Gimana kabar kalian?
Suka nggak sama cerita ini?
Kalau bagus bisa tag di instagram aku @wgulla_
Love dulu buat part ini
cerita ini terinpirasi dari mathias dan layla
***
"Terima kasih, tuan."
"Untuk apa?"
"Tadi tuan melindungi saya, ketika saya mau disiram pakai air." Meski begitu Serena adalah orang tahu cara berterima kasih.
"Jangan berpikir macam-macam saya melakukan itu karena memang tanggung jawab saya. Bukan karena saya suka sama kamu."
"Saya tidak pernah berkata, kalau tuan suka sama saya," balas Serena.
Mereka saat ini berada di dalam mobil perjalan untuk pulang. Pergi ke acara reuni adalah hal melelahkan untuk Serena, terlebih ia ditugaskan menjadi kekasih Alvaska. Ia harus menanggung banyak tatapan kebencian dari beberapa orang yang seolah mengatakan kalau ia tak pantas untuk mendampingin Alvaska. Padahal kalau dipikir Serena juga ogah mendampingi iblis. Lebih baik di rumah tidur.
"Siapa namanya?"
"Nama apa?" tanya Serena bingung dengan pertanyaan Alvaska.
"Kucing yang saya berikan waktu itu."
Serena tiba-tiba teringat seekor kucing yang diberikan oleh Alvaska. Ia belum sempat memberikan nama pada kucing lucu itu. Ia masih mencari nama yang tepat. Ia juga tidak mau terburu-buru. Serena kalau mengingat kucing itu jadi tersenyum sendiri.
"Belum saya kasih nama tuan."
"Saya kasih waktu tiga hari, kamu harus sudah memberikan dia nama atau kucing itu akan saya patahkan kakinya."
Tubuh Serena jadi merindig mendengar perkataan Alvaska. Astaga sekejam itukah Alvaska, hingga mau mematahkan kaki kucing itu hanya karena belum ia beri nama.
Hell
Kucing itu tak punya salah apapu, kenapa harus bertanggung jawab atas apa yang tidak ia perbuat? Memikirkan hal itu membuat Serena kesal. Ingin rasanya ia memukul kepala pria itu.
"Iya, tuan, saya akan pikirkan nama yang bagus."
"Terserah kamu mau bagus atau tidak saya tidak peduli."
Menyebalkan sekali mendengar itu! padahal pria itu yang ngebet harus diberi nama kucingnya, sampai mau mematahkan kaki kucing itu, tapi giliran direspon malah bilang tidak peduli.
"Iya, tuan." Tak ingin berdebat Serena hanya bisa menjawab seadanya.
"Wanita yang tadi di reuni, itu tunangan tuan?" tanya Serena, sedikit penasaran.
"Untuk apa tanya, kamu cemburu?"
Ternyata pria ini selain kejam juga over percaya diri, padahal ia hanya ingin tahu. Kalau misal benar Marsha itu tunangan tuannya, ia tidak mau disebut pelakor. Nanti namanya akan semakin jelek. Ia tidak mau hal itu terjadi. Cukup ia diberitakan sebagai simpanan om-om di sekolah jangan sampai bertambah lagi.
"Tidak tuan, saya tidak cemburu, hanya saja saya merasa bersalah, jika dia memang tunangan anda. Saya tidak ingin dibilang pelakor atau sejenisnya."
"Wanita tadi yang ingin menyiram kamu bukan siapa-siapa, dia hanya orang asing yang mencoba untuk masuk ke dalam kehidupan saya."
Serena terdiam mendengar itu, ia mengerti kalau tuannya itu tidak ingin disakut pautkan oleh Marsha. Sepertinya tuannya itu memang ingin menjauh dari gadis itu, bahkan sampai menggunakan dirinya sebagai alat. Serena sadar kalau sekarang ia hanya dijadikan alat oleh pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped With The Boss | Alvaska (21+)
Romancewarning ada konten dewasanya !!! ada beberapa adegan kekerasan dan bahasa kasar!! Alvaska suka sekali membuat Serena menangis. Di mata Alvaska semakin cantik Serena semakin ia ingin membuat Serena menangis. Ia ingin membuat gadis itu hancur di gengg...