Nafas Laudy tertahan seiring ketakutan yang menyelubungi dirinya saat dia menatap Profesor Ramon. Bayangan-bayangan gelap bergerak dengan gelisah di belakang pria itu bagaikan jiwa-jiwa yang terperangkap dalam kegelapan abadi. Jantung Laudy berdetak kian kencang, memukul-mukul dadanya dengan keras, seakan mereka sedang mencoba melarikan diri dari tubuhnya.
"Dasar brengsek." Laudy menggumamkan sebait umpatan. Tidak salah, kan? Memangnya apalagi yang lebih pantas untuk dia lontarkan kepada penyihir yang selama ini dia kira berada di golongan baik namun berbalik dengan kenyataannya? Tidak ada. Laudy memang tidak pernah mendapat nilai sempurna di setiap mata pelajaran, bahkan bukunya lebih sering dihiasi oleh tinta merah daripada tinta biru, tetapi dia tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari tempat macam apa ini dan siapa Profesor Ramon yang kini tersenyum padanya seolah dia adalah makhluk tersakti di dunia yang baru saja bangkit dari kematian.
Dibelenggu oleh sihir sehingga dia tertekuk di lantai, Laudy jadi tidak berdaya, dia terus mencoba meraih kekuatan dalam dirinya, namun nihil, setiap upayanya untuk menarik energi elemen-elemen di sekitarnya seolah ditelan oleh kegelapan yang mendominasi ruangan itu.
Profesor Ramon melangkah mendekat, senyumnya semakin lebar. "No... tidak perlu melawan. Itu hanya akan membuang-buang energimu. Kamu belum cukup kuat untuk menampung ini semua. Lagipula, tidak akan ada yang bisa membantumu di sini, even keluargamu sendiri," lelaki itu melirik sekilas pada Ratu Amabella dari sudut matanya. "Nasibmu sudah ditentukan sejak lama dan kekuatanmu adalah milikku, Laudy—ah, atau sang Magus Omnielementum?"
"Aku bukan Magus Omnielementum!!" Laudy berteriak, namun yang dia terima hanyalah tawa remeh tidak hanya dari Profesor Ramon, namun juga dari Ratu Amabella.
"Tidak usah membantah, kami sudah tau segalanya. Siapa kamu, dan siapa ayah ibumu."
Nafas Laudy tersekat panjang, kemudian takut-takut dia bersuara, "ayah ibuku?"
Alis Profesor Ramon naik dengan ekspresi jengah, kemudian matanya lagi-lagi terarah pada Ratu Amabella. "Well, akanku biarkan kamu untuk menyelesaikan ini semua."
Ratu Amabella yang berdiri tidak jauh di belakang Laudy masih bergeming selama sejenak, dia tampak menimbangkan sesuatu di sana. Laudy memang tidak pernah bertemu dengan Ratu Amabella secara fisik, namun dia mampu mengenali wanita itu lewat ciri-ciri orang yang mengunjungi mimpinya. Sama seperti yang Laudy ingat, penampilan mereka sama-sama tampak begitu mahal, dengan kepala yang digelantungi mahkota dan pakaian berenergi sihir yang kuat. Jelas, dia bukan istri Raja kegelapan (Laudy berasumsi kuat bahwa Profesor Ramon tidak tertarik untuk berhubungan secara romantis—terutama karena dia adalah entitas yang menebarkan kegelapan, bukan cinta), namun dia juga bukan seseorang yang Laudy kenali. Lantas siapa dia?
Ratu Amabella melangkah maju, setiap gerakannya anggun dan mengintimidasi. Matanya yang mengandung banyak rahasia tak terungkapkan itu menatap Laudy dengan penuh perhitungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓
Fantasy𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐞𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧; 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠 include; witch, vampire, mystery, blood ━━━━━━━━━━━━━━━━━ Kisah yang tak biasa dituturkan oleh Ananta Laudy Ganendra kala menyadari bahwa dia bukan sepenuhnya manusia normal. Tidak cukup dengan it...