"Ck! Sialan lo!"
Jihan mengepalkan tanganya begitu tidak sengaja melihat Aluna dan Ryano sedang duduk berdua di bangku taman yang bisa ia lihat dari jendela kamarnya.
"Lo kira bisa rebut Ryan dari gue?" Bibir gadis itu bergetar menahan emosi, sudah satu jam lebih ia menunggu di dalam kamar sambil terus memandangi pemandangan manis namun begitu pahit untuknya.
"Nggak, Lun! Nggak ada yang bisa rebut apa yang udah jadi milik gue!"
Gadis itu bersumpah kepada dirinya sendiri kalau tidak akan membiarkan orang-orang di sekitarnya pergi darinya, ia tidak akan melepas Ryano lagi seperti dahulu.
Sekarang, apapun akan Jihan lakukan, asalkan tidak hilang lagi, akan ia lakukan, bahkan ketika itu harus membuat ia menjadi seorang penjahat.
"Jangan salahin gue kalau gue haus perhatian dan haus kasih sayang!" Ucap Jihan entah ke siapa.
"Yang bertahan, dia yang akan menang,"
"Dan yang akan menang itu gue."
▪︎▪︎▪︎
Aluna masuk ke dalam rumah dengan bersenandung kecil, kedua tangan kecilnya memeluk buket bunga mawar merah dari Ryano. Ryano sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu.
Malam merek di akhiri dengan janji Ryano untuk membawa Aluna ke tempat yang ingin gadis itu datangi.
Aluna tersenyum tipis, gadis itu akhirnya bahagia, rasanya seperti Ryano akan abadi bersamanya.
Senyum yang tercetak di wajah gadis itu seketika memudar ketika sampai di depan kamarnya. Seorang Jihan terlihat berdiri sambil bersedekap dada di samping pintu kamarnya.
Mata keduanya saling bertatapan. Namun, Aluna tidak ingin mencari masalah di jam malam seperti ini. Gadis itu dengan segera melengos dan meraih ganggang pintu kamarnya.
"Nggak usah deketin Ryan!" Peringat Jihan langsung.
Aluna lebih memilih menulikan telinganya, ia membuka pintu kamarnya berniat masuk.
"Kenapa semua orang mau ngerebut semua yang gue punya sih?!"
Aluna terdiam di ambang pintu kamarnya. Gadis itu terlihat mengatur napasnya, ia sangat malas berdebat dengan Jihan setelah bersenang-senang bersama Ryano.
"Lo mau rebut cowok gue, hah?!" Teriak Jihan. Pandangan Aluna perlahan naik menatap ke arah Jihan yang kini menatapnya berapi.
"Bukannya lo duluan, ya? Yang ngerebut semua dari gue-"
Brak!
"ARGH!" Jerit Aluna kesakitan.
Jihan menghempaskan kepala Aluna ke pintu kamar dengan keras. Buket bunga yang sedari tadi Aluna peluk terjatuh begitu merasakan sakit yang teramat sangat di kepalanya akibat benturan.
Saat Aluna tengah kesakitan, gadis itu dengan segera mendekat ke arah Aluna kemudian meraih kerah baju gadis itu dan mencengkramnya kuat.
"GUE TAU, LUN! ALASAN LO PINDAH KE SEKOLAH GUE CUMA KARENA MAU DEKETIN RYAN, KAN?! ORANG YANG GUE SUKA! LO DEKET-DEKET SAMA RYAN CUMA MAU BALAS DENDAM SAMA GUE, KAN?!" Jihan mendorong tubuh Aluna hingga punggung gadis itu menabrak dinding di belakangnya.
"Argh!" Aluna berusaha menyingkirkan Jihan dari hadapannya.
Aluna menendang perut Jihan menggunakan lututnya, hal itu membuat Jihan melepaskan Aluna dan langsung meringkuk kesakitan sambil memeluk perutnya.
"Pelancur sialan!" Umpat Aluna.
"JAWAB PERTANYAAN GUE!" Teriak Jihan yang masih kesakitan. "Lo mau sama Ryan karena lo tau gue suka sama Ryan! Iya, kan?!"
Aluna menatap datar gadis yang masih meringkuk di hadapannya, sebelum akhirnya menghela napas pelan.
"Iya," balasnya singkat. Gadis itu mendorong tubuh Jihan, membuat gadis itu jatuh begitu saja ke lantai.
Aluna kemudian ikut berjongkok di hadapan Jihan, kemudian dengan perlahan meraih dagu gadis itu. "Puas?" Tanyanya kemudian.
Jihan menggertakkan gigi gerahamnya.
"Dari awal gue nggak pernah suka sama Ryan, niat gue deketin Ryan cuma karena mau balas dendam sama lo! Puas?!"
"Nggak waras lo!" Teriak Jihan tepat di wajah Aluna.
Aluna mendengus geli. "Sejak kapan ada manusia waras di sini, Han?"
Jari-jemari Aluna beralih merapikan rambut gadis itu. "Bukannya luka yang dibuat takdir udah ngelukain kita terlalu banyak? Sampai rasanya menjadi waras adalah hal yang mustahil."
Aluna berdiri dari duduknya, memandang remeh Jihan yang masih duduk bersimpuh di atas lantai. "Luka kita sama-sama dalam, kan? Salahnya disini kita membalas luka itu ke orang yang nggak bersalah."
"Tapi jangan khawatir, gue nggak sebusuk lo!" Ucap Aluna, gadis itu memungut bunga dari Ryano yang jatuh di lantai. Merapikan beberapa kelopak yang terlihat lusuh dan kusut karena jatuh tadi.
"Karena... ternyata... Ryano yang awalanya gue deketin cuma buat balas dendam adalah cinta pertama gue dulu," tadas Aluna. Gadis itu kemudian masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Jihan sendirian.
Tanpa Aluna sadari, Jihan kini tengah tersenyum miring di balik pintu, ia kembali memenangkan permainan kali ini.
"Habis lo."
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE SMILE
Teen Fiction"Di peluk oleh luka, dikuatkan oleh rasa dan tawa untuk berpura-pura." ••• Jika banyak remaja ingin menjadi kaya, tapi tidak dengan Ryano Aldevaro. Cita-citanya hanya satu, "Mau disayang dan di peluk papa, Ryan pengen bunda sama papa nggak bertengka...