SMERALDO VIII

140 19 17
                                    

Make Amends And Take Responsibility

🍓🍓🍓

Pijar safir dan lilac bersatu di tangan Velian membentuk kilatan petir yang menyambar tanah Vanlycon, hingga memicu gemuruh, terjadi guncangan kecil. Velian tampak tenang menikmati bencana yang ia restui untuk Vanlycon, berbeda dengan Fleurine yang terperangah, ia gelisah saat melihat langit yang selama ini menelungkupi mulai gelap.

Fleurine menyaksikan dengan jelas bagaimana awan-awan di atasnya bergerak tak seperti biasanya, mereka berkumpul, saling menyatu dan saling mempertebal, menghalau celah-celah cahaya matahari hingga tak ada secuil pun cerah menembus gumpalan awan-awan tebal itu.

Apa Velian harus mengutuk dengan cara begini? Bagaimana kelak kehidupan tanpa matahari ataupun cuaca?

Tapi Fleurine tak bisa buka mulut, ia mengeratkan pegangannya di jubah Velian kala tubuhnya kembali dibawa melayang turun. Semakin ke bawah, suasana kian kelabu, dan Fleurine dengan jelas melihat tanah-tanah Vanlycon berubah tekstur, rerumputan yang mulanya tumbuh segar jadi layu, tanah berubah gersang hingga retak-retak. Air yang awalnya melimpah bak diserap habis ke inti bumi. Pohon-pohon dan tanaman lain turut layu menyisakan rerantingan gundul yang tajam menusuk. Rumah-rumah rakyat agak lapuk dan reyot akibat efek ubahnya tanah.

Jika dibandingkan dengan kiamat, atau bencana dahsyat untuk meratakan suatu negara dan seluruh umat, kutukan Velian memang belum apa-apa. Hanya saja Fleurine paham, kutukan kecil seperti inilah yang paling ampuh membagi kesengsaraan yang intens dan dalam jangka masa yang panjang.

"Apa itu?"

"Siapa orang berjubah itu?

"Dia Raja Velian! Dia Raja Velian!"

"Raja telah kembali bersama selingkuhannya!"

"Kita dikutuk!"

"Negri kita dikutuk!"

"Raja Velian mengutuk kita!"

Semakin turun mencapai tanah, suara-suara rakyat juga kian terdengar jelas. Mereka kalang kabut, ketakutan tapi juga murka, beberapa berusaha melindungi diri.

Dan di sana ... di istana yang separuh retak dengan reruntuhan yang masih menimbun, Jeanne dan Ayahnya menyaksikan secara langsung bencana tipis yang menimpa Vanlycon. Ada separuh kecemasan setelah tahu yang melakukan semua ini adalah Raja Velian. Tak ayal kembalinya Velian yang tak terduga cukup menimbulkan rasa ketar-ketir.

Bahkan Fleurine yang ada di dekat Velian pun merasa ditusuk-tusuk oleh aura Velian, segalanya bersatu padu. Kecewa, patah hati, penyesalan, menjelma jadi murka dan dendam. Emosi Velian yang membuat Fleurine sesak napas, hingga ia merasa telapak kakinya kembali berpijak di tanah kering tepat di halaman istana yang masih porak-poranda.

Jari telunjuk Velian mengacung setinggi dada, tanpa melepas Fleurine, dengan tangan kiri yang masih mengamit pinggang Fleurine, ia menarik sesuatu melalui benang Smeraldo, lalu tak lama sebuah mahkota Raja yang sempat ia amankan sesaat pernikahannya dan Fleurine kini datang padanya, lalu mahkota itu mendarat di puncak kepalanya. Tak hanya satu mahkota, mahkota yang lebih feminim juga terangkat dengan sendirinya dari surai Jeanne, melayang jauh kemudian singgah di atas kepala Fleurine.

Fleurine terkejut, tak terbiasa dengan adanya mahkota di kepala, dan di sana Jeanne tak terima mahkota yang susah payah dikejarnya malah berpindah tempat, rasanya ia seperti dilengserkan begitu kejam oleh Velian. Dan dengan ini Velian seolah menyatakan Fleurine sebagai Ratu barunya, yang lebih resmi dan tulus dari sanubari nya langsung.

Dan dengan separuh sihir yang berpusat di pijakkan Velian dan Fleurine, seluruh rakyat Vanlycon berdatangan agak sempoyongan dan linglung akibat lingkungan mereka yang berubah drastis layaknya kemarau, gersang di mana-mana. Kerajaan itu berubah malang, kesuburan telah dicabut Velian tanpa sisa. Ia akan melihat seberapa jauh mereka bertahan di kekeringan penuh derita jika masih membencinya.

SmeraldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang