xviii. pursued to death

82 17 24
                                    

Keputusasaan juga dirasakan oleh Fino dan Dena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keputusasaan juga dirasakan oleh Fino dan Dena. Ketika melihat keadaan Debu yang luluh lantak seperti sekarang, berat bagi mereka untuk bisa tersenyum seperti biasa. Meski terkesan sering ogah datang ke sekolah dan kerap mengambil jatah cuti, Fino sangat menyayangi Debu, terutama karena orang tuanya telah berpontang-panting menyekolahkannya di sini. Dena pun tidak berbeda jauh. Menjadi salah satu murid yang berhasil memperoleh beasiswa di akademi sihir paling presitius di negaranya bukanlah hal yang mudah. Namun sayangnya, waktu yang dia habiskan di Debu tidak bisa dibilang panjang.

Setelah kepergian Ethan, Fino dan Dena masih terduduk di posisi yang sama, sorot pedih mereka berpendar, menemukan sisa-sisa penyerangan dan noda darah yang mengering dimana-mana.

"Fin," suara membuat lamunan Fino pecah. "Abian sama Kiki kemana?"

Fino menggeleng tidak tahu. "Seharusnya pernyataan itu milik gue. Gue nggak begitu akrab dengan mereka, even dengan Laudy," kepalanya tertoleh skeptis. "Berhenti membicarakan Abian dan Kiki. Menurut lo, lo lagi ada dimana saat Laudy menghilang?"

Dena bungkam saja sebab keberaniannya menciut. Dia ingat sekali saat tengah malam Laudy menyelinap keluar dan berkilah ingin menjumpai Abian. Mereka memang akrab semenjak mereka berhubungan sebagai mentor dan kadet, tapi Dena tau persis, Laudy belum pernah menyelundup di tengah malam seperti itu jika bukan karena hal yang mendesak. Kecurigaan Dena diperkuat ketika keesokannya Laudy mengaku dia tidak akan menghadari kompetisi Spell Casting Relay dengan alasan sedang tidak enak badan, bamun begitu Dena menawari untuk menyembuhkannya, Laudy justru menolak. Dena benci mengatakan ini, namun apakah hubungan pertemanannya dengan Laudy tidak seberarti itu hingga Laudy tidak mau terbuka kepadanya?

Ditambah pula, Dena mendengar berita Laudy menghilang di hari yang sama, begitupun dengan presensi Adya wiratama yang ikut lenyap tanpa kabar. Dilanjut pula dengan hari ini, saat tentara kerajaan menyerang Debu, Abian dan Kiki ikut menghilang. Semuanya terasa begitu buru-buru bagi Dena.

"Lo. Siapa nama lo?" Dena melihat mata Kath terarahkan ke padanya, membuatnya sontak menunjuk dirinya sendiri.

"Gue?"

"Iya. Nama lo siapa?"

"Dena." Sahutnya cuek. Dia bahkan sudah tau alasan kenapa Kath memanggilnya. Murid-murid yang dievakuasi ke menara selatan sudah menonton pertengkaran gadis itu dengan Ethan dan beberapa kali, nama Laudy disebut dalam cekcok keduanya.

Kath melangkah mendekat ke Dena, Fino, dan Olivia yang juga sedari tadi termenung di atas tangga. Perempuan itu berjalan diikuti oleh bayangannya, Wirona Canthena.

"Lo teman anak baru itu kan?"

"Dia punya nama," Fino memotong. "dan namanya Laudy."

"Nggak perlu sok mengoreksi gue."

Fino mencebik penuh julid. Pesona Kath memang tiada lawannya, namun kekurangajarannya lebih tidak ada tandingannya.

"Kenapa lo mau tau nama gue dan Abian, kak?" tanya Dena. "Oh let me guess, pasti lo penasaran siapa Laudy dan kenapa pacar lo rela mengorbankan dirinya untuk Laudy?"

DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang