22 : Kimbab

437 39 5
                                        

(Ost - it's you - sezairi 👆)

"Kau kupas bawang saja."

Pagi harinya, mereka memasak bersama. Biasanya Jia hanya menonton saja saat Haechan memasak. Kali ini ia ingin membantunya sekaligus belajar memasak sedikit.

"Bagaimana cara mengupasnya?"

Haechan tidak heran ataupun terkejut pada Jia yang sangat awam dengan dapur. Dari dulu ia tidak pernah mengharuskannya bisa memasak.

"Begini," Haechan memeluknya dari belakang, menuntun tangannya cara mengupas bawang dengan benar.

"Ah... Begitu..." Jia mengangguk mengerti.

Ketika Haechan menjauh dari Jia untuk mengerjakan pekerjaan lain, Jia kembali kebingungan. Ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal, dan kembali mengupas sebisanya.

Jia sangat serius sampai mengupas bawang itu tepat di depan matanya. Awalnya masih biasa saja, namun tak lama kemudian, matanya memejam seketika.

"Akkhhh, perih!"

"Mwoya?" Haechan berbalik menatapnya. "Aigoo, kau harus hati-hati," omelnya, menuntun Jia ke wastafel untuk mencuci matanya.

"Mana tahu kalau mengupas bawang bisa seperti ini."

"Bukannya kau sering melihatku mengupas bawang?"

"Kau kan tidak pernah keperihan."

Haechan menggeleng geli. "Apa kau mengupasnya di depan matamu sampai matamu perih?"

"Iya," balas Jia dengan wajah polosnya.

"Hah," Haechan terperangah tak percaya. Padahal ia mengatakan itu hanya untuk bercanda, tapi ternyata memang benar.

"Pabo," serunya.

Jia menggaruk tengkuknya. "Sudahlah kau saja yang memasak. Aku belajar kapan-kapan saja." katanya, menyengir.

"Geurae...." Haechan mengiyakan saja. Kini ia beralih mengurus bawang yang ditinggalkan Jia.

Jia berdiri disampingnya dengan menempelkan pipinya di lengan laki-laki itu. "Tampaknya sangat mudah bagimu. Mama Lee memang Ibu terbaik sampai membuat mu bisa memasak."

"Tentu saja." Haechan tersenyum bangga akan Ibunya yang begitu hebat mendidiknya.

Berbicara tentang Ibu, tiba-tiba saja Jia terdiam.

Mau sekeras apapun ia berusaha menjadi anak yang baik, semuanya hanya sia-sia saja. Ibunya tetap saja menganggapnya buruk.

Nyuut.

Jia merasakan nyeri mengingat kenangan buruk masa lalu. Tanpa ia sadari pandangannya menyorot kosong.

Ctak!

Haechan menjentikkan jarinya di depan wajah Jia membuatnya terlonjak kaget dan menjauhkan pipinya dari lengannya.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Tidak ada." katanya berbohong.

Ada yang aneh.

Haechan menatapnya dengan kepala miring. "Kau baik-baik saja?"

"Eum," Jia hanya mengangguk saja.

Haechan lalu berdiri menghadapnya. "Tidak. Pasti ada sesuatu yang kau pikirkan."

Jia tersenyum tipis. "Itu ... aku beruntung keluargamu begitu baik padaku. Ibumu adalah ibu terbaik, dia sangat menyayangiku meskipun aku bukan anaknya."

POISON [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang