43. Mulai dari awal?

58 15 0
                                    

"Gue akan berusaha untuk tetap waras dalam keadaan yang bisa saja membuat gue gila saat ini"

Askara Alvarendra

***

Setelah lama akhirnya mata itu terbuka. Ia melihat kelima sahabatnya, ibu dan kakaknya yang baru saja berubah.

"Askar"panggil Yulia sambil mengusap kepala Askar.

Askar tersenyum tipis. Ia belum mati?, atau semua ini hanya mimpi?. Jika mimpi, ia ingin memeluk kembali pelanginya, dan ingin bercerita banyak kepada mamahnya tentang dunianya yang hancur.

"M-mah"panggil Askar diikuti dengan isakan kecil.

"Mamah disini. Askar butuh apa?"tanya Yulia sambil menggenggam tangan Askar.

"I-ini mimpi, 'kan?"tanyanya yang masih tidak percaya.

Yulia menggeleng."ini bukan mimpi, ini nyata."

Pipinya kembali basah oleh air mata yang kembali turun, matanya ia pejamkan beberapa saat, dan ia buka kembali. Matanya melirik pada kelima sahabatnya yang berantakan."gue mimpi 'kan?"tanyanya menatap kelima sahabatnya.

"Ini nyata As"jawab Al. Sedangkan keempat sahabatnya yang lain hanya diam saja.

"Pelangi gue mana?, rumah gue mana?. Semuanya hancur. Gue udah gak bisa bertahan seperti dulu."

Ashraf mulai mendekat pada Askar. Ia langsung memeluk Askar dengan erat."harus As!. Banyak orang yang masih butuh lo, lo adalah satu-satunya pelindung bagi nyokap lo sama kakak lo."

Askar menatap Yulia dan Siska. Perasaannya tidak bisa ia jelaskan saat ini. Ia terluka saat sadar bahwa ini bukan mimpi, tetapi kenyataan yang membuat dia harus kehilangan dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya. Dan kali ini juga ia mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu yang selama ini ia cari, selama ini ia usahakan untuk mendapatkan semuanya.

Yulia mencium puncak kepala Askar."anak mamah harus kuat, kita bakal mulai semuanya dari awal. Membuat keluarga kecil kita yang penuh dengan kasih sayang dan cinta."

"Mulai dari awal?"tanyanya menatap Yulia.

Yulia mengangguk, ia seperti melihat Askar kecil, Askar yang selalu memohon meminta agar dibelikan pistol mainan, namun ia tidak pernah membelikannya sama sekali.

Anak itu sudah besar, anak yang selalu menangis karena selalu dibandingkan oleh kedua orangtuanya, anak yang menangis karna selalu dituntut sempurna dalam hal apapun oleh papahnya.

"Apa dengan memulai dari awal bisa membuat pelangi Askar kembali mah?"tanyanya yang membuat Yulia tidak bisa apa-apa.

Semuanya terdiam, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Askar.

Askar yang tau bahwa tidak akan ada yang bisa menjawab pertanyaannya langsung mencoba bangun dari posisi tidurnya.

"Mau kemana?"tanya Yulia.

Askar tersenyum tipis."mau jalan-jalan."

Yulia menggeleng pelan, tangannya memegang tangan Askar supaya tidak pergi dari sana."udah malem, lebih baik istirahat."

Askara Alvarendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang