Aluna bergegas kembali ke kelasnya sesaat setelah bel berbunyi, menandakan waktu istirahat telah habis. Gadis itu belum cukup di dalam toilet untuk menurunkan emosinya.
Terlihat guru mata pelajaran sudah berada di dalam kelas terlebih dahulu. Aluna di izinkan masuk setelah memberi salam.
Aluna dapat melihat kursi tempat Ryano dan Tio kosong. Gadis itu dengan segera kembali duduk di kursinya. Tangannya terulur mengambil buku pelajaran yang sebelumnya ia letakkan di dalam laci.
Namun, tanpa sengaja ia menyentuh sesuatu yang asing di dalam lacinya. Gadis itu mengerutkan kening begitu mendapati sebuah susu kotak yang tadi Ryano beri namun ia tolak mentah-mentah.
Ada potongan kertas yang tertempel di atas susu kotak itu.
Aluna memejamkan matanya lama. "Ini gue harus translate di goggle dulu apa gimana sih?" Tanyanya kepada dirinya sendiri.
"Kenapa, Lun?" Tanya Lyla begitu menoleh dan mendapati Aluna menatap kesal susu kotak di genggamannya.
"Ryan ini beneran minta maaf apa nyari masalah lagi, sih?" Gadis itu menghela napas gusar.
Lyla mengerutkan keningnya, gadis itu kemudian ikut mengintip tulisan di kertas kecil yang tertempel di kotak susu itu.
"Ohh," gumam Lyla. Gadis itu mengambil kertas kecil dari genggaman Aluna kemudian membacanya.
"Makannya, Lun. Kalau lagi kelas bahasa mandarin jangan tidur mulu," lanjut gadis itu.
Aluna hanya menanggapinya dengan memutar bola matanya malas. Siapa suruh coba? Pelajaran bahasa mandarin begitu memusingkan. Kenapa tidak bahasa Korea saja? Aluna sedari dulu sudah sangat tertarik dengan negeri Ginseng itu, terlebih lagi pada salah satu warganya, Cha Eun Woo.
"Wǒ bù zhīdào huán néng shuō shénme suǒyǐ nǐ zhīdào wǒ zhēn de hěn ài nǐ," baca Lyla, gadis itu mendengus geli. "Ampun deh, geli banget si Ryan," ucapnya sembari terkekeh pelan.
"Ryan emangnya nulis apaan?" Tanya Aluna langsung, terlampau kepo.
"Hmm, kurang lebih.." gadis itu berhenti sejenak, ia takut salah mengartikan. "Saya-"
"Saya tidak tau harus bicara apa lagi supaya kamu tau saya sangat mencintaimu."
Lyla dan Aluna sontak menoleh ke belakang bersamaan, sudah ada Tio yang baru mendudukkan dirinya di atas kursi.
"Koreksi kalau salah," ujar Tio yang kini telah bersandar nyaman di kursi.
Aluna terdiam sejenak, gadis itu menatap kembali kertas dan juga susu kotak itu bergantian.
"Tio? Lo habis dari mana?" Tanya Aluna tanpa berpaling sedikit pun dari kertas dan susu kotak itu.
"Dari nganter Ryan ke UKS," jawab Tio.
Tatapan Aluna yang fokus kepada tulisan itu kini naik menatap Tio. Lelaki itu kini menggunakan seragam olahraga, bukan seragam sekolah seperti murid yang lain. Aluna mengerutkan kening.
Tio menghela napas panjang. "Tadi Ryan jatuh," ucap Tio.
"Hah? Jatuh?" Ucap Aluna dan Lyla kompak.
Tio menggangguk. "Terus waktu gue bantu, dia malah muntah dan ngenain gue."
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE SMILE
Teen Fiction"Di peluk oleh luka, dikuatkan oleh rasa dan tawa untuk berpura-pura." ••• Jika banyak remaja ingin menjadi kaya, tapi tidak dengan Ryano Aldevaro. Cita-citanya hanya satu, "Mau disayang dan di peluk papa, Ryan pengen bunda sama papa nggak bertengka...