Danes bersorak kegirangan ketika Aray mengatakan jika ia belum boleh masuk sekolah lantaran kondisi Danes yang masih belum memungkinkan.
Begitu juga dengan Bian yang Anilas sarankan untuk istirahat di rumah sebab sempat demam dan kejadian di rumah sakit juga membuatnya khawatir dengan keadaan Bian.
Bian hanya menurut karena tubuhnya memang sudah lemas sedari kemarin sore namun dipaksakan berlari mengejar Danes ke gang sempit hingga berakhir ikut tumbang di rumah sakit.
Keduanya tidak sendiri di rumah. Ada Anilas dan Esa yang kini masih berada di rumah. Sepertinya Anilas sebentar lagi akan ikut berangkat kuliah. Sebelum itu, ia sempatkan menjenguk Bian di kamarnya sembari membawa sarapan untuk bocah tersebut.
Karena tidak mungkin Esa akan berbaik hati melakukan hal ini untuk Bian, bukan?
Anilas hanya menatap tajam Esa yang tengah sarapan di meja makan. Esa yang tidak tahu apa-apa hanya menatap Anilas heran dengan kening mengernyit.
Sampainya Anilas di depan pintu kamar Bian. Ia ketuk pintu tersebut hingga suara lirih Bian terdengar mempersilahkan masuk.
"Jangan lupa sarapan, ini gue bawain sekalian sama obat." Anilas berjalan menghampiri, sedikit kesulitan dengan nampan yang ia bawa saat menutup pintu.
Bian ingin bangkit membantu namun Anilas mengisyaratkan untuk tetap tiduran mengistirahatkan tubuhnya.
Bian hanya mengangguk lemas menanggapi perintah Anilas. Perasaan hangat dan senang diperhatikan timbul di benak Bian.
Bian sudah menganggap Anilas sebagai kakaknya begitu juga dengan Anilas yang menganggap Bian sebagai adiknya. Terlebih Anilas itu anak tunggal.
Maka dari itu terlihat lebih perhatian daripada penghuni lain, karena sedari kecil ia selalu mendapat perhatian dibandingkan memberi perhatian. Bian lihat dari perilakunya semenjak tinggal bersama.
Walaupun demikian perilaku Anilas yang seperti ini juga beberapa kali Bian lihat sebelum tinggal bersama. Jadi memang keinginan Anilas untuk memberi perhatian kepada sekitarnya karena miliknya sudah tumpah ruah dari orang tua.
Setelah menjenguk Bian, Anilas langsung berangkat menuju kampus. Menyisakan tiga orang di rumah tersebut.
_____
Lain hal dengan Anilas yang menjenguk Bian, Esa justru menyempatkan waktunya untuk menemui Danes di kamarnya.Danes melirik ke arah pintu ketika ketukan terdengar. Remaja itu memilih berteriak menyuruh masuk orang tersebut sebab badanya yang masih terasa remuk. Bahkan lebih sakit dari semalam.
Esa muncul dari balik pintu kemudian berjalan mendekat dan menarik kursi untuk ia dudukkan di sebelah ranjang Danes.
Danes mengernyit, tidak biasanya Esa datang ke kamarnya. Hari masih pagi dan bahkan Esa baru menetap tinggal di rumah ini kemarin.
Seolah tatapan bingung Danes menodong pertanyaan untuk Esa. Esa hanya menghela nafas sebelum berujar,
"Gue mau ngomongin pelaku yang keroyok, lo." Danes masih diam dengan Esa yang mulai bergerak merogoh ponsel di saku celana dan mengotak-atiknya.
Lalu setelah menemukan yang Esa cari di ponselnya, ia perlihatkan kepada Danes yang terbaring.
"Ini kan orangnya?" Tuding Esa membuat bola mata Danes membesar terkejut.
Danes memalingkan wajahnya agar tidak bersitatap dengan saudaranya itu. Esa benar-benar tepat sasaran dalam hal menebak. Tidak ada keraguan dalam diri pemuda itu seperti langsung menembak rusa sasarannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/371398458-288-k315148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVION
General FictionTujuh kepala yang tinggal di dalam satu atap, saudara satu kakek tapi asing satu sama lain. Bagaimana mau hidup bersama jika terus saling tidak peduli? Rumah perlahan-lahan menjadi sesuatu yang memuakkan hanya dalam enam bulan. Ingin pulang tapi ti...