Bab 27 : Dead

313 37 49
                                    

Sasuke sibuk mengotak atik keyboard di depan layar komputer lab sekolahnya, dirinya sedang mendapat tugas mengedit brosur dan pamflet untuk di gunakan pada event festival sekolah nanti.

Sekilas dia melirik layar ponsel miliknya yang menyala, terdapat pesan masuk disana dari nomor tidak dikenal. Ah mungkin spam, pikirnya. Dia melirik jam di layar ponselnya, rupanya sudah larut malam. Karena tidak mau ada gangguan dari spam iklan yang tidak berguna Sasuke memutuskan mematikan ponselnya menjadi daya off. Lalu kembali melanjutkan kegiatan nya.

Sebenarnya pikiran Sasuke sedari tadi tidak fokus, makanya sedari tadi dia berkali kali mengganti background pamflet dan mengetik ulang kata demi kata yang di rancangnya. Hatinya nampak tidak tenang, tapi dia tidak tahu karena apa.

Tiba tiba dia teringat perilaku aneh Tamaki sewaktu bertemu dengannya di rooftop siang tadi. Ada yang aneh, pikir Sasuke. Tangan lelaki raven itu basah seperti sedang cemas tapi bahkan dia sendiri bingung apa yang harus dia cemaskan.

Deg.

Entah kenapa dada nya kembali sakit, Sasuke merasa dadanya sangat sakit. Rasa sakitnya sama seperti ketika dia melihat ibu dan ayahnya mati di bunuh oleh Itachi dulu.

Ada apa denganku?

Sasuke meremat baju di bagian dada dengan gusar, pikirannya tiba tiba melayang pada Sakura.

Lalu tiba tiba Sasuke melihat kalung berbandul uchiha yang sedang di pakainya mengeluarkan cahaya hijau berkelap kelip cepat. Seperti menandakan akan adanya bahaya yang sedang terjadi.

BRAKKKK

Bersamaan dengan itu pintu lab terbuka secara kasar oleh seseorang dari luar sana.

"TEMEEE !! SIALAN, KENAPA KAU SULIT DI HUBUNGI!! SAKURA CHAN DALAM BAHAYA"

Seketika itu juga tubuh Sasuke mematung dengan mata membola panik menatap Naruto yang tadi berteriak di hadapannya.

Rupanya benar, firasat buruk dan semua perasaan cemasnya sedari tadi adalah bersangkutan dengan gadis musim seminya.

"Naruto, dimana sakura" lirih Sasuke.

Setelah Naruto memberitahu apa yang terjadi secara singkat, Sasuke segera melesat keluar dengan cepat. Tidak peduli meninggalkan Naruto disana dengan brosur dan pamflet yang belum tuntas ia kerjaan.

Naruto terdiam di tempat sembari mengatur nafasnya yang ngos ngosan, menatap kepergian Sasuke yang begitu cepat berlari bahkan larinya seperti melesat di antara pepohonan seperti ninja di koridor sekolah.

"Ku harap belum terlambat" pelan Naruto.

•••

Sasuke berlari dan terus berlari di lorong temaram sekolah yang sudah sepi dari para murid yang sudah pulang ke rumah masing masing.

Dia berlari tanpa peduli bagaimana sesak di dada dan nafasnya yang sedari tadi memompa dengan cepat. Dia harus cepat mencapai sana sebelum terlambat.

Sial, kenapa jarak lab dengan kelasnya begitu jauh.

Sasuke menggeram kesal dalam hatinya. Dia tidak ingin kehilangan lagi, tidak! Cukup kedua orang tua nya saja dan Itachi. Meskipun dia masih belum bisa memaafkan kesalahan kakaknya di dunia Shinobi tapi sebenarnya jauh di lubuk hatinya ketika dia tahu Itachi mati terbunuh olehnya hatinya merasa kosong dan sakit.

Tanpa Sasuke sadari ada setitik kecil bulir air mata jatuh meluruh ke rahangnya. Hatinya benar benar merasa panik luar biasa dan cemas. Bahkan keringat di tubuhnya pun dia abaikan.

Travel to Another Universe || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang