Chapter 4

48 16 1
                                    

"Ryaannn!" Suara Aluna terdengar memenuhi lapangan SMA Bakti yang masih sangat sunyi itu. Ryano yang baru saja turun dari sepeda motor segera mempercepat langkah kakinya ke arah kelas begitu mendengar suara langkah kaki Aluna yang mengejarnya.

"Anjing! Si Ryan main tikus-kucingan," Aluna kini semakin mempercepat langkahnya begitu menyadari punggung Ryano semakin jauh.

"Yaaann, tungguin dong!" Teriak Aluna sekali lagi, masih berusaha mengejar dengan dua kotak bekal di tangannya. Sementara Ryano, lelaki itu memilih menulikan telinganya dan terus melangkahkan kakinya lebih cepat.

"Ryaaaannn-"

Bruk!!

Ohhh sayang sekali sodara-sodara, Aluna ter-'tisoledat' begitu saja saat berlari dan tidak memperhatikan genangan air yang sudah ditumbuhi lumut.

"Aargh! Sialan! Pantat gue!" Aluna meringis kesakitan sambil menggeliat menahan rasa sakit di bokongnya.

"Lo ngapain lari-lari?" Terpantau Ryano yang tadinya jauh beberapa meter di depan kini melangkahkan kakinya mendekat ke arah Aluna yang masih terduduk di atas tanah.

"Shhhhhht!" Aluna menyuruh Ryano bungkam, gadis itu masih fokus dengan rasa sakit yang ada di bokongnya. Ryano yang melihat itu hanya menghela napas, ia berjongkok mengambil bekal-bekal Aluna yang jatuh namun tetap aman di dalam Tupperware.

Mata Aluna membulat sempurna. "MY TUPPERWARE!"

Gadis itu mencari keberadaan dua tempat bekalnya, ia menghela napas lega begitu bekalnya aman dan tentram,tidak berantakan di pelukan Ryano.

Aluna masih duduk anteng di atas tanah, Ryano cukup peka jika gadis itu ingin di tolong.

Ryano mengangkat lengan Aluna, membantunya berdiri. Namun...

"Sakit! Pelan-pelan, bego!" Umpat Aluna.

Bruk!!

Tubuh Aluna kembali terjatuh ke tanah, pandangan gadis itu naik menatap tidak percaya ke arah Ryano. Ryano dengan tidak bersalah dan tanpa hati melepaskannya begitu saja.

"RYAN!!" bentak Aluna.

"Bahasanya lo perbaiki dulu."

Seketika Aluna terdiam, gadis itu menyipitkan matanya sinis ke arah Ryano yang menatapnya datar.

"Minta tolong yang bener," ucap Ryano lagi. Aluna spontan memutar bola matanya malas.

Gadis itu diam beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum manis yang sedikit dipaksakan di wajahnya.

"Mas Ryan sayaannggg, tolongin Luna dong."

▪︎▪︎▪︎

"Pelancur!" Semua makanan milik Aluna seketika berhamburan begitu saja di atas meja dan lantai. Saat ini Aluna sedang berada di kelas bersama dengan Ryano untuk memakan bekal yang dibawa Aluna. Namun, di hancurkan oleh seseorang.

"Jihan?" Tanya Ryano tidak percaya begitu melihat sosok Jihan sudah berada di sekitar mereka.

Raut wajah Aluna berubah menjadi dingin, sarat akan permusuhan. "Kayaknya lo pasti bakal mati kalau sehari nggak ngganggu gue," gumam Aluna.

Jihan mendengus geli. "Bukannya lo, ya? Yang selalu jadi pengganggu?"

Aluna menaikkan dagunya angkuh. "Buktinya mana, hah?" Tanya gadis itu. "Bukannya lo yang dari kemarin, ya? Yang nyari masalah sama gue?"

Aluna maju mempertipis jarak antar dirinya dengan Jihan, gadis itu kemudian berbisik pelan di telinga gadis itu. "Lo sama nyokap lo, jalang!"

"SIALAN LO!!" Jihan mendaratkan tangannya dengan keras tepat di pipi Aluna.

"JIHAN!" Tegur Ryano. Lelaki itu dengan segera menarik Aluna ke belakang tubuhnya. "Lo berdua sebenarnya ada masalah apa?"

"Yan, kamu nggak usah sok-sokan ngelindungi dia!" Tangan Jihan terulur ke belakang tubuh Ryano, berniat menyerang Aluna.

"SINI LO! GUE HANCURIN MUKA SOK CANTIK LO!" Teriak Jihan berapi, namun Ryano menahan kedua lengan gadis itu.

"Jihan!"

"LEPASIN TANGAN GUE,YAN!"

"Han-" wajah Ryano tertoleh ke samping begitu tangan Jihan tidak sengaja menamparnya.

"Yan..."

Jihan langsung membeku di tempat, pada akhirnya gadis itu hanya bisa menginjak-injak makanan Aluna di lantai untuk meluapkan emosinya.

"DIA ITU MAU REBUT KAMU DARI AKU, YAN!" Teriak Jihan.

"LO KAYAK ORANG NGGAK WARAS, TAU GAK?!" bentak Ryano akhirnya.

"Dia yang nggak waras, Yan! Dia mau rebut kamu dari aku!"

"Rebut?"

"Iya!" Balas Jihan langsung.

Ryano mendengus geli. "Sejak kapan gue punya lo?"

"Yan!"

"Stop, Han!" Ryano menaikkan satu tangannya tanda agar Jihan berhenti bicara.

"Udah cukup drama lo." Ryano menjeda kalimatnya, pandangan mata lelaki itu terlihat menajam. "Selama ini gue ngehargai lo sebagai mantan gue. Tapi kalo ko kayak gini terus, lama-lama gue muak, tau nggak!" Ryano menghempaskan tangan Jihan dari genggamannya.

Lelaki itu melirik sejenak ke arah Aluna di belakangnya sebelum akhirnya, melangkah keluar sendirian dari dalam kelas itu.

"Gara-gara lo!" Bahu Jihan bergetar menahan amarah. "Gara-gara lo! Ryan jadi marah sama gue!"

Tangan Jihan kembali melayangkan tamparan ke arah pipi Aluna.

Wajah Aluna tertolek ke samping, gadis itu terpaku sejenak meraskan panas yang menjalar di wajahnya sebelum akhirnya mendengus geli.

To be continue...

FAKE SMILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang