35 - Night with you

1.4K 74 33
                                    

Halo!!

apa kabar?

masih suka baca cerita ini?

***

 

Serena tak menyangka sejak malam itu, Alvaska berubah menjadi lebih baik. Alvaska yang biasanya kasar dan suka mengancamnya kini jadi lembut, hal yang aneh lainnya adalah disaat Alvaska bermain dengan kucingnya. Ia sempat mengira kalau pria itu hendak membunuh kucingnya, tapi ternyata tidak pria itu justru membawakan makanan untuk kucingnya.

Perubahan Alvaska membuat Serena sedikit lega, ia tidak perlu menghadapi mood Alvaska yang berubah-ubah itu. Seperti sekarang, pria itu mau mengajaknya ke pasar malam. Hal yang aneh bukan? Mereka terlihat seperti sepasang kekasih padahal bukan.

"Tuan kenapa mengajak saya ke pasar malam?"

"Kenapa kamu gak suka?"

"Bukan itu tuan, tapi aneh saja."

"Saya tahu kamu pasti belum pernah ke pasar malam. Mumpung saya lagi baik hati maka dari itu saya mengajak kamu," ujar Alvaska. padahal yang belum pernah ke pasar malam itu dirinya. Ia sejak kecil tak pernah ke tempat seperti itu.

Alvaska tidak sengaja melihat di tiktok video pasangan ke pasar malam. Ia rasa seru. Hal itu yang membuatnya mengajak Serena.

"Saya sudah pernah kok, Tuan. Sudah lebih dari 5 kali, bahkan satu bulan yang lalu saya ke pasar malam." Jawaban Serena membuat wajah Alvaska jadi cemberut, ia kesal karena jawaban yang dilayangkan oleh Serena tidak sesuai dengan keinginannya.

"Sama siapa kamu ke pasar malam?" entah kenapa Alvaska curiga ketika Serena bilang kalau satu bulan yang lalu ia ke pasar malam. Jangan bilang Serena ke sana dengan Alvin si bocah tengil satu itu.

"Sama Alvin." Serena menjawabnya dengan polos tidak peduli dengan perubahan di raut wajah Alvaska. Pria itu jadi tidak senang. Ia kesal karena hubungan Serena dan Alvin sedekat itu. Tanpa sadar Alvaska meremas kemudi mobil yang dipegangnya, tangannya seakan ingin memukul tapi ia berusaha untuk tetap tenang.

"Sekali lagi kamu sebut nama dia di depan saya, kucing kamu bakal saya bikin ga punya kaki sama sekali." Mendegar hal itu membuat tubuh Serena merinding. Ia tidak bisa membayangkan kucing kesayangannya tak memiliki kaki.

Benar-benar tega memang satu orang ini, tidak berperi kucingan. Serena hanya bisa diam, ia mau balas takut kalau Alvaska akan nekat. Lagian ia kan cuma jawab pertanyaan pria itu, kenapa pria itu malah marah. Kalau gak ditanya pergi dengan siapa, ia juga tidak akan menjawab.

Hening di antara mereka, hanya ada suara musik yang berputar di dalam mobil. Mobil yang dikendarai Alvaska melaju dengan kecepatan rata-rata, pria itu mengggunakan mobil bermerek mercedenz berwarna hitam. Baginya terlalu mencolok jika di bawa ke pasar malam. Ia lebih suka menggunakan motor seperti Alvin. Ia takut nanti banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.

***

Tiba di pasar malam Serena dan Alvaska turun dari mobil, benar saja mobil Alvaska sendiri yang terlihat mencolok kebanyakan motor yang berada di sini. Disaat akan masuk ke dalam pasa malam, tangannya digenggam oleh Alvaska hal itu membuat Serena terdiam. Ia menoleh ke arah pria itu. Seakan bertanya untuk apa tangannya digenggam?

"Tuan, tangan saya?"

"Nanti kamu tersesat, kalau tidak saya gandeng. Saya tidak mau ribet mencari kamu di antara ribuan orang di sini." Sebuah alasan yang masuk akal, Serena hanya bisa mengangguk mengiyakan. Meski ia tak yakin.

Ia sudah besar, kenapa harus tersesat ada telpon juga? Tinggal chat atau nelpon, apa susahnya kalau mereka terpisah.

Namun Serena dari pada berdebat lebih memilih untuk diam, ia membiarkan Alvaska untuk menggandeng tangannya. Mereka berjalan bergandengan tangan, pasar malam itu ramai sekali. Banyak juga orang-orang yang berpacaran bergandengan tangan. Ada juga beberapa keluarga yang datang bersama.

"Tuan udah pernah ke pasar malam?" tanya Serena.

"Kamu pikir saya yang kaya ini, gak pernah datang ke tempat ini?!" Alvaska berusaha untuk menyembunyikan kalau ia belum pernah datang ke tempat seperti ini, bisa malu dirinya kalau Serena tahu. Ia tidak mau hal itu terjadi.

"Aku cuma tanya kok, tuan, gak ada niat buat rendahin tuan sama sekali. Maaf..."

"Em, tuan pernah naik itu?" Serena menunjuk ke arah biang lala.

Alvaska belum pernah naik itu, tapi biang lala yang di dufan sudah pernah. Hanya saja biang lala di hadapannya terlihat rapuh membuatnya berpikir kalau ia masuk ke dalam sana pasti akan jatuh. Apakah itu aman dan layak? Terlihat seperti sangkar burung dari pada sebuah wahana.

"Sudah." tidak ingin kehilangan harga diri, Alvaska tentu saja tidak mau mengakui kalau ia belum pernah naik.

"Naik yuk tuan, aku pengen." Serena ingin melihat pemandangan dari atas, Alvaska mengangguk. Ia membiarkan gadis itu pergi membawanya.

Mereka mengantri tiket, lalu setelah mendapatkannya mengantri untuk bergantian. Hal itu membuat Alvaska jengah, ingin rasanya ia beli biang lala ini, agar ia tidak mengantri dan mengusir semua orang-orang ini yang mengantri di depannya, namun ia harus sabar, ia tak boleh gegabah nanti ia jadi bahan perhatian. Ia tidak mau aksi bodohnya membuatnya ia masuk berita. Zaman sekarang kalau ada yang unik dan aneh pasti ada kamera yang merekam tanpa izin, ia tidak suka diusik privasinya.

Lalu giliran mereka tiba. Alvaska duduk berdua berhadapan dengan Serena. Ketika biang lala itu berputar Alvaska sedikit terkejut namun ia masih bisa berpura-pura stay cool dan kalem, jangan sampai ia hilang wibawa. Tak lama berikutnya, ia mulai terbiasa. Benar saja dari atas sini terlihat pemandangan yang indah. Gedung-gedung kota, langit malam berbintang, melihat hal itu membuat Alvaska terpana, tak sampai disitu, ketika ia menoleh, ia terkejut mendapati sosok Serena yang begitu cantik. Rambut gadis itu digerai, wajahnya yang tanpa polesan make up terlihat putih bersih natural seperti bayi membuat Alvaska terpesona. Lebih indah dari pada Bintang di atas Langit.

"Kamu pernah ciuman di sini?" mendengar ucapan Alvaska yang tiba-tiba itu membuat Serena terkejut.

"Belum."

"Bagus, sepertinya layak dicoba."

"Maksud tuan apaa"? Serena panik, ia takut kalau Alvaska akan benar-benar melakukan hal gila itu. Berciuman di sini, tidak boleh terjadi ia akan malu. Pasti ada yang melihatnya.

"Tentu saja berciuman," belum sempat Serena membalas, Alvaska berlutut di depan Serena lalu tangan Alvaska lebih dulu menarik dagu gadis itu. Kemudian bibir Alvaska melumat bibir Serena dengan lembut.

Di langit berbintang itu, mereka berciuman dengan suara musik romantis yang melantun. Tak hanya itu, bulan dan bintang menjadi saksi. Bagi Serena ia tak pernah merasakan ciuaman semanis dan sehangat ini, biasanya Alvaska menggunakan nafsu, tapi sekarnang berbeda. Ia merasa pria itu seperti mencintainya? Tapi rasanya tidak mungkin. Ia yang terlalu terbawa susasana romantis ini.

***

Love dulu buat part ini!!!

SPAM NEXT DI SINI YAAAA!!!

ketik 1 untuk lanjut

100 Komen baru lanjut

Trapped With The Boss | Alvaska (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang