13

2.2K 193 29
                                    

OOOOOIIIIII
LILI SENENG BANGET KALO KALIAN RAME KEK CHAPTER KEMAREEEENNN🤩🤩
.
.
.
.
.
.
...

Matahari sudah menampakkan dirinya sejak beberapa jam yang lalu, namun seseorang masih saja tertidur nyaman di bawah selimut tebal yang di pakainya. Tubuhnya mulai menggeliat saat tak sengaja telinganya mendengar suara berisik di sekitarnya.

Perlahan matanya terbuka meski harus menyesuaikan diri dengan cahaya silau yang masuk dari jendela kamar.

"Maaf, apa aku membangunkanmu ?"

Itu suara Sunghoon. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dan tak sengaja menutup pintu dengan kencang. Tampilannya sudah sangat segar, rambut hitam legamnya terlihat masih basah dengan handuk kecil yang menggantung di lehernya serta baju kaos putih polos dan celana hitam selutut yang membuat kulit putihnya jadi semakin putih dan terang.

"Jam berapa ?" Tanya Heeseung dengan suara seraknya.

"Sepuluh, kalau...."

"APA ? Jam sepuluh ? Aku harus... Akh"

Pekikan serta gerakan cepat Heeseung terhenti saat ia merasakan perih pada bagian bawahnya. Melihat raut kesakitan Heeseung membuat Sunghoon dengan cepat berjalan menuju ke arah ranjang

"Hyung, pelan-pelan" peringatnya. Dia tau pasti Heeseung akan merasakan sakit. Jadi sebisa mungkin Sunghoon harus bisa membantu dan memahami pasangannya itu.

"Sssh" Heeseung mendesis sembari membenarkan posisi duduknya, sementara Sunghoon dengan telaten merapikan rambut Heeseung yang memang terlihat masih berantakan.

"Tidak papa, hyung bisa istirahat hari ini. Jadwal syuting di undur sampai besok" ujar Sunghoon sembari mengusap lembut lengan Heeseung yang terbalut baju kaos putih longgar. Baju yang semalam Sunghoon pakaian setelah menyeka tubuh Heeseung yang bahkan sudah hampir tertidur.

Sumpah, Heeseung rasanya malu sekali untuk bertatapan langsung dengan Sunghoon yang menatapnya dengan lembut dan senyuman manis.  Pikirannya bahkan kini sudah kembali berkelana pada kejadian semalam, dimana dirinya dan Sunghoon akhirnya kembali melakukannya dalam keadaan sadar. Benar-benar sadar, tidak ada yang memaksa ataupun terpaksa.

Bahkan sampai akhirnya Sunghoon kembali menitipkan benihnya pada rahim Heeseung, Heeseung sama sekali tidak mengeluarkan protesan-nya.

"Aku sudah menyiapkan sarapan, mau makan sekarang ?" Tanya Sunghoon kemudian di balas anggukan oleh Heeseung.

Setelahnya Sunghoon pergi keluar kamar meninggalkan Heeseung yang kini menunduk untuk menatap perutnya sendiri. Tangannya bergerak untuk ia usapkan di atasnya.

"Tidak papa kan ?" Tanyanya "ini.... ini tidak salah kan ?"

Heeseung tau, akan ada resiko yang akan di terima setelah mereka secara sadar melakakan hubungan sex dalam keadaan sehat. Apalagi Heeseung baru selesai dari siklus menstruasinya yang itu berarti rahimnya dalam keadaan subur dan siap di buahi kembali.

Heeseung sendiri tidak tau kenapa dia tidak menolak saat dengan jelas Sunghoon bahkan meminta izin padanya untuk membuang benihnya di dalam rahimnya. Dirinya justru mengangguk dan memperbolehkan pria itu melakukannya.

"Ini mungkin tidak se-enak buatan Jay tapi ini masih bisa untuk di sebut dengan makanan"

Tiba-tiba saja Sunghoon sudah kembali duduk di pingguran ranjang dengan senampan makanan dan segelas minuman.

"Tidak papa, terima kasih"

Ya, dia tidak melakukan kesalahan. Sunghoon adalah suaminya, suaminya yang amat sangat tampan dam juga lembut. Dan melakukan hubungan sex adalah hal yang wajar bukan ?

000

"Dari mana saja ?"

Sunghoon baru saja memasuki pintu asrama dan Jay sudah menodongnya dengan sebuah pertanyaan. Wajahnya terlihat tidak bersahabat bahkan intonasi suaranya-pun jelas menunjukan bahwa teman grup-nya itu sedang marah.

"Pulang ke rumah. Wae ?" Balas Sunghoon dengan santai sembari melepas mantel hitamnya.

"Bohong"

Kening Sunghoon mengernyit. Merasa tidak paham dengan sikap Jay yang seperti ini.

"Kau tidak pulang ke rumah" sambungnya

"Darimana kau tau aku tidak pulang ke rumah ?"

"Yeji, aku menghubunginya"

"Apa urusanmu sampai kau menghubungi adikku ? Ku pikir kita jelas tau tentang batasan privasi masing-masing Park Jeongsong" ujar Sunghoon. Rasanya amarahnya sedikit tersulut saat Jay dengan beraninya menghubungi keluarganya.

"Kau pergi begitu saja dari asrama tanpa memberitahu siapapun, kau pikir itu tidak membuatku khawatir ?" Balas Jay, kakinya melamangkah untuk mengambil jarak dekat dengan Sunghoon.

"Jangan perdulikan aku, urusi urusan masing-masing. Aku..."

"Apapun tentangmu adalah urusan penting untukku Park Sunghoon !" Sahut Jay. Nada suaranya kini bahkan mulai meninggi.

"Apa yang kau bicarakan. Berhenti mencampuri hidupku"

"Aku...." kalimat Jay terpotong saat tanpa sengaja ia melihat sesuatu di leher Sunghoon. Tiba-tiba saja tubuhnya meremang, hatinya tercubit bahkan teriris.

"Permisi" seru Sunghoon lalu melangkahkan kakinya menuju kamar, meninggalkan Jay ya g masih terdiam kaku di tempatnya. Bahkan tanpa sadar setitik air mata jatuh membasahi pipinya.

"Apa... itu ?"


To be continue...



MALAM INI PENDEK AJA YAK. LAGI MALES BANGET NGETIK SOALNYA.
BESOK BARU LILI LANJUT NULIS😄

IDOL (HoonSeung) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang