xv. destruction of debu

105 17 37
                                    

Siang baru dimulai saat Laudy terbangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang baru dimulai saat Laudy terbangun dari tidurnya. Perempuan itu meregangkan otot-otot tangannya, sesaat melupakan fakta bahwa dia telah tertidur pada salah satu ranjang di dalam sarang vampir. Namun, satu hal yang dia sadari kemudian; kualitas tidurnya benar-benar baik. Mungkin saja itu dikarenakan dia sudah lama tidak tertidur nyenyak semenjak bayang-bayang ritual misterius yang dia temui di dorm Quetzalia menghantuinya.

Lebih tepatnya, rasa penasarannya lah yang menghantuinya.

Laudy baru saja ingin menyibak selimut di atas tubuhnya ketika seseorang perempuan masuk ke dalam kamarnya setelah mengetuk pintu beberapa kali—langkah yang tentu jauh lebih sopan dibandingkan cara Adya yang menyusup tanpa pertanda seperti malam sebelumnya. Perawakan perempuan itu terlihat sangat lembut, rambutnya dibiarkan tergerai panjang, wajahnya layak hembusan angin tenang sebelum badai menerpa, sebab dibalik senyumnya, Laudy bisa melihat segelintir aura gelap di sana. Itu memperkuat dugaan Laudy bahwa perempuan itu bukan orang sembarangan, ditambah lagi dari penampilan fancynya yang tidak setara dengan maid-maid kemarin.

"You awake." ucap perempuan itu. Laudy tidak menggubris, membuatnya kembali tersenyum. "Saya Maya, Maya Wiratama, Adya's aunt. Selamat datang di manor Siberia Wiratama... tampaknya tidurmu sangat nyenyak, Ananta."

"Laudy." Laudy cepat meralat, "Sibe... ria? Maksudnya kita di Siberia... negara di benua Eropa itu?" dia kemudian menatap tak percaya pada lantai seakan dia baru saja mendapat tiket liburan gratis. "Ternyata gue nggak mimpi..."

Maya terkekeh melihat wajah polosnya. "Benar. Ah, mari ke ruang depan, saya akan memperkanalkan kamu ke keluarga-keluarga kecil Wiratama." kemudian dia mendekat untuk menarik lengan Laudy dengan lembut. "Follow me."

Laudy menurut dengan patuh, entah bagaimana, sentuhan dan tatapan perempuan itu membuatnya sedikit tenang. Wajah Maya boleh saja bak ibu peri di dalam dongeng-dongeng pengantar tidur, namun Laudy tidak akan terkejut jika Maya mengaku bahwa dirinya adalah vampir berusia ratusan tahun yang kesehariannya meminum darah makhluk hidup.

Maya membawa Laudy ke ruangan besar yang mengingatkan Laudy akan Hoke House milik keluarga Cullen di film Twilight.

Interior ruangan itu jauh lebih terlihat mengintimidasi dibandingkan interior kamar tamunya. Lantai di sana terbuat dari marmer hitam mengilap yang selalu memantulkan setiap langkah di atasnya. Langit-langitnya melambung tinggi dan dihiasi balok kayu gelap, sementara di tengah ruangan terdapat perapian besar yang sedang menyala, perapian itu dikelilingi oleh sofa yang dilapisi oleh kain beludru merah. Yang menambah kesan menyeramkan di ruangan itu adalah karena beberapa lukisan besar serta potret tokoh-tokoh vampir terkenal yang terpasang di sudut-sudutnya.

Dari jendela yang menghadap ke hutan—jendela-jendela itu terkadang dibuka untuk membiarkan sinar bulan purnama masuk—Laudy mendapati bahwa salju tengah turun di luar sana.

DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang