xxiv. the prophecy of blood

101 18 31
                                    

"Jadi bagaimana dengan kontrak kemarin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi bagaimana dengan kontrak kemarin?"

Wiran Hengkara baru saja mengangkat pulpen untuk menggoresi tintanya di atas kertas berisi data huni panti milik keluarganya saat Davelons menembaknya dengan tanya bernada tidak sabar.

Wiran lekas menyingkirkan segala dokumen pekerjaannya dari atas meja lalu mundur hingga beberapa langkah.

"Sudah hari ketiga sejak saya mendatangimu untuk menyepakati kontrak perjanjian penjaga Magistra Morvena, kamu belum memberiku jawaban, Hengkara. Kamu tidak takut mati?"

"Jangan macam-macam!! Saya... saya tidak akan pernah sudi berurusan dengan vampir." Wiran menjawab dengan nada getir. Seharusnya, dia menutup panti asuhannya lebih awal, jika itu membuatnya terbebas dari Davelons—ah, seharusnya leluhurnya, Lucian Ashford, tidak bertindak gegabah dan berhubungan dengan keturunan vampir pertama sampai melahirkan keturunan berdarah setengah vampir dan penyihir, sehingga anak itu kini memperjuangkan nyawanya lewat keluarga Davelons yang meminta Wiran untuk mengasuh reinkarnasi Magistra Morvena yang telah mati ratusan tahun yang lalu.

Mulanya, Wiran tidak meyakini adanya reinkarnasi di dunia nyata. Bahkan, kaum penyihir pun awam dengan kata tersebut, entahlah, mungkin sebagian dari mereka yang gemar melanggar dan menerapkan sihir gelap memiliki keyakinan yang berbeda lagi.

Namun, saat Wiran menyaksikan sendiri bagaimana reinkarnasi Magistra Morvena terikat dalam sebuah sel dalam tubuh yang berbeda, Wiran sempat percaya. Magistra Morvena sangat identik dengan kegelapan, dia dikenal dengan makhluk yang tidak tunduk dengan zat apapun, bahkan pada kedua orang tuanya sekali pun. Dia menganggap hidupnya adalah sebuah dosa, dan menurutnya, alangkah baiknya dia melanjutkan estafet kesalahan ibunya, Lilith, yang melanggar perintah Yang Kuasa lewat berhubungan dengan penyihir.

Setelah kematian kedua orang tuanya, Magistra Morvena pun memulai pertualangannya. Dimulai dari membuat kaum vampir dan penyihir bertentangan hanya karena alibi adu domba yang ia ciptakan. Itu semua terwujud sempurna berkat darah vampir dan penyihir yang mengalir di dalam dirinya sehingga membuat kekuatannya tidak tertandingkan. Kecerdasannya juga membuatnya memutuskan untuk mengelabui kaum penyihir yang dia anggap sebagai kaum terdungu yang pernah ada. Penyihir-penyihir itu di antara lainnya adalah Alial Venus, Magnus Dewangga, dan Ramon Salazar. Sampai saat ini, mereka masih menjalankan fungsi mereka untuk melindungi identitas Magistra Morvena sebagai The Dark King sebab tubuhnya sudah mati dipenggal oleh vampir keturunan Wiratama yang percaya bahwa dia dapat menghancurkan kesinambungan semua makhluk, bahkan manusia.

Namun, apa yang dianugerahkan kepada Magistra Morvena tidak sedangkal itu. Setelah nyawanya lenyap, derajatnya justru semakin tinggi. Sebagai yang tersisa, jiwa Magistra Morvena mendatangi Luminaria atau dimensi tempat dimana roh-roh berkumpul untuk mencari pencerahan. Di sana, Magistra Morvena memohon untuk dihidupkan kembali, namun dengan harga yang cukup besar, yaitu dia harus hidup kembali di tubuh yang berbeda, yang artinya dia tidak bisa mendapatkan kekuatannya kembali dengan bersyarat.

DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang