Gimana kabar kalian?
Suka nggak sama cerita ini?
Kalau bagus bisa tag di instagram aku wgulla_ yaa
Love dulu buat part ini
Cerita ini agak kejam kejam banget cowoknya jadi siapin hati yaaa....
****
Pukul dua belas malam Serena terbangun. Tenggrokannya haus, ia bangun. Lalu ia mendapati di nakas tak ada air. Haruskah ia ke dapur utama? Kamar ibunya di sebelah, berbeda dengannya. Serena bangun dari tempat tidur, ia berjalan keluar dari kamar sambil membawa gelas yang biasa ia gunakan untuk minum.
Serena pergi menuju ke dapur utama. Karena sudah malam, rumah sepi. Lagi pula rumah ini hanya ditempati oleh Alvaska. Ayah dan mama tiri atau adik tiri Alvaska tidak tinggal di sini. Mereka tinggal secara terpisah.
Serena hanya tau kalau hubungan keluarga ini kurang dekat. Alvaska terlihat membenci adik tirinya. Entahlah karena apa, mungkin Alvaska tidak ingin posisi ibunya digantikan oleh orang luar. Serena melangkah hati-hati, ia berjalan memasuki dapur yang gelap namun terlihat dengan sedikit penerangan.
Sampai di dapur, ia langsung menaruh gelas. Lalu mencari air minum itu. Ia menuangnya di gelas. Terdengar bunyi air yang jatuh ke gelas.
"Serena?" panggilan itu membuat Serena merinding.
Siapa lagi kalau bukan suara Alvaska. Lampu yang tadi mati tiba-tiba menyala. Serena berbalik, hingga tubuhnya saling berhadapan dengan Alvaska. Ia terkejut mendapati pria itu berada di deppannya. Mata pria itu menatapnya tajam. Intens dari atas sampai bawah. Hingga Serena menyadari ia hanya mengenakan tank top dan celana pendek. Tanpa sadar Serena langsung menutupi bagian atas tubuhnya dengan ke dua tangnnya. Ia menunduk tak berani menatap pria itu. Ia ingin berbalik membelakangi tuanya itu, namun ia takut kalau ia dibilang tidak sopan.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Alvaska.
Biasanya Alvaska belum pulang, jadi ia agak terkejut karena berpapasan. Bodohnya lagi ia mengunakan baju yang seksi menggundang dan memperlihatkan bagian tubuhnya yang sudah mulai tumbuh dan membesar terlihat seksi apalagi di mata pria.
"Maaf tuan, saya haus mau ambil minumm." Serena mengatkaan itu sambil menunduk, suaranya terdengar takut.
Alvaska mencincingkan matanya, alisnya terangkat. Ia suka disaat Serena terpojok seperti ini. Gadis itu terlihat tak berdaya dan tak bisa melakukan apapun. Tanpa sadar sebuah seringai tertarik ke atas di bibir Alvaska. Ia ingin melakukan sesuatu pada gadis itu.
"Menurut kamu sopan berpakaian seperti itu di depan saya?" perkataan Alvaska yang begitu tajam membuat Serena menelan ludah gugup. Ia tahu ia salah tidak seharusnya ia berpakaian seperti ini.
"Kamu berniat menggoda saya?"
Serena langsung menggelengkan kepalanya. Ia tidak punya pikiran sampai ke situ. Yang ia pikirkan hanyalah ia ingin pergi ke dapur, lalu minum karena ia sangat haus. Ia tidak berniat untuk menggoda Alvaska bahkan ia tak berpikir kalau Alvaska akan pulang.
Melihat Serena yang ketakutan membuat Alvaska senang. Itu seperti hiburan tersendiri baginya. Ia suka dengan Serena yang tidak berdaya. Kalau bisa gadis itu sampai takut dan tak berani macam-macam dengannya. Alvaska masih ingat dengan janjinya yang ingin membuat hidup gadis itu menderita. Ia akan menghancurkan gadis itu di dalam genggamannya.
Serena terlihat seperti anak kucing yang baru lahir. Begitu lemah dan rapuh, bisa ia hancurkan dengan kepalan tangannya kapanpun. Alvaska tidak sabar menantikan hal itu.
"Enggak Tuan, saya hanya mau minum, sumpah saya tidak bohong." Serena mengatakan itu dengan jujur. Lagi pula untuk apa ia menggoda pria itu.
"Benarkah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped With The Boss | Alvaska (21+)
Storie d'amorewarning ada konten dewasanya !!! ada beberapa adegan kekerasan dan bahasa kasar!! Alvaska suka sekali membuat Serena menangis. Di mata Alvaska semakin cantik Serena semakin ia ingin membuat Serena menangis. Ia ingin membuat gadis itu hancur di gengg...