xxv. prameswari of atlanbu

69 9 22
                                    

Di tengah hening yang mencekam, Laudy terjaga dengan napas tersengal, kesadarannya perlahan-lahan terangkai kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah hening yang mencekam, Laudy terjaga dengan napas tersengal, kesadarannya perlahan-lahan terangkai kembali. Matanya membuka hanya untuk menatap langit-langit yang asing dan dihiasi oleh ornamen emas. Aroma wangi cendana yang samar menyusup ke dalam inderanya, menyatu dengan udara dingin yang menusuk kulit.

Gadis itu terbaring di atas ranjang sutra, begitu lembut hingga membuatnya Laudy curiga sampai dia menyapu pandangannya ke seluruh ruangan hanya untuk menangkap bayangan yang membuat jantungnya berdetak kencang. Di depannya, sosok Raja Clement V, ayahnya, duduk di atas bangku hitam yang menjulang dengan wajah penuh penantian.

Dan di saat itulah Laudy tersadar, bahwa tempat tidur yang ditindihnya saat itu adalah salah satu aset negara.

Tidak salah lagi, tempat ini adalah istana Atlanbu.

Ada rasa ragu yang besar di hati Laudy, antara bangun dari tempat tidurnya dan instan menarik perhatian Raja Clement V atau tetap berpura-pura tidur sana.

Pada akhirnya, tidak satu pun dari kedua pilihan itu tereksekusi sebab sang Raja telah lebih dulu menyadari Laudy yang telah siuman. Pria paruh baya itu berdiri penuh rasa khawatir yang tidak bisa dia tutupi. Sembari melangkah mendekati Laudy, dia mati-matian melawan godaan yang pekat dalam dirinya untuk menyentuh putrinya.

"Ada yang sakit?"

Laudy perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. "Nggak," perempuan itu masih tidak mau menatap ayahnya, "sudah berapa lama saya tertidur?"

"Nyaris satu pekan. Tepatnya 160 jam."

Laudy membelalak. "Satu pekan?!" pekiknya dengan nada tertahan. Tubuhnya masih terasa lemah, tapi pikirannya sudah mulai berlari, dipenuhi oleh kejadian-kejadian waktu itu di Sanctum Raja Kegelapan. Apa yang terjadi dengan Adya? Apa yang terjadi dengan Magistra Morvena? Dan... apa yang terjadi dengan Abian?

"Aku tahu kamu butuh waktu untuk memulihkan diri setelah kejadian itu," Raja Clement V berkata lembut. "Aku akan menjelaskannya jika kamu mengizinkan."

Kepala Laudy terasa pusing seketika, rasanya dia ingin sekali memutar waktu ke masa-masa dia masih bersekolah di akademi Debu kemudian menghentikan waktu di momen tersebut, tapi dia tahu itu tidak mungkin, sebab kini, semuanya telah berubah total. Mulai dari kenyataan bahwa Abian adalah reinkarnasi dari makhluk yang meluluhlantakkan dunia yang sedang dia tempati sekarang, kemudian fakta mengenai ibunya yang selama ini menginginkan kematiannya. Berikut pula fakta bahwa lelaki paruh baya yang sedang berdiri di depannya kini adalah ayahnya.

Andai saja... andai saja dia masih berada di Debu, tempat di mana dia hanya menjadi seorang gadis biasa yang baru mencoba menguasai sihir dan belum tahu apa-apa mengenai konspirasi besar yang menjeratnya.

Iya, kini Laudy hanya bisa berandai-andai.

Laudy berdiri secara tiba-tiba, membuat Raja Clement V tangkas bertindak namun Laudy cepat-cepat menjelaskan lewat posturnya bahwa dia tidak ingin disentuh. Dia tidak pergi kemana-mana, hanya berdiri di depan sebuah jendela terbuka yang menampakkan pemandangan curam. Mentari tengah bersemayam di ufuk barat saat itu. Dunia turut terasa begitu tenang, tidak ada lagi Magistra Morvena, tidak ada lagi Hostili Latus. Namun entah kenapa, segalanya masih terasa janggal.

DUENDE I: THE KING OF DARKNESS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang