xx. the return of darkness

78 12 27
                                    

Terus terang saja, Ethan mulai menyesali keputusannya untuk membawa Raja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terus terang saja, Ethan mulai menyesali keputusannya untuk membawa Raja. Bakat renang serta pengaturan pernafasannya yang buruk bisa saja membunuh mereka berdua jika Ethan tidak cepat-cepat menarik Raja ke atas tanah.

Begitu menemukan oksigen di sekitarnya, Raja langsung membatukkan air dengan posisi setengah push-up sementara Ethan duduk di depannya dengan nafas yang memburu. Dia membiarkan Raja begitu saja, enggan memberikan nafas buatan.

"Lain kali belajar renang. Jangan kayak batu ngapung."

Mata Raja yang masih setengah sadar menatap pada Ethan dengan sorot memelas, dia masih terbatuk beberapa kali sebelum terbaring seakan tanah padat yang kotor itu adalah ranjang mahal yang sangat nyaman untuk ditiduri.

"Get up. Tentara kerajaan itu pasti pada bisa berenang."

Raja melihat ke atas, mendapati Ethan yang juga menatap kepadanya dengan pandangan yang agak masih berkunang, seakan-akan kepala Ethan ada sepuluh.

"Sebentar. Gue rasanya mau muntah," Raja memohon. Ketika merasa sekiranya dia sudah sukses bangkit dari ambang kematian, dia menatap ke sekeliling. Matanya langsung dibutakan oleh cahaya matahari yang baru saja terbit, membawakan nyawa ke seisi hutan. Raja mulai meracau bahwa hutan ini berbeda dari Panduara, namun Ethan terlalu malas untuk repot-repot menjelaskan, karena sebenarnya mereka baru saja menyusuri jalan tikus untuk menuju kota dengan cepat. Tanpa menunggu lebih lama, Ethan segera berjalan menjauh dari sana.

Ditinggal begitu saja, Raja tentu merepet perkara kakinya yang tidak menggunakan alas kaki sebab dia meninggalkannya sebelum menyelam ke sini. Namun, dia tetap membuntuti Ethan dari belakang. Tak berapa lama, bangunan-bangunan pencakar yang menjulang tinggi menyambut mereka di antara jalanan-jalanan yang padat oleh para penyihir yang baru memulai aktivitas mereka. Well, kehidupan di dunia sihir tidak hanyalah sebatas aktivitas magis saja, sebagian penyihir juga bekerja di perkotaan untuk menyeimbangkan kehidupan. Mereka menjalankan profesi layaknya manusia seperti bekerja di bank maupun kantor pemerintahan sihir.

Raja menghela napas panjang, merasakan dahaga tiada tara. "Lo mau kemana sih? Laudy nggak mungkin di sini!!" teriaknya seraya membolongkan pundak Ethan dengan tatapannya dengkinya.

"Tahan sebentar lagi." Ethan menjawab tanpa menoleh.

Tidak diduga-duga, Raja malah berlari di atas aspal yang panas, dia kemudian menarik Ethan ke belakang secara dramatis. "Arah jam lima," bisiknya. "Mereka yang ngejar kita, bukan?"

Ethan menuruti kata-katanya. Di arah pukul lima, dia menemukan dua penyihir yang duduk dengan posisi super kaku di halte kumuh. Mata mereka sesekali mencuri pandang pada Ethan dan Raja. Ethan tidak perlu meneliti lebih lama untuk mengetahui bahwa mereka adalah tentara-tentara kerajaan. Dari pakaian yang mencolok dengan hiasan lambang kerajaannya saja sudah cukup menjelaskan.

Ethan menarik Raja ke sebuah gang sempit di antara dua bangunan tua terbengkalai. Mereka berjongkok di balik tumpukan kotak-kotak kayu dan sampah yang menggunung, berusaha menjaga napas agar tidak terdengar. ternyata memang benar, dua orang tadi tetap mengejar mereka hingga ke sana, dan sialnya, mereka justru berhenti di sana. Dari tempat mereka bersembunyi, Ethan dan Raja dapat mendengar percakapan dua tentara kerajaan itu.

DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang