk menggeser eksistensi Abian bahkan seluruh keluarganya hanya dengan seujung jari. Bersamaan dengan tugasnya itu, Abian bersumpah akan menjalankan perintah dan menutup semua rahasia mengenai Laudy dengan segenap nyawanya. Tapi kali ini... semuanya terasa berbeda. Pasca melihat dan mengamati sendiri bagaimana kondisi Laudy, tampaknya ada sesuatu yang membuat gadis itu tersesat di antara kaum-kaumnya sendiri, dan itu adalah sesuatu yang salah untuk seukuran calon Prameswari yang seharusnya lebih berkuasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓
Fantasy𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐞𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧; 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠 include; witch, vampire, mystery, blood ━━━━━━━━━━━━━━━━━ Kisah yang tak biasa dituturkan oleh Ananta Laudy Ganendra kala menyadari bahwa dia bukan sepenuhnya manusia normal. Tidak cukup dengan it...