Saat ini kelas Aluna sedang belajar kelompok, Aluna duduk tepat di samping Ryano, di hadapan keduanya ada Tio dan juga Lyla. Mereka semua masuk ke dalam kelompok tiga.
Sementara Nio, laki-laki itu berada di kelompok lain karena guru mereka sendiri yang membagi kelompok-nya. Tidak ada-nya Nio membuat kelompok tiga terasa tentram, aman dan damai.
Berbeda halnya dengan kelompok lima yang ribut karena Nio yang masih menggerutu tidak terima berpisah kelompok dengan ayang bebeb Lyla.
"Kan kalo sama Lyla, gue nggak perlu ngerjain tugas," ucap Nio kesal, walau tangannya masih bekerja menyelesaikan tugas yang di berikan kelompoknya untuknya.
"Aaargh!! Gue mau gangguin ayang bebeb Lyla dulu!" Ucap Nio tidak tahan, ia menaruh pulpennya dan beranjak pergi ke kelompok tiga. Namun, pergerakan Nio langsung terhenti saat ia mendapat tatapan tajam dari Kia, salah satu anggota kelompoknya.
"Udah, Nio! Cepet kerjain! Baru lo pergi, lo nyebur ke tai, serah lo!" Tegur Kia yang sudah tidak tahan dengan suara was wes wos laki-laki itu.
"Ck! Bener nih, ya?" Nio akhirnya diam dan kembali mengerjakan tugasnya dengan ekspresi tertekuk sebal tercetak di wajahnya.
Aluna yang melihat keributan di kelompok Nio hanya bisa terkekeh pelan, sejak lima menit yang lalu gadis itu sudah menyelesaikan tugasnya. Kini hanya duduk diam sambil melihat ke sekeliling.
Merasa bosan, gadis itu akhirnya memilih menoleh ke samping, lebih tepatnya ke arah Ryano. Sudut bibir gadis itu terangkat saat melihat Ryano yang masih fokus mengerjakan tugasnya.
"Jangan lihat gue kayak gitu!" Tegur Ryano, ia bisa merasakan tatapan tajam gadis yang duduk di sebelahnya itu tanpa menoleh sedikit pun.
Aluna terkekeh pelan, setelah tadi bersikap seperti anak kecil, kini Ryano kembali ke mode cool-nya.
"Menurut penelitian, menatap orang ganteng lama itu bisa menambah umur, Yan," ujar Aluna ngasal yang tiba-tiba saja terlinatas di dalam benaknya. Dan langsung mendapat dengusan geli dari Lyla dan Tio.
"Ihh, beneran ini, no pek pek Lyla! Tio!" Ujar Aluna mantap begitu melihat ekspresi keduanya.
"Iya, iya, Lun." Balas Lyla dan kembali mengerjakan tugas bagiannya.
Aluna kembali menoleh ke arah Ryano yang kini terlihat memainkan ponselnya setelah menyelesaikan tugasnya. Namun, sesuatu di layar ponsel itu menyita perhatiannya.
"Yan! Kamu baca wattpad?" Tanya Aluna sedikit heboh tidak sengaja melihat aplikasi berwarna orange di layar ponsel Ryano.
"Jangan teriak, Lun," peringat Ryano dan langsung mengunci layar ponselnya. Lelaki itu menoleh ke arah Aluna.
"Beneran baca?" Tanya Aluna sekali lagi karena belum dapat tanggapan. "Yang 18 plus plus plus itu, ya?" Cerocos Aluna.
"Atau-"
"Diem, Lun." Pinta Ryano.
Ryano menghela napas pelan. "Gue download cuma buat nulis doang."
"Masa? Beneran, nih? Kok aku nggak percaya, ya?" Ryano memejamkan matanya, lalu perlahan membukanya kembali. Berhadapan dengan gadis yang satu ini memang membutuhkan kesabaran extra.
Ryano terlihat kembali mengaktifkan ponselnya, ia kemudian membuka aplikasi berwarna orange itu.
Pergerkan Ryano terpantang jelas. Lelaki itu membuka perpustakaan lalu memperlihatkannya kepada Aluna.
"Hooooooo, kosong," ujar Aluna lalu terkekeh pelan. "Kirain ada sesuatu."
"Lo pikir gue baca gituan? Pasti perpus lo isinya aneh-aneh," tebak Ryano yang langsung mendapat tatapan tidak terima dari Aluna.
"Nggak kok!" Jawabnya.
"Ohh, ternyata bener," tanggap Ryano yang langsung mendapat cubitan dari Aluna.
"Shhh!" Keluh Ryano, lelaki itu menatap tidak percaya ke arah Aluna. "Udah berani main cubit-cubitan, hm?" Tanyanya.
Aluna terkekeh pelan sambil mengangkat kedua tangannya. "Maaf, Yan. Refleks." Ryano hanya diam menatap Aluna dengan ekspresi cool tercetak di wajahnya.
Aluna terkekeh sambil mengambil ponsel dari tangan Ryano, tidak ada tanda-tanda penolakan dari lelaki itu.
"Mau ngapain?" Tanya Ryano kemudian.
"Liat aja," jawabnya, kemudian gadis itu membuka profil akun wattpad Ryano.
Seketika gadis itu mengerutkan kening, detik berikudnya ia kembali tersenyum lebar.
"Cute cekaliii," ujar gadis itu sambil terkekeh saat membaca judul cerita wattpad lelaki itu.
"Aku mau baca, Yan," ujar Aluna kemudian membuka satu-satunya cerita Ryano yang masih tersimpan di draft itu.
"Nggak boleh," Ryano dengan cepat mengambil ponselnya dari tangan Aluna.
"Yaaahhh, mau bacaaaa," Aluna kecewa setelah Ryano memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku bajunya.
"Nggak."
"Yaaaannn."
"Baru mau bacaaa."
"Nggak apa-apa."
Ryano menghela napas pelan. "Nanti," lanjutnya.
"Nantinya kapan?"
"Kalau selesai."
"Yaaahhh lamaaa, Yann! Kalau ceritanya nggak selesai-selesai gimana?"
Ryano langsung membeku di buatnya. Dengan sisa waktunya, apakah ia bisa menyelesaikan cerita itu?
Lelaki itu akhirnya menghela napas pelan. "Doain gue semoga masih sempet di tahun depan."
"Maksudnya?"
"Nggak."
Ada jeda yang cukup panjang di antara keduanya sebelum akhirnya Aluna kembali bersuara.
"Aku juga nulis loh, Yan, udah rame. Nanti kalau beneran jadi penulis, kamu bakal dapet tanda tangan aku cuma-cuma."
"Oh, ya?"
"Iya, dengan syarat kamu harus mau jadi pacarku."
Ryano mendengus pelan lalu langsung menoleh ke arah lain, tidak ingin menanggapi Aluna lebih jauh.
"Mesra-mesraan mulu, dah." Lyla menutup bukunya setelah menyelesaikan tugasnya.
Aluna tersenyum lebar sambil menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinganya. "Kita udah cocok, kan jadi pacar?" Tanya Aluna kepada Lyla yang langsung di berikan dua jempolnya tanda setuju.
"Tuh! Kita udah cocok! Jadi kapan kamu mau tembak aku?" Tanya Aluna kepada Ryano.
"Nggak."
"Atau aku duluan yang nembak kamu?"
"Mati dong gue."
"Ck! Nyebelin! Ya udah, aku cari pacar yang lain aja, nih?" Wajah Aluna tertekuk sebal.
"Ck!" Kali ini gantian Ryano yang berdecak, pandangan lelaki itu menatap tajam si empu nya.
Aluna terkekeh pelan, lelaki di hadapannya ini terkadang sulit di tebak.
"Tau nggak?" Tanya Aluna. Ryano lebih memilih menulikan pendengarannya.
Dengan gerakan pelan, Aluna mendekatkan bibirnya ke telinga Ryano.
"Tokoh utama di dalam cerita yang aku tulis itu kamu, Ryano Aldevaro."
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE SMILE
Teen Fiction"Di peluk oleh luka, dikuatkan oleh rasa dan tawa untuk berpura-pura." ••• Jika banyak remaja ingin menjadi kaya, tapi tidak dengan Ryano Aldevaro. Cita-citanya hanya satu, "Mau disayang dan di peluk papa, Ryan pengen bunda sama papa nggak bertengka...