39. Carlina dan Nadia

60 18 0
                                    

"Taburan lukanya terlalu banyak"

Askara Alvarendra

***

Disisi lain, saat ini Kenzo sedang menyalahi dirinya atas semua yang terjadi pada Carlina dan Nadia.

Kenzo terus saja memukul tembok, bahkan sampai saat ini tangannya sudah berdarah. Ia tidak peduli dengan orang lain yang melihat dirinya.

"BANGSAT"umpatnya.

"KENZO BENAR-BENAR BANGSAT KARNA GAK BECUS JAGA DUA WANITA AJAH"

Namun tiba-tiba saja ia memegang kepalanya yang mulai berdenyut, bahkan ia juga merasakan sakit di bagian jantung.

"Zo!"teriak seorang remaja laki-laki yang seumuran dengan Bagas.

Ia mendekat pada Kenzo dan membantunya untuk berdiri"Lo kenapa bangsat?"tanyanya dengan umpatan.

Kenzo tersenyum saat melihat kedatangan sahabatnya, namun tiba-tiba saja ia mulai menangis. Dan hal ini yang membuat temannya merasa iba akan keadaan Kenzo saat ini.

"Zo percaya kalau mereka bakal baik-baik ajah"

"Gue gagal Ta!"

Atta Devandra adalah sahabat Kenzo dan Bagas, sekaligus pernah menjadi anggota Marwlos.

"Lo gak gagal. Ini takdir tuhan Zo!"jelas Atta.

"Kenapa dunia harus sekejam ini?. Kita baru ajah kehilangan Bagas Ta!. T-tapi kali ini jangan Ta!."lirih Kenzo dengan gelengan kepala.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Nadia dan Carlina. Selama ini Kenzo hanya memiliki mereka saja, sedangkan orang tua dirinya sibuk dengan perkejaan.

Kenzo menatap sekitar mereka yang ada hanya beberapa orang yang lewat, pandangannya kini menatap anak-anak Marwlos yang masih menunggu keadaan Carlina.

"Jangan lagi untuk kali ini tuhan"lirih Kenzo.

"Kita pergi periksa lagi tubuh lo"ajak Atta.

Kenzo menggeleng dengan kuat"tubuh gue gak kenapa-kenapa, yang paling utama cuman nyawa Carlina sama tante Nadia"

Atta menghela nafas"tapi jangan lupa Zo!. Kalau sewaktu-waktu penyakit lo bisa kambuh"

"Gak ada yang peduli tentang itu Ta!."

***

Askar menatap Yulia dengan mata berkaca-kaca, entah kenapa kali ini banyak hal yang membuat ia sakit. Bahkan menurutnya ini lebih sakit dari hukuman yang Andre berikan.

Askar mulai menatap pintu ruangan yang terdapat Carlina dan Nadia yang sedang ditangani oleh dokter.

"Maaf"lirihnya. Dadanya terasa sakit, kakinya terlalu lemas untuk berdiri, bahkan seluruh tubuhnya terasa mati untuk saat ini.

Yulia menggeleng dengan cepat"ini semua bukan salah Askar!. Tuhan untuk ngatur semua ini"

"Kalau tuhan yang ngatur semua ini, kenapa orang-orang yang Askar sayang selalu tuhan ambil?"tanyanya sambil menatap dalam mata Yulia.

Askara Alvarendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang