15. So funny

6 4 0
                                    

Happy Reading all ^°^



"Lo mau sarapan apa Re? biar gue gofood in." Tanya Lana sambil melihat macam-macam menu makanan di handphone nya.

"Jangan, sarapan buryam aja di komplek sebelah tuh." Tawar Rein.

"Mager keluar, jalan kaki guee."

"Ya naik sepeda motor lah, ayo ihh lo dari kemarin nglembrek banget pantesan aja kak Tian kabur dari lo." Ujar Rein lalu menarik paksa tangan Lana agar mau berdiri dari tempat tidurnya.

"Gak usah bawa-bawa nama itu sialaan." Umpat Lana membuat Rein tertawa nyaring.

"Lagian, ayo lahh, udara pagi seger banget Lanaaa, sambil menikmati buryam apalagi." Rein bangkit lalu mengambil cardigan dan mengikat rambut panjang nya agar tidak kusut jika terkena angin.

Karena akan membuat Rein kesal. Karena akan sakit jika membenarkan nya.

"Yaudah ayo, lo bonceng tapi ya." Lana pun ikut bangkit dari tempat tidur lalu mengekori Rein.

"Ganti baju dulu jir, masa lo make baju kaya gitu, bisa di julid in ibu-ibu komplek sebelah lo." Protes Rein waktu melihat Lana yang sekarang mengenakan kaos yang memperlihatkan pusar nya, dan memakai celana pendek sepaha.

Mengingat di komplek sebelah di samping penjual bubur ayam pas ada pedangan sayuran yang terkadang banyak pembeli dan khusus nya para ibu-ibu. Tidak seperti komplek yang Rein tempati, sangat sepi sekali.

"Kaya lo pagi tadi nggak aja, masa datengin tamu tadi pagi malah make baju minim akhlak, apa gak horny kalo tamunya laki-laki." Sarkas Lana tidak mau kalah.

"Yakan bedaa tauu, tadi itu kan masih di rumah gitu." Alibi Rein.

"Heleh titid." Umpat Lana.

Rein pun berniat untuk memanaskan mesin motor nya terlebih dahulu. Rein selalu mengingat pesan Marko.

Kakak laki-laki nya itu berpesan agar selalu memanasi mesin kendaraan di pagi hari secara rutin, agar tidak cepat rusak.

Tapi Rein hanya melakukan nya pada Sepeda motor nya saja, tidak pada mobil milik mendiang ayahnya yang sekarang otomatis berpindah alih menjadi miliknya. Sungguh, Rein sangat malas.

Untuk mengeluarkan nya saja malas, apalagi merawat mobil itu. Sangat ribet menurut nya. Karena Rein belum cukup ahli untuk memasukkan dan mengeluarkan kendaraan itu.

"Yuk capcus, kita makan buryam." Seru Lana yang sudah berganti pakaian.

"Bentar kunci pintu sama kunci gerbang dulu ye, jadi gue tunggu di depan gerbang, lo kunci rumah nya terus gerbangnya ok?" Rein memberi arahan pada Lana.

"Ck, udah pintu rumah lo aja, gerbang nya mah gak usah dikunci." Tawar Lana lalu naik ke sepeda motor Rein di jok belakang tentunya.

"Biar aman tau, emang lo mau mobil lo di curi?" Sergah Rein lalu turun dari sepeda motor nya untuk mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu.

"Chill Bisa minta daddy lagi." Jawab Lana dengan tenang.

"Chall Chill Chall Chill, mentang-mentang anak konglomerat." Ujar Rein membuat Lana cengengesan.

Artha BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang