Chapter 6

43 18 0
                                    

"Sorry, gue telat." Ryano yang baru saja tiba mengejutkan semua orang di panti itu, anak-anak panti berhamburan bergantian memeluk Ryano.

"Kak Ryan! Lama banget!"
"Kak Ryan! Nanti main kuda-kudaan lagi!"
"Kak! Aku juga mau main kuda-kudaan!"
"Kak Ryan! Nina sama kakak udah janji sehidup semati. Bela kapan, kak?"
"Kak! Aku udah makan dua donat loh, enak banget!"
"Dongeng kancil dan singanya kapan, kak?"
"Kak Ryaaaannn! Kangen!"

"Si PRIMADONA datang! Satu ruangan pun heboh seperti PASAR everybody!" Teriak Nio dari sudut ruangan, lelaki itu terlihat bermain ular tangga bersama Lyla dan anak-anak panti asuhan lainnya.

"Berisik!" Tegur Lyla langsung, gadis itu mencubit lengan Nio.

"Argh! Ayang bebeb Lyla main nyubit-nyubit mulu, nih!" Ujar Nio.

"Lo berisik! Zura lagi tidur di kamar!" Ujar Lyla, baru sekitar lima menit yang lalu, Lyla mengantar anak lelaki berusia sekitar tujuh tahun itu tidur di dalam kamar tidur setelah tertidur begitu di gendong oleh Nio.

"Oh iya, gue lupa hehe." Jawab Nio sembari cengengesan.

Lyla menghela napas panjang, makhluk di depannya ini benar-benar pelupa, seperti orang tua.

"Anak-anak pada ribut, kok nggak dimarahin? Wahhh ayang bebeb Lyla nggak boleh dong pilih kasih, apalagi sama pacar ayang bebeb Lyla yang hansome ini," protes Nio.

"Ayang, ayang, pala lo keong! Lo toa! Mereka beda sama lo!" Ucap Lyla sembari berkacak pinggang.

"Kak Lyla sama kak Nio kok nggak nikah aja?" Pertanyaan tersebut terlontar dari mulut gadis kecil berumur sebelas tahun yang sedari tadi bermain ular tangga bersama mereka, membuat pasangan itu terdiam.

Nio kemudian terkekeh pelan dengan ekspresi yang mengesalkan tercetak di wajahnya. "Nggak ahh, nanti kak Lyla kegirangan kalau nikah sama gue." Balas Nio membuat Lyla memutar bola matanya malas.

"Ogah."

"Lihat adik-adik, nggak boleh bohong, ini adalah salah satu contoh kebohongan yang ada di muka bumi, jangan ditiru, ya?" Ucap Nio dan mendapat anggukan menyakinkan dari anak-anak di sana.

"Siap! Laksanakan, kak Nio!" Ujar mereka serentak.

"Adik-adik, kalian jangan mau di booingin, ya, sama buaya yang satu ini," peringat Lyla sambil mengusap kepala gadis kecil yang duduk di sebelah kirinya.

Ryano yang melihat itu hanya bisa tertawa pelan, ia yakin hubungan mereka akan berlangsung lama.

"Lo dateng?" Tanya Atlas yang tiba-tiba datang menghampiri. "Udah baikan?"

"Nggak sakit gue," bantahnya sembari melirik ke segala arah.

Atlas menghela napas pelan, Ryano tetaplah Ryano yang selalu keras kepala, dengan wajah pucatnya. "Iya, iya, nggak sakit."

Atlas menaikan sebelah alisnya begitu melihat Ryano melihat ke sana-kemari seperti sedang mencari sesuatu.

"Lo nyariin apa, Yan?"

"Ina," jawab Ryano singkat, matanya tetap fokus mencari.

"Nina sama Luna-" jawab Atlas.

"Gue kesana dulu," pamit Ryano tanpa menunggu jawaban dari Atlas, ia langsung mendekat ke arah Nio dan Lyla.

"Luna sama Ina di mana?" Tanya Ryano begitu sampai di hadapan mereka, lelaki itu tersenyum tipis sembari mengusap bergantian kepala anak-anak kecil di hadapannya.

"Weehhh, Ryan nyari dua istri kesayangannya everybody," goda Nio yang langsung mendapat jitakan di dahi Nio dari Ryano.

"Argh! Kenapa sih lo berdua? Dikit-dikit jitak, dikit-dikit nyubit! Punya dendam abadi lo berdua sama gue yang hansome dan baik hati ini?" Protes Nio. Ryano dan Lyla kompak memutar bola matanya malas.

FAKE SMILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang