Abian mengenal beberapa orang yang sangat mencintai alam. Ayahnya adalah salah satu darinya. Abian pun sepenuhnya setuju, sebab keindahan hijaunya pepohonan yang melambai-lambai diterpa angin hingga gemericik air sungai yang jernih tidak pernah gagal memikat seluruh indranya.
Dulu ketika Abian masih belia dan sebelum dijebloskan ke dalam akademi sihir, ayahnya selalu membawanya merambah ke dalam hutan untuk berburu setiap akhir pekan. Wiran Hengkara adalah pria yang memiliki ketangguhan yang luar biasa, dia kerap mengajarkan Abian cara membaca jejak-jejak hewan yang nyaris tidak terlihat oleh mata awam. Mulai dari jejak kaki rusa di tanah yang lembab, jejak tipis lompatan kelinci, atau bahkan bekas cakaran serigala di batang pohon. Abian ingat sekali, sewaktu mereka beristirahat di bawah kanopi pepohonan yang rimbun saat langit berwarna oranye keemasan sewaktu matahari terbenam, ayahnya berkata...
"Berburu bukan sekadar mengejar mangsa, son." Tangan Wiran mengelus rambut Abian usai dia meletakkan busur serta anak panahnya ke atas tanah. "Berburu itu tentang memahami siklus kehidupan, tentang keseimbangan antara manusia dan alam. Kita harus belajar bersabar, menghormati setiap detik yang kita habiskan di sini, dan memanfaatkan apa yang diberikan alam dengan bijak."
Abian mengamati ayahnya dengan kekaguman yang mendalam. Di mata Wiran, ia melihat refleksi dari kebijaksanaan alam itu sendiri. Kini, saat dia kembali berhambur ke alam bersama Kiki dan Javin setelah meninggalkan akademi Debu yang nyaris hancur binasa dan tak aman untuk ditempati, Abian kembali mengingat potongan peristiwa tersebut, membuatnya diam-diam merindukan Wiran.
"Bang, ini kita mau kemana?" tanya dari Kiki membuat jalan Abian memelan sebelum langkahnya benar-benar berhenti.
"Ask him." Abian mengarahkan dagunya pada Javin yang berjalan di paling belakang.
Javin menghembuskan nafas. Tepat saat mereka keluar dari Debu tadi, dia telah mengatakan kepada Abian maupun Kiki bahwa mereka bertiga harus tiba di wilayah utara hutan Panduara sebelum matahari benar-benar terbenam. Mulanya Javin ingin mengungkapkan titik tujuan perjalanan mereka, namun Abian sudah lebih dulu menawarkan diri untuk memimpin perjalanan seraya mengaku bahwa kemampuannya dalam membaca kompas paling ulung di antara mereka bertiga.
"Kita mau ke lembah astral." Abian dan Kiki sontak tersentak. "Iya, itu adalah lembah yang sama dengan lembah astral yang kalian pelajari di kelas satu."
Jarang sekali ada murid Debu yang tidak pernah mendengar kata itu. Lembah astral adalah sebuah tempat yang terletak di jantung hutan Panduara. Jika keluar dari gerbang wes akademi Debu, para murid akan langsung disuguhkan oleh pagar tinggi hutan tersebut di depannya. Para murid Debu sering memperdebatkan kebenaran cerita-cerita angker tentang hutan ini, namun satu hal yang pasti: Hutan Panduara punya beberapa tempat strategis berprofit bagi para penyihir. Salah satunya adalah lembah Astral.
Lembah astral dikenal sebagai tempat penuh energi mistis dan spiritual yang mampu memperkuat kemampuan magis dan batin penyihir. Beberapa lulusan Debu yang ingin mensucikan diri setelah lulus untuk segera melanjutkan studi biasanya akan berkunjung ke sana (Javin memperoleh info ini dari Profesor Kellan, guru pengampu mata pelajaran Summoning and Contract Magic, lantaran dia berhasil memperoleh nilai tertinggi di setiap materinya).
KAMU SEDANG MEMBACA
DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓
Fantasy𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐞𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧; 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠 include; witch, vampire, mystery, blood ━━━━━━━━━━━━━━━━━ Kisah yang tak biasa dituturkan oleh Ananta Laudy Ganendra kala menyadari bahwa dia bukan sepenuhnya manusia normal. Tidak cukup dengan it...