"Ayo kita saling membunuh."
Lea yang baru terbangun, mengangkat telpon. Alvaska menelponnya tengah malam begini, namun bukan sapaan yang ia dapat melainkan ancaman membunuh. Hal itu tak membuat Lea takut justru ia tertawa.
"Membunuh? Kau mau membunuhku? Sebelum kamu mencoba untuk membunuhku, wanita yang kau cintai itu dan anaknya akan mati di tanganku."Lea tak mau kalah, ia tak terima kalau diancam begini. Alvaska belum tau ia berurusan dengan siapa. Alvaska tidak akan bisa membunuhnya dengan mudah.
"Lakukanlah kalau bisa, aku yang lebih dulu membunuhmu."
"Diam kau anak kecil kau cuma bisa berbicara."Lea merasa Alvaska tidak ada apa-apanya, anak keciil itu tidak akan bisa mengalahkannya.
"Kamu pikir aku akan diam saja ketika tahu ibuku dibunuh olehmu, nyawa balasannya nyawa, masuk polisi itu terlalu ringan untuk menghukummu. Dan perlu kau ingat sekalipun, kau tidak akan bisa mengambil orang yang aku cintai lagi. Kau tidak bisa mengancamku, tante."Alvaska rasa selama ini ia salah menggunakan cara lembut. Ia akan menggunakan cara kasar, ia akan menghabisi Lea. Wanita itu harus mendapatkan balasan dari apa yang telah ia lakukan pada keluarganya.
"Kau tidak akan bisa melakukan apapun padaku, asal kau tahu ibumu itu layak mati, dia sudah mengambil semua yang seharusnya jadi milikku, aku hanya menyingkirkan apapun yang mengambil milikku."
Lea dalam hati tertawa, bahkan Alvaska saja tidak tahu di mana keberadaaanya sekarang. Bagaimana bisa mau membunuhnya. Ia tinggal di villa di daerah perkampungan yang jauh sekali dari kota. Bahkan tidak ada yang tahu ia memiliki villa ini, karena villa ini bukan atas namanya.
"Malam ini adalah malam kematianmu, tante."Alvaska mematikan panggilan, Lea hanya tertawa lalu hendak kembali tidur. Namun tiba-tiba lampu mati. Kamar yang tadi terang benderang jadi gelap. Ada apa ini? Lalu Lea mengambil ponsel menyalakan senter untuk melihat ke sekitar, ia melihat dari balik jendela juga rumah depannya gelap. Apa sedang mati lampu? Lea menelan ludah gugup, tiba-tiba ia memliki perasaan yang tidak enak. Apa yang sebenarnya terjadi?
Lea berjalan hendak keluar kamar. Sialnya pintu kamarnya terkunci. Kenapa bisa begini? Lea sibuk mencari kunci tapi tak ketemu. Lalu ia mengeram marah, apa ini yang di maksud oleh Alvaska. Pria itu memang benar-benar ingin melawannya. Ia tidak akan membiarkan ia dikalahkan semudah ini.
-Sebentar lagi kau akan mati terpanggang oleh api.-
sebuah pesan masuk membuat Lea panik. Bagaimana bisa Alvaska tahu di mana dirinya berada. Ia ingin loncat dari jendela juga tidak mungkin, karena ia berada di lantai 3. Lalu apa yang Alvaska katakan benar, mulai tercium bau asap api naik membakar rumahnya. Tak ada pilihan ia harus melompat dari jendela, sialnya jendelanya tidak bisa dibuka seperti ditahan oleh benda dari luar. Sialan kau Alvaska!! ada sebuah kayu yang menahan tau mengunci jendelanya dari luar.
"BRENGSEK!!!!"
"aku harus bagaimana ini?"
"Aku tidak boleh mati sia-sia seperti ini."
Lea kemudian menghubungi semua anak buahnya, tapi sial tidak ada satupun yang mengangkatnya. Hingga muncul sebuah pesan dari Alvaska.
-Percuma kau bersikeras meminta tolong, semua anak buahmu sudah kuhabisi. Malam ini adalah hari kematianmu.-
-Kau akan mati malam ini, Lea.-
"ARHHHGHHHHH! AKU BENCI KAU ALVASKA!!! SIALAN!!!"
Api semakin besar berkibar. Lalu membakar kamar Lea. asap yang dikeluarkan api membuat Lea tak bisa bernapas. Kemudian kegelapan menghampiri dirinya. Lea tak bisa keluar hanya bisa pasrah dalam kurangan api itu.
***
Serena yang tadi tertidur terbangun, ketika merasakan seseorang membuka ikatannya. Ia terkejut, ingin berteriak namun ia urungkan ketika ia melihat orang itu adalah Rangga. Ia kenal orang itu adalah asisten dari Alvaska. Kenapa dia ada di sini?
"Rangga."
"Iya ini aku Rangga, aku diperintah Alvaska untuk menolongmu."Rangga masih berusaha membuka ikatan-ikatan di tubuhnya dengan cepat. Tadi ia kebingungan mencari di mana Serena disembunyikan, untungnya saja ketemu.
Hal gila menurut Rangga, adalah mengikuti ajakan Alvaska. Selain membakar rumah ini, pria itu juga menghancurkan aliran listrik di sekitar villa. Tak lupa menghancurkan semua cctv. Alvaska tidak membiarkan orang ada yang tau kalau hal ini terjadi karenanya. Menurut Rangga ini sangat gila dan mampu membahayakan Alvaska juga. Bisa saja Alvaska ditangkap polisi, namun pria itu terkesan tidak takut dan tidak peduli.
"Di mana tuan?"tanya Serena, sambil menatap kesekeliling berharap ada Alvaska. Jujur Serena merindukan pria itu. Dua hari ini ia menangis memikirkan pria itu, terlebih lagi di sini ia tak diberi makan apapun. Tubuhnya terasa lemas tidak bisa melakukan apapun.
"Dia sedang melakukan sesuatu, nanti saya ceritakan."Terlalu panjanga jika diceritakan di sini.
Hati Serena menghangat mendengar itu, ia tidak menyangka kalau Alvaska mau menolongnya. Ia pikir Alvaska akan membiarkannya mati di sini. Padahal ia sedih ketika tahu Lea mengatakan Alvaska tidak peduli dengannya, hanya saja ini masih di luar dugannya ketika ia diselamatkan, itu artinya ia dan bayinya selamat. Apakah itu artinya Alvaska mulai peduli dengannya? Apa Alvaska juga mulai mencintainya sama seperti ia mencintai pria itu?
"Kita harus segera pergi, sebelum rumah ini terbakar."
Terbakar? Jangan bilang Alvaska yang mau membakar rumah ini. Serena jadi agak khawatir, takut Alvaska ke mana-mana. Namun ia hanya bisa menuruti apa yang Rangga katakan, meski hati kecilnya ingin melihat apa yang dilakukan oleh Alvaska.
Mereka keluar dari rumah itu, benar saja rumanya terbakar. Sudah muncul api yang mulai berkibar membakar rumah besar itu. Kenapa rumah ini dibakar? Jangan bilang ini cara Alvaska menghabisi Lea. Tentu saja Serena tidak terkejut dengan apa yang dilakukan Alvaska karena pria itu tidak punya hati, pasti baginya membunuh orang bukanlah hal yang sulit.
***
Alvaska membakar rumah itu dibantu beberapa anak buahnya. Ia juga sudah memastikan kalau Lea tidak akan bisa keluar dari sana dalam kondisi apapun. Ia tersenyum melihat pemandangan di hadapannya, ia puas sekali, dari pada mempenjarakan wanita itu, lebih baik ia membunuhnya. Nyawa harus dibalas dengan nyawa. Salahkan sendiri Lea yang menyulut api kemarahannya dengan mengancam untuk membunuh wanita yang ia cintai.
Ia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Serena. Kalaupun itu terjadi, ia sendiri yang akan menghabisinya. Ia akan membunuh siapapun yang berani menyakiti Serena-nya.
Tidak akan ada yang bisa menganggunya lagi sekarang. Lea tiada, dendam ibunya sudah terbalaskan. Dan tentu saja semua harta ibunya yang diambil wanita itu akan menjadi miliknya kembali sebagai pewaris tunggal yang masih ada. Alvaska rasa ia tak masalah untuk membunuh siapapun yang mau melawannya. Ia tidak akan membiarkan dirinya ditekan oleh siapapun. Ia tidak boleh terlihat lemah.
****
Gak nyangka udah mau tamat.... kurang 5-10 bab lagi
Mau lanjut?
Spam next di sini!!!
Love you
Gulla
. Istrinya Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped With The Boss | Alvaska (21+)
Romancewarning ada konten dewasanya !!! ada beberapa adegan kekerasan dan bahasa kasar!! Alvaska suka sekali membuat Serena menangis. Di mata Alvaska semakin cantik Serena semakin ia ingin membuat Serena menangis. Ia ingin membuat gadis itu hancur di gengg...