🦩Olin
Aku mengetuk-ketukan jemariku pada meja dapur, saat ini aku sedang menunggu masakan ku jadi, dan tiba-tiba saja bosan melanda, aku melirik kegiatan Naga yang sedang asik di taman belakang, letaknya memang hanya bersebelahan dengan dapur kami, hanya bersekat pintu geser dengan kaca yang cukup lebar.
"Asik banget kayaknya," batinku memperhatikan.
Aku kembali melirik panci yang berisi kare yang baru saja aku tunggu matangnya, tapi kemudian aku mematikan kompornya dan berlanjut menuju pada Naga "Bub!" panggilku menginginkan atensinya.
"Kenapa bub?"
"Sudah matang ya kare nya?" aku menggeleng "Itu aku matikan."
"Lah kok malah dimatikan kalau belum matang?" dia mulai mendekatiku.
"Gak mood makan masakan ku sendiri."
"Oalah, mau aku masakin? atau kita makan di luar aja?" aku langsung menganggukkan kepalaku penuh minat "Mau yang mana?"
"Makan di luar!"
"Oke, kamu pilih tempatnya ya, gak sushi dulu, jangan yang mentah-mentah, oke?"
"Mau makan di kondangan dong!" Naga yang baru saja melewati aku masuk ke dalam dapur langsung menuju posisi ku kembali "Kondangan? kita ada undangan nikahan hari ini?" aku menggeleng karena memang tidak ada undangan yang terjadwal harus kami hadiri.
"Terus, maksud kamu kondangan siapa?"
"Ya kondangan orang lah! masa kondangan demit!"
Suamiku ini terdiam sesaat, sepertinya otak cerdasnya sedang mencerna kalimat yang baru saja aku utarakan, aku hanya tersenyum untuk menyemangati otaknya yang sedang berusaha berpikir.
"Paham kan? masa gak paham? pengen banget nih bub!" aku menjawil dagunya dan dia hanya bisa menghela napas panjang "Heh, ini anak kamu loh yang mau!"
.
🐉Naga
Aku kadang hampir lupa kalau aku menikahi wanita yang lumayan gila, semua kegilaannya padahal sudah hampir tertutup selama kami menikah, aku lupa dia sedang hamil dan hormon ibu hamil selalu berhasil membuat dia melakukan ada saja hal yang belum sempat terpikirkan oleh ku.
Aku akhirnya menyetir mobil, mencari ke daerah-daerah pinggiran kota, ngidam istriku kali ini benar-benar membuatku ingin menjitak nya jika aku punya keberanian, nyatanya aku urungkan.
Olin sangat spesifik meminta untuk makan di kondangan yang acaranya teropan dan harus menutup jalan, aku hanya bisa menarik napas agar tetap sabar detik tadi sambil mengelus pelan perut istriku, berbisik dalam hati untuk anakku di dalam sana "Kamu besok tolong agak normal kayak bapak aja ya nak,"
"Itu bub!" Suara Olin sangat ceria, tangannya sibuk menunjuk sebuah lokasi, benar saja disana sedang ada teropan dan ya, itu acara nikahan.
"Please ........." Mata Olin sudah berbinar, dia mengeluarkan jurus rayuan maut sialannya.
Tahu kan kalau sudah gampang terayu gini aku mencontoh siapa? Yap, bapak Ares yang terhormat itu.
Kami akhirnya turun dari mobil, jangan salah Olin memintaku memakai kemeja batik yang formal, sedangkan dirinya memakai dress batik yang senada dengan ku.
Dia dengan riang berjalan menuju meja penerima tamu sambil memancarkan senyumannya, dia dengan percaya diri dan tanpa beban atau takut ketahuan kami bukan undangan malah menuliskan namanya di dalam buku tamu, aku memang telah menyiapkan amplop berisi beberapa lembar uang seratus ribuan untuk mengisi kotakk kondangan siapa pun yang nanti acara nikahannya kami datangi.
"Ini untuk sovenirnya kak," ujar salah seorang perempuan yang memakai kebaya seragam kepada Olin sambil menyodorkan selembar kertas kecil, biasa untuk menukarkan dengan sovenir saat nanti kami akan keluar dari acara ini.
"Makasih ya," balas Olin riang.
