18 - Reuni

1.5K 75 8
                                    


Gimana kabar kalian?

Suka nggak sama cerita ini?

Kalau bagus bisa tag di instagram aku @wgulla_

Love dulu buat part ini

cerita ini terinpirasi dari mathias dan layla

***

SBD – 18

Marsha adalah salah satu teman Alvaska. Ia sudah menyukai Alvaska sejak SMA. Dulu mereka bersekolah di SMA Swasta bernama SMA Evergreen School. Hanya saja Alvaska tak pernah mau melihat kegigihannya dalam mencintai pria itu. Sekarang di reuni ini, ia ingin memberitahu teman-temannya jika ia bisa meluluhkan hati Alvaska.

Ketika ia hendak menghampiri Alvaska, ia terkejut mendapati Alvaska bersama seorang wanita. Seumur hidup ia tidak pernah melihat Alvaska bersama wanita, tapi sekarang pria itu bersama wanita, hal itu menyakiti hatinya. Terlebih Alvaska menggengam erat tangan gadis itu. Ia cemburu dan merasa tak adil dengan semua ini. Ia yang lebih dulu mengenal Alvaska tapi gadis itu merebutnya.

Siapa gadis itu? kenapa bisa bersama Alvaska? Apa hubungan di antara ke duanya?

"Kok Alva sama tuh cewek gue kirain sama lo?" ujar Sava salah satu teman Marsha. Mereka juga ikut kaget, karena Alvaska tidak jalan bersama Marsha.

"Gue juga kaget, padahal Alvaska itu tunangan gue."

"Berarti cewek itu pelakor, gila banget sih, padahal lo tunangannya."

Marsha kemudian memfoto Alvaska yang bersama gadis itu dan menguploadnya di story ig, lalu ia memberi teks kata'Pelakor' pada foto gadis yang merebut tunangannya. Tak lama kemudian ternyata banyak yang membalas story instagramnya, bukan hanya itu sepupunya juga ikut membalas. Marsha membuka pesan tersebut, karena sepupunya itu kenal dengan sosok wanita yang ada di fotonya.

Mila

Kak gue kenal sama tuh cewek yang lo sebut pelakor

Marsha

Siapa cewe itu?

Mila

Dia sekelas sama gue, dia juga rebut cowok gue, namanya Serena

Marsha

Parah memang lonte cewek itu, nggak tau diri, nggak puas rebut cowok kamu, sekarang cowok aku

Mila

Kayaknya dia bukan lonte lagi, kak udah kelas atas dia mah setara sama ani-ani, dia aja jadi simpenan pemilik sekolah

Membaca itu membuat hati Marsha panas, ia menatap Serena dengan penuh kebencian. Ia kesal karena wanita murahan itu merebut tunangannya. Marsha berjalan lalu menghampiri ke dua orang itu, tiba di hadapan mereka. Marsha mengambil minum di dekat meja dan menyiram ke arah Marsha, namun di hentikan oleh Alvaska. Pria itu malah balik merebut gelas tersebut dan menyiram ke wajah Marsha.

Hal itu membuat satu ruangan ramai, dan melihat ke arah mereka. Mereka bahkan terkejut dengan apa yang Alvaska lakukan. Sedangkan Marsha merasa sakit hati atas perbuatan Alvaska. Ia dipermalukan di depan umum hanya karena gadis murahan itu.

"Kamu tega, ya sama aku, Al? aku salah apa?" Marsha mengatakan itu sambil menangis, matanya berkaca-kaca. Ia malu karena semua memandang iba padanya. Ia terlihat seperti wanita malang.

"Salah kamu menyentuh wanita saya, dia kekasih saya, tidak ada yang boleh melukai dia atau menyentuhnya sama sekali, kecuali saya." Alvaska mengatakan itu sambil meremas pinggang Serena, seolah mengatakan pada semua orang di pesta itu kalau Serena adalah miliknya, kekasihnya dan tidak ada yang boleh mengganggu atau mendekati kekasihnya itu. Alvaska terlihat posesif.

"Kekaaa-siii-hhh kaa—aam-muu," ujar Marsha dengan terbata-bata. Mata Marsha membulat ia tak menyangka kalau Alavaska akan mengatakan hal seperti itu pada semua orang di sini kalau Serena adalah kekasihnya, padahal orang-orang tahu kalau ia dijodohkan oleh Alvaska. Bukan hanya Marsha yang kaget tapi Serena juga.

Serena merasa ia salah berada di sini, terjebak dengan orang-orang seperti mereka. Apalagi seluruh orang menatapnya dengan tatapan aneh, seolah ia tak pantas di sini bersama Alaska, hanya saja pelukan dari pria itu membuatnya merasa aman. Jujur Serena ingin pergi dari tempat ini, ia sudah tidak tahan.

"Kamu lupa kita itu tunangan?" mendengar kata tunangan membuat Serena terkejut, ternyata selama ini Alvaska memiliki tunangan. Ia jadi teringat perbuatan mesum yang sering dilakukan oleh Alvaska pada dirinya. Ia merasa bersalah karena berciuman dengan pria yang sudah memiliki tunangan, namun harus bagaimana lagi, ia tidak memiliki pilihan selain menurut.

"Saya tidak pernah setuju dengan perjodohan itu, jadi kamu tak perlu mengaku-ngaku tunangan saya, di mata saya kamu hanya wanita biasa sama seperti yang lain. Berbeda dengan gadis di samping saya, dia adalah orang yang saya cintai dan tercantik yang pernah ada di hidup saya." Perkataan Alvaska seharusnya membuat Serena senang, namun bagi Serena yang sudah tahu kalau hal itu hanyalah omong kosong belaka hanya bisa mual dan jijik. Pintar sekali pria itu akting. Mungkin kalau tidak akting Serena akan merona dan tersipu, tapi ia tidak akan tertipu oleh iblis satu ini.

Sedangkan orang-orang mendengar itu jadi takjub. Mereka tak mengira kalau Alvaska akan melakukan hal ini, Alvaska terlihat bucin dengan gadis itu. mereka rasa gadis itu beruntung karena dicintai Alvaska dengan ugal-ugalan. Padahal sudah jelas kalau Marsha adalah tunangannya, mereka menatap iba ke arah Marsha, kalau jadi Marsha mereka bakal memilih pergi dari pada malu seperti ini.

Marsha marah, ia mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dengan penghinaan ini, lagi-lagi Alvaska mempermalukannya, lalu ia menatap ke arah serena. apa hebatnya wanita itu hingga dicintai sedemikian rupa oleh Alvaska? Padahal ia dari dulu sudah tulus pada pria itu, tapi tak pernah dianggap.

Rasanya sakit sekali ketika tahu, ia kalah dari orang baru.

***

"Maksud tuan tadi apa?"

"Jangan percaya diri kamu kalau saya suka sama kamu, saya berkata seperti itu karena saya malas berdebat dengan Marsha. Sekaligus agar Marsha sadar jika saya tidak setuju dengan perjodohan konyol itu. Kamu cuma saya jadikan alat."

Mendengar itu Marsha hanya bisa tersenyum. Ia sudah menduga jika hal tadi hanya akting saja. namun ia bingung kenapa tuannya itu menolak perjodohan itu, padahal tunangannya cantik meski terlihat sedikit galak.

Mereka masih di tempat reuni, mereka duduk di kursi hendak makan. Sedari tadi Alvaska tidak pisah dari Serena. Ia terus berada di sisi Serena tidak membiarkan orang-orang agar bisa seenaknya dengan Serena. Perihal Marsha entahlah pergi ke mana wanita itu. Ia tidak peduli. Bahkan kalau wanita itu menangis sampai tersedu-sedu ia juga tidak akan peduli. Semoga saja dengan terjadinya hari ini, perjodohannya bisa segera dibatalkan dan juga Marsha tidak akan mengejarnya lagi. Ia hanya lelah dikejar wanita itu secara terus menerus.

"Makan saja, saya tahu kamu lapar." Alvaska memperhatikan Serena yang seperti malu-malu untuk makan. Padahal gadis itu lapar, karena mereka belum makan apapun dari tadi. Tapi Serena terlihat seperti malu-malu kucing.

"Iya, tuan. Hanya saja ini apakah masih lama? Saya takut ibu saya mencari saya."

"Tenang saja saya sudah ijin tidak seperti kamu yang waktu itu ke klub tidak ijin," mendengar sindiran itu membuat Serena tertohok. Dari pada berbicara dengan pria itu, ia lebih memilih makan. Bisa-bisanya pria itu mengungkit hari itu. Hari yang tak ingin diingat oleh Serena. Ingin rasanya, ia segera bisa pulang dari sini. Ia sudah tak tahan.


***

Gimana cerita ini?

Lanjut or no?

Spam 1 buat lanjutt

100 komen baru lanjut yaaa

follow instagram aku wgulla_

gulla

istri sahnya jaehyun

Trapped With The Boss | Alvaska (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang