Seusai mendengar salah satu negara yang berjarak ribuan kilometer dari negara mereka disebutkan oleh Javin, tentu Abian dan Kiki tidak bisa menahan rasa shock mereka.
"Gue nggak bisa berbahasa asing, nggak punya passport. Gimana bisa ke Siberia? Gue bantu doa aja dari sini deh, ya?" Kiki sudah pesimis duluan.
"Lo mau tinggal dimana? Balik ke Debu? Itu bakal jadi ide paling buruk yang pernah ada."
Kata-kata Javin bikin Kiki kian putus asa. Berbanding terbalik dengan Kiki, Abian justru tidak berkomentar apa-apa, namun Javin tau bahwa lelaki itu juga diam-diam berfikir untuk menyerah setidaknya sedikit.
"Kita naik kereta dimensi ke sana. Nggak perlu passport, cuma butuh suntikan pelacak." Javin memberikan solusi.
"Suntikan pelacak?"
Tanpa mengindahkan pertanyaan Kiki, Javin menghampiri penjaga hutan untuk berpamitan serta mengucapkan terima kasih kemudian berlalu begitu saja. Tak berapa jauh dari lembah astral, mereka berhenti tepat di depan tembok kurus yang berdiri canggung di tengah-tengah hutan. Sambil menghadap tembok itu, Javin mengucapkan mantra pendek lalu lambat laun, dinding itu perlahan mengembang, menjulang sendiri ke atas dan ke samping. Setelah beberapa saat, tembok yang tadinya tertanam pongah di tanah kini menjelma menjadi Platform Wall stasiun kereta yang besar.
Tanah-tanah dan pohon-pohon sudah hilang, digantikan oleh rel kereta yang terbuat dari logam bercahaya. Di sisi kanan dan kirinya terdapat kursi panjang yang dibuat untuk menunggu kedatangan para penumpang. Tidak hanya ada mereka di sana, tetapi para penyihir-penyihir lain yang menggeret koper dan bawaan mereka juga menyesaki stasiun tersebut.
Javin tersenyum puas menyaksikan apa yang baru dia lakukan.
"Kegedean mangapnya bang, kayak nggak pernah ngelihat ginian aja." Kiki tak tahan untuk tidak berceletuk saat melihat Abian yang tidak berhenti membuka mulutnya.
"Ikutin gue." Titah Javin. Dia membawa Abian dan Kiki ke kios untuk membeli tiket khusus serta melakukan syarat penting untuk mengakses platform, termasuk dengan prosedur penyuntikan cairan berwarna biru oleh seorang petugas di masing-masing lengan mereka. Lucunya, Abian dan Kiki terus mengikuti Javin tanpa banyak protes.
"Sakit nggak?" Javin menanyakan respon setelah mereka disuntik secara berurutan.
"Kayak suntik campak. Itu tadi suntik apa?" balas Kiki.
"Itu suntikan pelacak yang gue bilang sebelumnya. Gunanya supaya penyihir-penyihir yang menaiki kereta dimensi nggak melakukan hal anarkis di negara lain. Karena mau nggak mau pasti pihak kereta dimensi yang akan disalahkan jika penumpangnya melakukan suatu yang buruk di negara lain. Berhubung buat naik kereta dimensi nggak perlu mengurus passport dan segala macam." Javin menjelaskan sambil berjalan, matanya menatap angka platform di tangannya dan jalanan di depan secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓
Fantasy𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐞𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧; 𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠 include; witch, vampire, mystery, blood ━━━━━━━━━━━━━━━━━ Kisah yang tak biasa dituturkan oleh Ananta Laudy Ganendra kala menyadari bahwa dia bukan sepenuhnya manusia normal. Tidak cukup dengan it...