"Ya ampun bub, ada sop manten inceran aku nih! ih ada sate juga!"
"Gak boleh bakar-bakaran!"
"Ish, dikit doang kok, boleh ya?" aku membalas dengan lirikan "Segigit aja, oke?" dia mengangguk riang dengan tawaranku.
"Salaman dulu kali ya ke mantennya biar gak fishy gitu, biar gak kayak tamu selundupan." aku mengangguk, boleh juga idenya dan memang harusnya seperti itu kan? Setidaknya niat kami baik, gak cuma numpang makan aja di hajatan orang.
Aku dan Olin sudah berdiri untuk berbaris menunggu giliran memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai yang nampak ceria menggunakan baju tema internasional ini "Lucu ya bub bajunya, kita dulu kenapa gak begini aja ya konsepnya?"
"Kan deal nya resepsinya pakai adat pas itu, kamu iya iya juga pas disodorin nama bude Ajeng kan?"
"Iya sih, hehehe."
Giliran kami pun tiba untuk bersalaman dengan kedua mempelai ini, sesuai dugaanku, mereka bingung dengan kehadiran kami ini "Halo, selamat ya atas pernikahannya." Olin menyalami mempelai pria kemudian si wanita."
"Maaf ya, kami tamu dadakan," imbuhku.
"Saya lagi ngidam buat makan di kondangan orang, gak apa-apa kan mas, mbak?"
"Saya tadi sudah isi kotak kok." imbuhnya riang.
"Eh, ngidam to mbak? eh gak apa-apa, aduh lucu banget ngidamnya!" balas si mempelai wanita.
"Ih make up kamu baus banget loh mbak gak nge carck, cantik!"
"Mas, mbak, ini saya tambahin ya, maaf kalau bikin kalian agak bete ya." aku menyelipkan amplop lain ke tangan si mempelai pria saat bersalaman dengannya.
"Aduh mas, santai aja, gak usah repot-repot, kami juga syukuran kok!"
"Terima ya, biar kami gak merasa bersalah."
"Aduh, mas sama mbaknya ijin bahkan kasih kami ucapan aja kami sudah senang loh!"
"Gak, gak, gak boleh menolak rejeki ya, selamat sekali lagi, semoga langgeng hingga akhir hayat ya," mereka mengangguk kemudian si pengantin wanita meminta ijin pada Olin untuk mengelus perutnya yang sudah nampak membulat.
"Boleh dong! semoga segera menyusul ya!"
"Makasih ya mbak, mas."
.
Istri cantik ku ini benar-benar makan degan lahap dan sama sekali tidak mual, aku harus bertepuk tangan pada siapa pun yang memasak menu ini.
"Bukan karena rasanya ya bub, makannya aku gak mual!" seakan dia bisa membaca isi pikiranku.
"Aku gak mual karena merasa ini yang aku mau, benar-benar yang aku mau! eh adek mau juga sih!" ralatnya cepat.
"Please ya nak, jangans ering-sering ngidam random begini, untung ini mantennya baik."
"Iya, mereka baik banget, pantes tamunya banyak ya!"
"Anak orang penting nih kayaknya disini," bisikku dan Olin setuju.
"Cita-cita mami dulu tuh dinikahin camat tahu bub!" aku hampir tersedak mendengar informasi itu.
"Serius, eh dapatnya malah papi yang pak tukang, hahaha, kasihan, harus mengubur impian!" fun fact sekali lagi ya, papi mertua ku bukan pak tukang seperti yang kalian pikirkan, papi benar-benar seorang kontraktor dari awal, hanya saja anak bungsunya yang unik ini selalu menyebutnya dengan pak tukang.
.
.Absen, kalian yang sudah pernah hamil, dulu ngidamnya apa?
Aku ngidam roti pisang yang gak enak, dapetnya malah cheesek cake pisang mana enak banget!
dan menu andalan ku yang anti dimuntahkan sama anak ku cuma nasi anget dengan lauk wafer tango vanila :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Nagameru
ChickLitJodoh kadang lucu ya, dicari selalu tidak terlihat, dikejar makin lari menjauh, sudah didapat tidak disyukuri, dan kadang yang paling dekat tidak bisa kita rasakan