xxii. the bloody battlefront

103 15 18
                                    

Apa harga dari sebuah mimpi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa harga dari sebuah mimpi?

Jika itu adalah sebuah cerminan dari kenyataan atau ketakutan dirinya, Laudy mungkin akan segera menyadari bahwa mimpinya saban malam bukanlah sekedar bayangan yang hanya datang dan pergi saat matahari terbenam. Mereka mampu menjadi kenyataan, dan harganya bisa jauh lebih mahal daripada yang pernah dia bayangkan.

Laudy ingat sekali malam-malam di mana dia terbangun dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi dahinya, sementara dunia di sekitarnya terasa asing dan menakutkan. Dalam mimpi-mimpi itu, dia selalu menemukan dirinya di tengah badai emosi beragam—istana, seorang ratu yang meraungkan kata maaf, seorang raja yang memegang sebuah pedang, lalu... Hasan yang meneriakkan clue tidak berguna—semuanya berputar dalam pusaran yang tidak akurat. Dan ketika dia terbangun, Laudy selalu bertanya-tanya, berapa harga yang harus dia bayar untuk semua itu?

Jika tanya itu dilontarkan kepadanya sekarang. Mungkin, dia akan menjawab; harga dari sebuah mimpi adalah kehilangan sebagian dari diri sendiri dalam prosesnya—atau barangkali, kembali ke dirinya yang asli?

Sebelum ini, Laudy tidak pernah membayangkan atau memikirkan siapa orang tua aslinya dan alasan sesungguhnya kenapa dia bisa hidup di dunia manusia. Logikanya, jika memang benar dia berdarah murni penyihir, tidak mungkin kedua orang tuanya yang menemani di dunia utama selama ini adalah orang tua kandungnya. Bahkan, Hasan yang selama ini dia yakini adalah seorang manusia ternyata hanyalah sekedar ilusi yang diciptakan oleh para penyihir.

Semenjak berada di Atlanbu, Laudy menyadari bahwa segalanya bisa terjadi di dunia ini.

"Kalau bang Hasan bukan manusia, terus siapa gue sebenarnya?" Laudy berbisik pada dirinya sendiri saat dia menatap ke dalam refleksi air kolam yang tenang di manor Wiratama di Atlanbu. Manor itu telah dilindungi oleh keamanan ketat oleh Wiratama, juga diperkuat oleh mantra-mantra perlindungan yang dibuat oleh Maerith. Segala upaya itu dilakukan semata-mata agar mereka mendapat perlindungan yang kokoh di tengah berkecamuknya Hostili Latus seperti sekarang.

Sementara itu, para Wiratama, Nakula, Dharmapala, Sagara, dan Chevalier sudah berangkat bersama ke dataran Esantra, tempat dimana Hostili Latus akan berlangsung. Dataran Esantra merupakan sebuah padang terbuka di tengah hutan Panduara. Tempat itu dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang kini tertutupi salju. Di sanalah Hostili Latus akan menentukan nasib kedua klan yang bertarung, klan Wiratama dan Obscura.

Sesampainya di Atlanbu, Laudy memang tidak bertemu dengan Adya lagi, mereka dipisahkan oleh Sky Cruiser yang berbeda. Sementara Laudy dibawa ke Manor Wiratama, Adya dan para Wiratama langsung mendarat ke Esantra untuk melangsungkan pertemuan diplomatik. Di sana, kedua klan akan mengirim utusan untuk bertemu di lokasi netral. Pertemuan diplomatik bukanlah perundingan yang bertujuan untuk menegoisasikan perdamaian, melainkan untuk menegaskan niat masing-masing klan dan untuk menghindari kesalahpahaman terkait aturan perang yang disepakati secara turun-temurun.

DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang