Nyatanya kendaraan roda empat yang Esa kendarai tak hanya mampir ke sekolah Iel. Setelah menjemput bungsu keluarga Raja, Aray kembali meminta untuk berbelok sebentar ke supermarket.
Pikir Aray sepertinya akan seru jika makan malam dengan mie instan bersama tujuh penghuni lainnya. Maka dengan riang Aray mengatakan akan mengadakan pesta mie instan.
Dua termuda, Danes dan Iel yang mendengar pun tak kalah gembira. Keduanya bersorak manakala Aray menyuarakan ide cermelangnya itu.
Jadi sekarang ketika mobil Esa sudah terparkir di halaman rumah. Satu per satu keluar dari dalam mobil. Masih dengan Danes yang kini dibantu oleh Iel dan Bian. Sementara Aray membawa barang-barang yang sudah mereka beli di supermarket.
Hanya Esa yang masuk ke dalam rumah dengan tangan kosong. Tidak mau menyusahkan dirinya sendiri, katanya.
Adma yang tengah berkutat dengan hobinya menoleh ketika pintu terbuka dan memunculkan Danes yang sedang dipapah lalu Aray serta Esa yang mengekori.
Buku yang sedari tadi menjadi perhatiannya Adma taruh pada meja. Lalu bangkit dari duduknya, menyambut kedatangan mereka.
"Habis pada dari mana?" Tanya Adma dengan cepat membantu Aray yang membawa dua kantung belanjaan cukup besar.
Aray tersenyum melihat kepekaan Adma, sekilas ia melirik Esa yang sudah berdiri di sebelahnya. Seolah menyinggung Esa yang seharusnya dari tadi sudah membantu Aray membawa belanjaan.
Sementara Esa tidak menghiraukan lirikan itu, bahunya terangkat bergidik acuh dengan tatapan Aray.
"Kita habis jeblosin orang ke penjara!" Suara dengan gurat kelegaan Aray ucapkan sembari melangkah ke arah dapur di ikuti Adma.
Meninggalkan keempat pemuda yang tersisa di ruang tengah. Esa lebih dulu ikut pergi dari sana menuju kamarnya. Lalu Iel yang berkata akan mandi.
Danes didudukkan pada kursi yang terdapat di ruang tengah. Bian dengan perlahan membantu kaki pemuda itu agar tetap dalam kondisi lurus, tidak tertekuk.
Kata dokter kemarin, sebab pengeroyokan itu kaki Danes mendapatkan cedera yang membuat kakinya harus selalu diperhatikan agar tidak sesering mungkin menekuk. Khawatir tulangnya akan bergeser.
Itu efek dari tendangan yang Danes terima saat pengeroyokan karena posisi Danes kala itu meringkuk, menyebabkan kakinya yang lebih dulu terkena benturan keras.
Danes sempat bergidik ngeri kala dokter mengatakan bila tulang kakinya bisa saja patah jika dikeroyok untuk waktu yang lebih lama. Lagi-lagi pemuda itu bersyukur dengan sirine polisi yang berhasil menghentikan serbuan kawanan Regan.
Ah iya, perihal sirine polisi yang terdengar kemarin. Danes jadi ingat, kenapa yang membawanya ke rumah sakit bukan polisi yang membunyikan sirine itu?
Dan lagi, saat debat di kantor polisi—si pak tua keras kepala tadi harusnya tahu perihal kejadian yang terjadi. Karena mungkin sirine yang Danes dengar kemarin disebabkan polisi yang datang dari keluhan warga yang terusik dengan suara ramai motor di gang kecil tersebut.
Harusnya, ada keluhan yang tercatat di laporan kantor polisi. Namun, bahkan polisi tadi tidak mengungkit kejadian keluhan warga atau semacamnya.
Jadi intinya, apa sirine itu ulah Bian juga?
Lamunan Danes cukup lama sampai-sampai tidak sadar kakinya sudah dalam kondisi lurus di atas sofa yang diganjal dengan bantal oleh Bian.
Setelahnya Bian menyusul Aray dan Adma di dapur. Meninggalkan Danes yang bahkan masih diam melamun.
____
Bukan lagi menyantap makanan di ruang makan, ketujuh kepala itu memilih berkumpul di ruang tengah. Sembari menonton series yang tadi sore Iel rekomendasikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/371398458-288-k315148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVION
Fiction généraleTujuh kepala yang tinggal di dalam satu atap, saudara satu kakek tapi asing satu sama lain. Bagaimana mau hidup bersama jika terus saling tidak peduli? Rumah perlahan-lahan menjadi sesuatu yang memuakkan hanya dalam enam bulan. Ingin pulang tapi ti...